Cerita ini dimulai saat saya akan memasuki dunia kuliah.
Ketika itu saya kelas 3 SMA, saya mendaftar salah satu beasiswa kuliah yang
seleksinya dimulai sejak SMA. Beasiswa tersebut bernama Beastudi Etos. Setelah
melalui beberapa seleksi, akhirnya saya lolos dan dinyatakan diterima di
beasiswa tersebut. Disusul kemudian berita kelolosan saya di Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Betapa rasanya seperti mimpi, ketika
semua hal yang saya inginkan bisa tercapai. Allahu Akbar! Saya tahu Allah
senantiasa hidup, Allah tak pernah tidur untuk mengabulkan doa-doa hambaNya.
Beberapa minggu kemudian saya ditelpon oleh salah satu
panitia beasiswa tersebut untuk tinggal di asrama yang telah disediakan. Berat
rasanya harus meninggalkan keluarga demi menempa diri di asrama. Setiba di
asrama, saya disambut oleh beberapa kakak angkatan yang ramah dan baik hati.
Saya pun diajak untuk buka bersama dan shalat berjamaah. Suasana kekeluargaan
pun sangat kental terasa di asrama. Keesokan paginya setelah shalat shubuh,
seluruh penghuni asrama dikumpulkan untuk diberi pengumuman terkait peraturan
asrama. Wow! Subhanallah, peraturannya beraneka ragam, mulai dari adanya jam
malam di asrama pukul 9 malam, sampai kewajiban harus memakai rok. Hampir
seluruh peraturan asrama susah untuk saya terima, karena berbeda sekali dengan
kehidupan saya semasa SMA, utamanya kewajiban tentang memakai rok.
Semasa SMA, saya tergolong siswa yang nakal. Mulai dari
hobi nongkrong sampai gonta ganti pacar. Bahkan saya dan teman-teman se-genk
sering memusuhi teman-teman rohis (organisasi kerohanian islam) di SMA. Bisa
dibilang kehidupan SMA saya dulu sangat jahiliyah. Banyak waktu, pikiran, dan
energy yang saya buang begitu saja. Sungguh tidak bermanfaat. Astaghfiruloh,
ingin rasanya memohon ampun sebanyak-banyaknya atas dosa di masa lampau. Entah
apa yang membuat saya seperti itu, mungkin lingkungan yang membentuknya.
Ditambah kondisi psikologis saya yang masih labil. Mungkin kehidupan saya
semasa SMA adalah hal lumrah bagi pelajar di kota kelahiran saya, Surabaya.
Saya baru sadar semua hal yang saya lakukan adalah kesalahan besar, ketika saya
memasuki dunia kampus.
Rasanya seperti sebuah kilas balik dari semua kehidupan
yang pernah saya rasakan ketika menginjak bangku kuliah. Disitu saya mulai
mengerti apa itu dakwah. Kemudian saya mulai memberanikan mengikuti organisasi
kerohanian islam di kampus yang lebih familiar dikenal dengan sebutan lembaga
dakwah kampus. Sedikit demi sedikit saya mulai belajar untuk menjadi muslimah
yang kaffah, tentunya dengan bantuan dari senior-senior di asrama, yang hampir
seluruhnya adalah aktivis dakwah di kampus. Subhanallah sungguh tidak menyangka
bahwa ternyata selama ini banyak hal yang saya lewatkan. Banyak hal tentang
agama ini yang harusnya saya pelajari lebih dalam. Semua kejadian masa lampau,
yang saya alami, pahit memang. Namun kesalahan tersebut akan selalu saya
jadikan pelajaran yang berharga. Jangan sampai hal tersebut terulang kembali.
Dan yang terpenting dari semua ini adalah proses saya untuk belajar, untuk
lebih mengenal, bahkan berjuang untuk agama ini. Istiqomah lebih penting
daripada saya melakukan perubahan lebih cepat, namun di tengah jalan saya
berhenti di jalan dakwah ini.
Perlahan tapi pasti saya mulai belajar untuk mengenakan
kerudung, karena semasa SMA saya belum mengenakan kerudung. Lalu saya
dikenalkan oleh senior tentang halaqah. Pertama megikuti sejuk rasanya. Hati yang
tandus ini rasanya seperti disiram air pegunungan yang dingin. Begitu juga
dengan teman-teman seperjuangan di LDK yang begitu baik, selalu mengingatkan
akan kebaikan. Mereka juga mengajari saya tentang banyak hal, seputar agama
yang tidak saya ketahui. Adalah Mbak Karimah yang selalu mengajari saya dengan
sabar. Beliau adalah teman sekamar saya sekaligus mas’ulah Unit Kegiatan
Mahasiswa Kerohanian Islam (UKMKI), yang notabene adalah induk dari lembaga
dakwah yang ada di fakultas. Teman-teman lain pun sering mengatakan bahwa
kondisi saya ibarat botol yang kosong, kemudian diisi air. Saya berharap air
itu akan memenuhi botol, namun jangan sampai tumpah, karena air itulah ilmu
yang nantinya akan saya amalkan.
Semakin sering saya bergaul dengan teman-teman aktivis
dakwah makin banyak hal yang berubah dari saya. Saya pun mulai memakai kerudung
double luar dalam dan mulai melebarkan jilbab, juga menarik jilbab sampai
menutupi dada. Saya pun mulai istiqomah untuk memakai rok kemanapun saya pergi.
Dari beberapa sumber yang saya pelajari, hal tersebut memang dianjurkan dalam
islam untuk melindungi wanita dari hal-hal yang tidak diinginkan. Lama kelamaan
saya makin nyaman dengan model baju sekarang, dibanding jaman dulu ketika masih
jahiliyah, ketika masih suka memakai celana jeans dan baju ketat. Saya pun
makin merasa aman ketika saya berada dimanapun, ketika memakai jilbab lebar dan
rok saya jadi tidak mudah diganggu oleh laki-laki yang bertemu dengan saya.
Sementara itu saya terus beristighfar dan memohon ampun ketika mengingat
kejahiliyahan masa lampau. Naudzubillah, semoga apa yang saya alami di masa
lampau tidak terulang kembali dan semoga saya bisa istiqomah. Amin.
Tak hanya soal penampilan yang berubah dari saya, masalah
pemikiran juga. Lambat laun saya makin mengerti apa itu dakwah, dan saya mulai
menikmatinya. Padahal dulu saya sangat asing dengan dakwah, bahkan mendengar
nama dakwah saya takut. Dulu, di mindset saya, dakwah berhubungan dengan
teroris. Sungguh ironi, ketika seorang muslim seperti saya tidak paham bahkan
takut dengan kata “dakwah”. Sekarang setelah saya mengetahuinya, selanjutnya
adalah tugas saya untuk berdakwah dan mendakwahkan ke orang-orang yang belum
tahu apa itu dakwah.
Mulai dari Ghazwul Fikr sampai Ghadul Basr saya ketahui.
Dan lagi-lagi hanya Subhanallah yang bisa saya lantunkan. Maha Suci Allah,
betapa naifnya saya tidak mengerti tentang hal tersebut. Sungguh luar biasa
ternyata Islam mengajarkan hal-hal detail. Bahkan hubungan ikhwan-akhwat pun
diatur dalam Islam. Sungguh luar biasa agama ini, tidak ada yang lain, yang
bisa menandingi Islam, rahmatan lil alamin, rahmat bagi semesata alam. Tak
kalah juga Pembinaan pagi di asrama setelah salat subuh juga membantu saya
untuk semakin mengenal islam. Mulai dari sirah nabawiyah, tazkiyatun nafs,
sampai Fiqih Wanita. Dan semuanya semakin menarik perhatian saya untuk lebih
mengenal agama ini.
Suatu hari saya mendapat sms dari mas’ul lembaga dakwah
di fakultas saya. Beliau bernama akh Saiful. Beliau sekarang menjadi Ketua
untuk Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus Veteriner (FSLDKV). Isi sms
beliau adalah undangan untuk mengikuti rapat. Awalnya saya tidak mengerti
tentang rapat tersebut. saya bertanya ke teman-teman saya yang lain mereka
tidak mendapat sms serupa. Akhirnya saya pun datang memenuhi panggilan rapat
dari mas’ul. Setibanya saya kaget, karena ternyata rapat tersebut untuk badan
pengurus harian lembaga dakwah di fakultas saya, yang dinamakan Jamaah Muslim
Veteriner. Saya kaget setengah mati, karena sebelumnnya saya tidak ditanyakan
atau mengikuti seleksi untuk menjadi badan pengurus harian, namun hal tersebut
merupakan keputusan sepihak dari mas’ul. Saya pun makin bertanya-tanya kenapa
saya yang diundang, sedangkan untuk menjadi BPH (Badan Pengurus Harian)
lazimnya adalah mahasiswa angkatan kedua, sedang saya masih berstatus mahasiswa
baru. Hampir 80% mahasisiwa yang diundang adalah angkatan kedua. Sedangkan yang
masih berstatus mahasiswa baru adalah saya dan kedua teman saya, yakni ukhti
Ayis dan ukhti Lia. Saya pun didaulat menjadi sekretaris bidang kemuslimahan.
Bahkan saya tidak mengerti apa itu kemuslimahan, karena sebelumnya saya belum
pernah mengikuti rohis, baik di SMA maupun SMP. Dua orang teman saya didaulat
menjadi sekretaris umum dan bendahara umum. Kami juga kebingunan karena
sebelumnya tidak ada konfirmasi dari mas’ul, namun tiba-tiba didaulat menjadi
BPH seperti ini. Namun amanah ini akan selalu kami jaga. Kami berjanji tidak
akan mengecewakan mas’ul yang sudah memilih kami, dan amanah yang beliau
embankan pada kami.
Kami akan selalu
berjuang untuk berada di garis depan dalam dakwah ini. Kami akan senantiasa memberikan
kebermanfaatan bagi seluruh mahasiswa muslim di kampus ini.
Hari demi hari berlalu, di kemuslimahan, saya banyak
belajar dan dibimbing oleh kepala bidang kemuslimahn, yakni mbak Ria. Beliau
telaten untuk mengajari saya seputar medan dakwah ini. Saya pun makin menikmati
dakwah ini meskipun banyak tantangan dan hambatan. Terutama dari teman-teman
yang masih ammah tentang dakwah. Tak jarang mereka sering memandang aneh
penampilan saya, bahkan banyak yang sering bertanya, “kenapa sih selalu pakai
rok?”, “kenapa kerudungnya lebar banget?”, “kenapa kerudungnya double?, dan
sebagainya. Saya pun harus menjawab satu persatu pertanyaan mereka dengan
perlahan. Mereka pun akhrinya mengerti, namun ada juga yang masih belum
menerima pernyataan saya. Teman-teman SMA saya juga pernah mengolok saya
tentang penampilan baru saya. Mereka kaget melihat perubahan drastic saya,
mereka bahkan mengatakan penampilan baru saya terkesan kaku dan ketinggalan
jaman. Namun untungnya, masih banyak juga teman dan keluarga yang masih
mendukung saya. Saya jadi teringat tentang petuah dari salah satu ustadz bahwa
dalam dakwah ini ada karma. Ada pejuang dakwah yang akan berjuang
habis-habisan, ada yang mendukung, namun juga ada yang akan hanya menjadi
penonton. Semua orang dalam dakwah ini berada dalam porsi masing-masing.
Di kemuslimahan saya belajar banyak tentang pembinaan
khsusus muslimah. Hingga akhirnya di tahun kepengurusan Jamaah Muslima
Veteriner (JMV) berikutnya, saya terpilih menjadi kepala bidang kemuslimahan
periode 2012. Mas’ulah JMV, ukhti Lailia memberikan amanah tersebut kepada
saya, karena berpikir saya sudah belajar banyak tentang kemuslimahan, dan juga
memiliki pengalaman yang tidak sedikit. Tanpa banyak pertimbangan saya pun
menerima amanah tersebut. Akan ada banyak tantangan berikutnya ketika saya
menjadi kabid kemuslimahan. Namun, berkat sekretaris bidang dan staff-staff
saya di kemuslimahan, ukhti izza, dek faiz, dek murti, dan dek ita, semuanya
terasa ringan. Mereka banyak membantu saya di bidang ini untuk menyelasikan
proker-proker kemuslimahan seperti Kajian khusus muslimah, festival
kemuslimahan, dan lain-lain. Mereka juga bukan sekedar partner dalam JMV ini, tapi
mereka sudah saya anggap seperti saudara
sendiri. Kebersamaan dan kedekatan kami lebih dari sekedar partner dalam
organisasi.
Saya pun teringat dengan nasihat dari senior, bahwa dalam
dakwah ini kita juga perlu mewarnai orang lain. Masuk dalam organisasi lain
untuk nantinya menebarkan misi dakwah yang telah saya emban. Akhirnya saya pun
masuk di organisasi keprofesian bernama IMAKAHI (Ikatan Mahasiswa Kedokteran
Hewan Indonesia). Di organisasi ini anggotanya sangat heterogen, sangat berbeda
dengan anggota JMV yang sudah paham tentang arti kaffah dalam Islam. Sekali
lagi saya mendapat banyak rintangan dalam menjalankan misi dakwah ini. Ketika
terkadang rapat Imakahi harus berbarengan dengan liqo’ dan sebagainya. Maka
ketika ijin tidak mengikuti rapat pun saya harus memutar otak untuk
menyampaikan bahwa saya ada liqo’, dan itu lebih penting dari rapat apapun.
Hari demi hari saya lalui bersama anggota-anggota imakahi
semakin seru, karena sedikit demi sedikit mereka mulai mempertimbangkan
kehadiran saya, mereka mulai menghormati saya, dengan tidak mengajak berjabat
tangan, dan mulai mengerti kenapa saya harus pakai rok dan jilbab lebar. Dan
tidak hanya itu saja, yang makin membuat saya senang, adalah banyak teman-teman
akhwat di FKH akhirnya banyak yang mulai memakai kerudung.
Alhamdulilahirobbil alamin, banyak tantangan dan
rintangan dalam dakwah ini. Tak jarang bahkan kita dicaci, dimaki, diremehkan
oleh yang lain. Namun kesemua itu adalah proses panjang untuk kita mencium
wangi syurga di akhirat kelak. Dan di dalam dakwah, saya banyak belajar tentang
apa itu saudara, apa itu teman, apa itu pengorbanan, dan apa itu kerjasama. Dan
yang membuat kita makin terharu adalah ketika teman-teman kita yang sebelumnya
ammah ikut merasakan dan mencintai dakwah ini. Sungguh luar biasa pengorbanan
teman-teman dalam barisan dakwah ini. Bahkan diantara pemuda-pemudi di umur
mereka yang berfoya-foya, bersenang-senang, atau bahkan hanya menuntut ilmu
ketika di kampus, tapi aktivis-aktivis dakwah ini mereka senantiasa
mengorbankan waktu, energy, pikiran yang mereka punya untuk bekerja keras
memperjuangkan agama mereka. Tak banyak yang bisa seperti itu, dan untuk itu
mereka tidak dibayar sepeser pun. Namun insya Allah, semua amalan yang mereka
lakukan akan dicatat sebagai amalan ahli syurga. Amin ya robbal alamin.
BIODATA
PENULIS
Nama lengkap : Reni Nanda Rizkika
Angkatan
: 2010
Jurusan
: Kedokteran Hewan
FB
: Reni Nanda Rizkika
Twitter : @reninanda
Amanah
: Kepala Bidang Kemuslimahan Jama’ah Muslim Veteriner Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga