Juni 2007,
Tidak seperti teman-teman yang lain,
hampir semua sibuk mondar-mandir mempersiapkan
diri untuk mengikuti SNMPTN. Mulai dari ikut les, cari referensi ke alumni,
hingga mencari link dari dalam agar
bisa diterima masuk PTN favorit masing-masing. Keadaan tersebut sangatlah
bertolak belakang dengan kondisiku yang sangat santai seakan tiada beban sama
sekali, atau bahkan mungkin terlihat di mata teman-teman ku kalo aku ini ga’
ada niat sama sekali untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Memang sih
pada saat itu, dalam hati sudah ku putuskan kalo aku hanya akan ikut tes USM
STAN, STIES, atau PTN lain yang biaya kuliahnya Gratis, timpat tinggal gratis,
pokoknya semua serba gratis deh...,he he.
Oleh karena itu setelah aku
dinyatakan lulus dengan nilai ujian nasional rata-rata 8,7 di setiap mata
pelajaran yang diujikan, aku langsung berangkat ke Malang untuk mengikuti
bimbingan belajar di salah satu lembaga yang memang khusus didirikan untuk
menyediakan pelayanan dalam bentuk pembelajaran kepada lulusan SMA yang ingin
mengikuti tes ujian saringan masuk STAN. Kurang lebih selama satu bulan aku
mengikuti bimbingan tersebut, dengan harapan besar agar aku bisa diterima di
STAN. Namun kenyataan berkata lain, setelah satu bulan menunggu tibalah
waktunya pengumuman dan ternyata namaku tidak termasuk dalam peserta tes yang
lulus. Sedih rasanya, bahkan aku masih tidak percaya dengan apa yang terjadi,
aku mencoba menenangkan diriku sendiri sembari ber-husnudzon mungkin ada kesalahan sistem, panitia kurang teliti, atau
hal-hal lain yang memungkinkan namaku tidak terdeteksi komputer sehingga aku
tidak termasuk dalam daftar peserta yang lulus. Di hari berikutnya aku mencoba
membuka lagi website STAN, tapi sekali lagi realita berkata bahwa aku
benar-benar tidak lulus. Sungguh ini sangat membuat aku terpukul sekaligus
merasa bersalah karena aku sudah mengecewakan kedua orang tua ku. Mereka susah
payah membiayaiku, dan mereka pun menaruh harapan besar di pundakku bahwa aku bisa.
Tapi sekali lagi Allah tidak mengizinkan aku…!!!
Pasca pupusnya harapanku masuk STAN,
hidupku pun mulai tidak beraturan. Nongkrong, ngopi, dan begadang sampe’ malam
menjadi kebiasaanku setiap hari. Namun Alhamdulillah pada waktu itu sholat,
ngaji, serta aktivitas rohani yang lain masih tetap terjaga. Sehingga
pergaulanku pun masih pada batas kewajaran.
Seiring
berjalannya waktu, aku mulai bisa melupakan kegagalanku untuk menjadi mahasiswa
STAN. Dalam hati aku yakin bahwa Allah pasti punya rencana lain yang jauh lebih
baik dari keinginanku. Akhirnya tepat di bulan November 2007, aku memutuskan
untuk hijrah ke Jakarta mencari kerja sekaligus menambah wawasan dan
pengalaman. Dengan dibantu teman saudara perempuanku yang kebetulan kerja di
salah satu pabrik konveksi di Cilincing Jakarta Utara, aku mulai mempersiapkan
segala persyaratan administrasi yang dibutuhkan oleh seorang pelamar kerja.
Sungguh mengherankan, ternyata untuk melamar kerja saja mereka para pencari
kerja harus membuat surat keterangan pengalaman kerja palsu. Karena memang
kebanyakan dari mereka belum berpengalaman, dan lebih dari 80% mereka adalah
pendatang dari desa yang mengharapkan percikan surga Jakarta. Awalnya aku
menolak untuk melakukan hal yang sama dengan mereka, namun karena teman saudaraku
itu memaksa akhirnya aku bersedia membuat surat keterangan pengalaman kerja
palsu.
Setelah
semua administrasi lengkap, satu persatu perusahaan yang ada di Kawasan Berikat
Nusantara (KBN), Cakung-Cilincing mulai ku datangi, dan waktu itu aku tidak sendiri,
bersamaku ada ratusan pelamar lain yang mengantri untuk memasukkan surat
lamaran mereka. Setelah hampir dua minggu berkeliling untuk mencari lowongan
kerja dan hasilnya nihil, akhirnya aku dikenalkan oleh teman kakakku ke
sejumlah orang internal perusahaan, dan dari mereka aku disarankan untuk
melamar pekerjaan ke beberapa kota selain Jakarta di mana peluang diterimanya
lebih besar dari pada di KBN.
Mulai
dari Cikarang, Cengkareng, Bekasi, hingga Tanggerang sudah kucoba untuk ku datangi,
namun lagi-lagi hasilnya tetap nihil. Kemudian aku kembali dikenalkan oleh
teman kakakku kepada seseorang yang bekerja sebagai supervisor di salah satu
perusahaan konveksi yang ada di Sukabumi, dan esok paginya aku pun langsung di
ajak oleh orang tersebut pergi ke Sukabumi untuk melihat perusahaan konveksi di
sana. Selama di Sukabumi aku diajak tinggal dengan buruh-buruh lain yang
bekerja di sana yang memang rata-rata dari mereka bukanlah orang sana. Ada
orang Depok, Cibadak, hingga orang Bojonegoro yang merantau mengais nafkah di
kota Moci tersebut.
Selama
kurang lebih satu minggu aku hidup di Sukabumi sambil mendatangi satu persatu
perusahaan yang ada di sana. Namun sebelum mendapatkan jawaban dari perusahaan
yang aku lamar, aku mendapat kabar buruk dari desa. Lewat telepon seluler,
bibiku mengabarkan bahwa Bapak mengalami kecelakaan dan sedang dirawat di rumah
sakit. Dari kecelakaan tersebut, beliau divonis patah tulang punggung dan
dikhawatirkan tidak dapat lagi bekerja, bahkan bangun dari tempat tidur.
Mendapat kabar tersebut, aku mencoba tabah dan menenangkan diriku sendiri,
sekali lagi aku yakin ini adalah ujian dari Allah yang kuasa akan hidup dan
matiku. Esok harinya aku berpamitan kepada teman-teman buruh yang stu kontrakan
denganku, sembari menjelaskan kenapa aku memutuskan untuk pulang. Memang ini
semua mungkin merupakan bagian kecil dari kisah hidup yang harus aku jalani.
Setelah
tiba di rumah, air mata ku hampir menetes melihat kondisi bapakku yang
terbaring tanpa daya di kasur. Perban putih panjang hampir menutupi sekujur
tubuh beliau. Hal itulah yang membuatku untuk memutuskan tidak akan kembali ke
Jakarta dan tetap di rumah menggantikan peran beliau sebagai kepala keluarga
sekaligus pencari nafkah bagi keluarga.
Bapakku sehari-hari berprofesi sebagai
pedagang gerabah dan tukang ojek, dari dua mata pencaharian inilah aku
dibesarkan dan disekolahkan. Oleh karena itu, setelah Bapak mendapatkan
kecelakaan aku memutuskan untuk menggantikan peran beliau di mata pencaharian
tersebut, yakni sebagai pedagang gerabah sekaligus tukang ojek. Setiap pukul
01.30 pagi aku mengantarkan Ibuku untuk berjualan ikan panggang di pasar yang
jaraknya kurang lebih 30 KM dari rumah, dan kemudian ba’da subuh aku
mengantarkan pelanggan bapak untuk berjualan ikan Pindang ke pasar-pasar di
desa sekitar hingga pukul 10.00 pagi, setelah itu pukul 12.30, ba’da dhuhur aku
berjualan gerabah hingga paling lama pukul 20.00, begitulah setiap hari
aktivitasku dan sedikitpun tidak ada rasa keterpaksaan dalam diriku untuk
menjalani aktivitas tersebut. Setelah beraktivitas untuk mendapatkan materi
dalam bentuk uang, aku menyempatkan belajar materi serta soal-soal SNMPTN,
karena memang aku sangat ingin kuliah bagaimanapun caranya asal Allah Ridlo.
Disamping bekerja sebagai pedagang
Gerabah dan tukang Ojek, aku pun juga berwira usaha dengan membuka counter hp. Dari ketiga mata pecaharian
inilah aku membiayai hidupku dan keluargaku, hingga akhirnya aku pun bisa ikut
bimbel khusus SNMPTN di salah satu lembaga yang cukup terkenal di kotaku. Dari
sinilah aku memulai asahku untuk mewujudkan cita-citaku untuk mengenyam
pendidikan di bangku kuliah. Di dalam perjalanan aku menimba ilmu di bimbel
tersebut, hatiku sedikit terganggu dengan timbulnya benih-benih cinta di hati
kepada seorang perempuan yang memang cantik parasnya. Sayang pada saat itu dia
sudah punya pacar, dan pacarnya kebetulan adalah temanku sendiri. Namun
ternyata temanku hanya mempermainkan perempuan yang aku cintai itu, aku pun
menjadi iba dan merasa bersalah karena tidak bisa melindunginya. Setelah dia
putus dari temanku, benih-benih cinta di antara kami pun semakin tumbuh. Pada
akhirnya kami pun diterima di universitas yang sama, tapi anehnya hatiku justru
tidak nyaman dengan hubungan yang kami bina. Hatiku mengatakan bahwa ini salah,
dan segera harus kuhentikan…!!!
Lewat takdir Allah, aku masuk di perguruan
tinggi yang sebenarnya kurang aku minati. Sedikit kecewa, namun aku yakin pasti
Allah punya rencana lain buatku. Di kampus baruku ini aku tinggal di masjid
bersama kakak angkatan yang notabene adalah aktivis dakwah. Aku banyak belajar
dari aktifitas apa yang beliau lakukan, mulai dari adab perempuan dengan
laki-laki, cara bergaul, dan banyak pengetahuan lain yang sebelumnya belum
pernah aku dapatkan. Pada suatu waktu akhirnya aku semakin yakin dan memutuskan
untuk mengakhiri hubungan dengan perempuan yang belum halal untukku secara
baik-baik. Awalnya memang sulit, tapi sekali lagi kuyakinkan diriku bahwa ini
memang tidak benar. Akhirnya dengan alasan yang aku sampaikan ke dia, dia pun
menerima keputusanku meskipun aku yakin itu juga sangat berat buat dia.
Setelah peristiwa itu, aku semakin
banyak belajar Islam lewat kajian-kajian yang diadakan oleh LDK atau LDF di
kampusku, dan alhamdulillah sampai sekarang aku masih diberikan keistiqomahan
oleh Allah untuk menetapi jalan dakwah yang penuh rahmat ini. Awalnya dulu aku
menolak ajakan kakak-kakak angkatan untuk bergabung dengan SKI fakultas atau
LDK universitas. Pikirku mengikuti hal-hal demikian hanya buang-buang waktu
saja. Namun semua asumsi ku mulai berubah ketika setiap malam aku melihat
teman-teman sefakultasku berkumpul di depan masjid. Awalnya aku mengira mereka
sedang rapat, tetapi setelah aku telusuri dari seorang teman ternyata mereka
sedang melaksanakan halaqoh. Iya HALAQOH..,, apa itu ??? aq sendiri pun awalnya
tidak mengerti apa yang dimaksud halaqoh itu. Akhirnya rasa penasaranku
membuatku terjerumus untuk bergabung
dengan mereka, di suatu malam aku memutuskan ikut nimbrung dengan teman-teman
yang dihalaqohi kakak angkatan yang kebetulan sekamar denganku.
Lewat
halaqoh tersebut semakin mengukukuhkan niatku untuk masuk lebih dalam di jalan
dakwah tercinta ini, dan aku pun semakin bersemangat untuk mendakwahkan Islam
ke teman-teman yang aku kenal. Aku yakin semua kegagalanku dulu adalah wujud
cinta Allah kepada ku, lewat takdir-Nya aku bisa menikmati indah dan manisnya
ukhuwah Islamiyah dalam medan juang dakwah.
Waktu semakin berlalu, dan amanahku
pun semakin bertambah. Aku yang dulunya dihalaqohi, sekarang berubah menjadi
orang yang menghalaqohi. Memang amanah dakwah semakin lama semakin berat, namun
dengan secercah ketulusan dan keikhlasan dalam memperjuangkan Islam, dakwah ini
benar-benar begitu terasa nikmat. Saat ini aku semakin tahu bagaimana dakwah
ini diperjuangkan, dikader dan mengkader adalah sebuah proses panjang yang
sanggup membuat dakwah ini terus bertahan dan berkembang.
Sekali lagi syukur tiada tara
terucap sekeras-kerasnya pada sang kholik pencipta hamba. Engkaulah
satu-satunya dzat maha pengasih lagi maha penyayang yang mengerti apa yang aku
butuhkan, bukan keinginan kami yang engkau kabulkan tetapi memang kebutuhan
kami lah yang Engkau berikan…!!! Semoga Allah menetapkan hati ini dalam naungan
Islam sampai tercabutnya nyawa dari jasad fana’
ini. Amin..!!!
Biodata
Diri
Nama :
Ainun Naim
Fakultas / Jurusan : Ekonomi dan
Bisnis / Ekonomi Pembangunan
Angkatan :
2008
Nomor Hp :
085655266209
Email :
ainun_ie08@yahoo.com
FB / Blog : http://www.facebook.com/profile.php?id=1472594358
(Ainun Naim) / http://islamainun17.blogspot.com/
Amanah Sekarang :
-
Ketua Dewan Kaderisasi MoSAIC (Moslem
Student Association of Economic and Business Faculty) Unair Surabaya