Matahari
pagi bersinar dengan sepenuh ketegarannya, disertai kesejukkan udara pagi yang
sangat lembut.Sebuah panorama alam yang sangat berlawanan, namun dapat bersatu
memberikan keharmonisan yang menentramkan setiap jiwa di negeri ini. Di kanan
dan kiri jalan terlihat pepohonan melambaikan pelan daunnya yang sudah mulai
terkena sinar sang mentari seakan sudah siap mulai melakukan reaksi terang
fotosintesis. Beberapa langkah dari jalan terdapat jalan setapak menuju ke
sawah, dari sawah pun tak kalah indah pemandangannya, beberapa tanaman tembakau
yang sudah mulai menguning pada daun bagian bawah.Sungguh indah negeri ini,
berbagai macam tanaman dapat tumbuh subur dengan mudahnya.
Pagi
itu terakhir kali akuberada di desa kecil ini, Siang ini akan kumulai
menjelajahi kehidupan yang lebih luas dan mandiri di kota Surabaya. Pengumuman
seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2 minggu lalu telah
memberikan jawaban yang sangat memuaskan.Aku atu-satunya siswa yang diterima
diterima di Universitas Airlangga (Unair) saat itu, bahkan tidak ada kakak
kelas dari sekolah masuk Unair sebelumku.
“kalo
disana hati-hati mbak, jangan bergaul sembarangan” kata Ibu. Tidak tau kenapa
kebanyakan orang di desa dan teman-teman sekolah memanggil saya “mbak”,
termasuk Ibu.
“Iya,
Buk” kata ku
“Jangan
lupa sms mbak yang membantumu cari kos kalau sudah sampai sana” kata Ibu.Sambil
membantu mempersiapkan barang-barang yang mau kubawa.
Hari
sudah menunjukkan pukul 11.00 WIB.Aku beranjak keluar dari pintu rumah dengan
barang bawaan yang cukup banyak. Sebelum keluar kusempatkan mencium tangan Ibu
sambil meminta do’a restu, kulihat kekhawatiran serta harapan mendalam akan
keselamatan anak semata wayangnya di kota dari wajah Ibuku. Ibu orang yang tau
betul tentang diriku. Ibu sangat faham kota besar begitu asing bagiku jangankan
Surabaya, Bojonegogo yang menjadi kota kelahiranku saja hanya 2 kali aku
kesana. Pertama saat aku berusia 3 tahun melepaskan jama’ah haji di alun-alun,
dan yang ke 2 saat menjenguk saudara jauh yang sedang dirawat di RSUS Sosodoro
husodo.Ibu juga mungkin sangat faham kalau aku tidak punya satupun teman dari
sekolah.Tapi bagi Ibu cita-cita yang kuinginkan sejak kecil untuk menimba ilmu
di Airlangga harus tetap ku kejar.
Siang
itu aku diantar Bapak sampai tempat kos, sepanjang jalan di kereta kuterima
nasehat dari beliau.
“Kalau
berteman jangan sembarangan Nduk, orang
itu dipandang baik atau buruk karena temannya” kata Bapak
Sesampainya
di kos aku di sambut oleh seorang wanita berusia sekitar 27 tahun yang
mengantarku dan Bapak masuk.
“
Panggil saya mbak Sri, mbak. Saya yang membantu di kos-kosan ini” kata wanita
itu
“
Iya mbak, saya Adia.” Jawabku
Di
depan pintu Mbak Sri membuka sedikit pintu kos dan berhenti sejenak, sembari berteriak. “ Mbaak… ada Bapak-Bapak
mau masuk” katanya memberi intruksi pada setiap orang yang ada di dalam rumah.
Seketika kulihat semua pintu kamar di tutup dan beberapa saat kemudaian aku
masuk ke kamar yang ada di lantai 3.Alhamdulillah, di tempat ini orang yang
berjilbab dihargai dengan baik.
Kulihat
mbak Sri langsung meninggalkanku dan Bapak di kamar yang luas itu.
“Jangan
lupa sholat Nduk, saya dan Ibu
mendo’kan.Jangan bergaul dengan sembarangan orang, kalau sudah di kampus dan
merasa kesepian cari anak Bojonegoro pasti nanti senang bertemu saudara. Saya
pulang dulu Nduk hati-hati” pesan
Bapak sebelum meninggalkan kos
“mari
saya antar sampai ke depan” kataku
Tidak
lupa ku cium tangn Bapak sebelum meninggalkanku.Aku melihat harapan yang sangat
mendalam di wajah Bapak, harapan untuk melihat anak semata wayangnya sukses,
berhasil dalam hidup, dan dapat membahagiakan orang tua. Kulihat Bapak dari
gerbang kos sampai beliau tidak terlihat ladi dari pelupuk mataku. Tak terasa
aku meneteskan air mata kesepian saat itu.Lalu aku segera kembali ke kamar
karena tidak ingin terlena.
Di
tengah sepinya sore itu aku mulai terbawa dengan kesendirianku.Aku mulai
teringat bahwa aku tidak punya siapapun yang ku kenal di sini. Kemudian aku
mengeluarkan beberapa barang di tasku sebagai pengusir kesepian, barang itu
adalah sebuah majalah mini yang berisi profil sebuah organisasi, stiker berisi
taujih, satu lembar HVS yang dilipat 4 berisi artikel, serta satu buah undangan
welcome party yang bertuliskan namaku.
Aku teringat seminggu lalu saat daftar ulang seorang senior satu fakultas
denganku memberikan barang-barang itu untukku.Bukan itu saja mbak itu juga
membantu mencarikan kos-kosan untukku, yang paling membekas di hati keramahan
dan keikhlasannya begitu terpancar seolah aku sudah mengenalnya sangat lama.
Aku sempat berfikir dalam hati ”bagaimana
mungkin mbak ini bisa begitu baik padaku, padahal baru pertama kali aku
mengenalnya”
“Nama
saya Aini, saya angkatan 2007.Adik kalau ada yang ingin di tanyakan silahkan”
kata mbak itu, sambil menjabat tanganku dengan penuh kelembutan.
“Saya
Adiia mbak, saya dari Bojonegoro” jawabku “saya hanya ingin tahu tentang ospek
dan info kos mbak”
Kulihat
mbak itu menjelaskan dengan sangat antusias dan tutur katanya sangat lembut.Aku
seolah merasa sangat nyaman di dekatnya, dan ingin mengikuti jejaknya di kampus
kelak.Mbak Aini mengantarkanku mengelilingi Mulyorejo untuk mencari kos-kosan
dan akhirnya mendapatkan yang cocok.Kemudian kami kembali ke kampus lagi
sebelum aku kembali pulang kerumah.
“Kalau
ada yang masih ingin ditanyakan silahkan Dik.” Kata mbak Aini menawarkan
kembali
“sudah
cukup mbak, terima kasih banyak sudah dibantu” jawabku
“Ini
buat Adik, datang ya tanggal 16 agustus nanti, kalau gak tau tempatnya sms mbak
aja” kata Mbak Aini sambil menyodorkan majalah keci, kertas HVS yang berisi
artikel, stiker, dan undangan yang bertuliskan namaku.
“Insya
Allah, saya usahakan mbak” jawabku dan berpamitan
Aku
mulai tersadar dari lamunanku, tak terasa rasa sepi yang menyelimuti diriku
sudah sedikit reda. Harus kuakui aku datang ke Surabaya hari ini karena ingin
mengikuti acara welcome party besok.
Aku sangat ingin bertemu lagi dengan mbak Aini dan berkenalan dengan beberapa
orang di acara itu, ya Alhamdulillah kalau ada yang sedaerah denganku.Padahal
sebenarnya aku masih bisa berangkat ke Surabaya 2 hari lagi untuk langsung
mengikuti pengukuhan. Tapi berkenalan dengan mbak Aini rasanya aku seperti
memiliki saudara kandung, sayang sekali kalau kesempatan ini kelewatkan,
mungkin di acara ini aku akan menemukan sosok mbak Aini- mbak Aini yang
lainnya.
Pagi
yang dinanti pun tiba, acara welcome
party tidak berlangsung cukup
menarik bagiku. Acara itu hanya berlangsung sekitar 3 jam dengan acara inti
perkenalan SKI setiap fakultas. Sangat berbeda dengan harapan yang ingin
kudapatkan di acara itu,aku sama sekali tidak tertarik dengan perkenalan profile
SKI yang mereka berikan. Tapiada satu hal yang tidak akan kulupakan waktu itu,
di tempat itu titik awal perkenalanku dengan mbak Fitri yang satu jurusan
denganku. Di awal jumpa mbak fitri sempat memberi banyak nasehat dan motivasi
untukku.
“Tidak
ada yang tidak mungkin kita kejar disini dek, Allah tidak pernah melihat hasil
tapi proses yang telah kita lalui yang akan dinilai” kata mbak fitri. “adik
berminat ngaji setiap pekan dengan mbak? Nanti bisa Tanya apa saja di sana
termasuk masalah kuliah”
“iya
mbak, saya mau” jawabku tanpa curiga. Yang terfikir dalam benakku saat itu
hanyalah mengaji menimba ilmu agama. Dimanapun aku berada tidak akan boleh
kutinggalkan meskipun hanya satu pekan sekali.
Sejak
saat itu aku mulai diajak masuk ke SKI fakultas secara perlahan oleh seniorku.
Memang agak berbeda dengan SKI di sekolah yang pernah kuikuti, di kampus terasa
lebih ringan karena setiap kajian dan pembinaan pekanan materi yang disampaikan
langsung berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, sedangkan materi di sekolah
sangat berat karena berhubungan dengan problematika umat beserta seluruh
permasalahan kompleks umat islam se dunia dengan kemasan yang kurang cantik
dalam mengenalkan Islam sehingga tidak heran kalau banyak teman-teman yang
keluar dari SKI.
Fleksibel
dan cantiknya kemasan SKI kampus yang membuatku selalu ingin berjuang dan
memperbaiki diri di tempat ini. Mungkin awal yang kurang baik karena
doktrinisasi senior yang sama sekali tidak kusadari aku jadi masuk lingkaran
orang-orang hebat ini. Tapi secara perlahan akhirnya kusadari urgensinya aku
ada di tempat ini.Terkadang kufikirkan kembali pertemuanku dengan mbak Aini
seakan langsung terjalin ikatan hati yang sangat kuat, aku mulai sadar ini
bukan kebetulan tapi adalah sebuah skenario Allah SWT untuk membawaku ke
lingkaran islami ini.Aku di tempat ini karena Allah menunjukku berada di sini.