Nazarku Jalan Dakwahku
Sapaan
angin lembut, menyingkap tulisan indahku tentang semua cita dan angan yang
kumiliki. Sapaan angin yang menyibakkan sejumput harap, untuk mengubah tulisan
menjadi kenyataan. Tulisan itu, adalah cita-cita untuk menapak jalan di perguruan
tinggi negeri yang kuinginkan. Perguruan tinggi negeri yang memiliki atmosfer
keilmuan, perguruan tinggi yang memiliki kualitas bagus dengan pengajar yang
luar biasa, serta biaya yang dapat meringankan beban orang tua. Harapan untuk
mendapatkan Perguruan tinggi negeri yang juga di impikan oleh semua siswa seusiaku
saat itu. Berlomba untuk mendapatkan satu kursi dari jutaan orang yang
menginginkan duduk diatasnya. Kursi harapan untuk menyongsong kehidupan yang
lebih nyata. Ketika itu, kumulai dengan coretan harapan, yang selalu ku yakini
aku akan mendapatkannya. Hari demi hari ku lalui dengan cita, harapan, usaha,
kerja keras dan doa tentunya. Aku hanyalah manusia biasa, dimana aku sedang
menginginkan suatu hal, aku akan berusaha untuk mendekati sang Maha pemberi harapan,
Allah SWT. Dalam setiap sujudku, selalu ku selipkan doa atas semua harapan-harapanku.
Salah satu harapan yang selalu kusebut adalah mendapatkan perguruan tinggi negeri
tersebut. Selain mendekatkan diri pada bank soal, aku pun mendekatkan diri pada
Sang pemilik bank kehidupan yang memegang kendali atas semuanya. Mengucapkan
doa-doa baik yang mungkin terlupakan ketika sedang tidak menginginkan sesuatu. Selain
tercetus banyak doa, tercetus pula sebuah “nazar”.
Nazar yang
ketika itu tercetus dari awal pengelihatanku, melihat sosok muslimah tangguh penuh
senyum. Saat itu, aku hanya berpikir sungguh anggunnya melihat perempuan
muslimah yang memakai kerudung menjuntai menutup dada dan hiasan rok yang indah
yang membuat sosok itu semakin terlihat santun, dengan senyuman lembut untuk
menyapa semua orang yang dilihatnya di sepanjang jalan. Mulai saat itu, aku
memantapkan nazar ku. Aku memilih untuk ber-nazar apabila mendapatkan perguruan
tinggi yang kuinginkan, aku akan menjadi wanita yang lebih agamis dan menjadi
aktivis yang solehah dan bergabung dalam barisan kesoleh-an. Ketika itu, aku
hanya sesosok gadis remaja yang tak mengerti sedikit pun tentang pengetahuan
agama Islam. Aku hanya mengetahui sebatas pelajaran Agama Islam yang terdapat dalam
ruang-ruang kelas sekolah.
Saat itu, nazar
ku begitu menggebu seiring cita yang menggebu pula, bagaikan detak jantung
manusia setelah berlari. Kian hari entah mengapa, nazarku semakin terperinci.
Mungkin, karena keinginanku yang kuat untuk merubah diri menjadi sosok yang
lebih baik dan menjadi pribadi yang tangguh.
Hari
demi hari pun berlalu dengan sangt lambat, bagiku. Doa, nazar dan usaha terus
mengiringi seluruh kegiatanku. Sisa-sisa waktu menjelang tes perguruan tinggi, kulalui
dengan penuh semangat dan harap. Sampai pada akhirnya aku mengikuti beberapa tes
yang sudah dijadwalkan untuk perguruan tinggi yang ku inginkan. Hari itu, aku
amat percaya diri mengerjakan lembar demi lembar soal yang agak rumit. Hari-hari
ujian pun selesai dengan semestinya.
Lembaran
kalender di atas meja belajarku, semakin berkurang. Hari yang berganti setelah
ujian perguruan tinggi, ku lewati dengan terus melantunkan doa dan terucap
terulang-ulang nazar itu kembali. Nazar ingin merubah sosok diri menjadi sosok
muslimah dengan jilbab panjang dengan rok anggun dan senyum ikhlas yang selalu
terpancar. Mendekati pengumuman penerimaan mahasiswa perguruan tinggi,
jantungku semakin menunjukkan indikasi peningkatan detaknya. Sampai saat
pengumuman tiba, aku berusaha melihat pengumumannya melalui koneksi internet.
Koneksi yang begitu lambat saat itu, membuat degup jantung pun berdebar lebih
cepat lagi. Setelah berhasil memasuki runtutan tabel nama, aku mulai membaca
nama-nama tersebut satu persatu. Terseliplah satu nama, yang menunjukkan
namaku. Aku pastikan, tidak kelirunya nama yang ku baca. Karena, namaku
termasuk nama yang banyak dimiliki oleh orang lain pula. Kubaca dengan seksama
dengan mata yang terbelalak dan tidak berkedip sedikit pun. Sudah kupastikan
berkali-kali yaa, itu adalah namaku. Aku mendapatkan perguruan tinggi
beralmamater kuning dengan jurusan Biologi. Ya, bahagia bercampur haru pun tersingkap. Semua hasil yang amat ku syukuri
dengan banyak doa yang terucap pula kepada-Nya.
Aku
mempersiapkan segalanya untuk menyongsong kehidupan baru di perguruan tinggi.
Saat itu, dukungan keluarga dan kerabat serta sahabat menjadi bekal untukku
memasukki dunia kampus yang akan ku jalani. Semua persiapan, sungguh sangat ku susun dan
menyiapkannya dengan detail. Lalu, apakabar dengan nazarku?. Nazar yang masih
membuatku ragu untuk menjadi perempuan dengan penampilan yang luar biasa. Banyak
pertimbangan yang aku pikirkan yaitu “apakah aku bisa? Mengalami perubahan yang
sangat drastis?”. Dari prempuan biasa saja, dengan jilbab yang hanya menutupi
sampai bagian leher dan memakai celana skinny yang membentuk bagian kaki,
menjadi sosok perempuan muslimah yang menutupi aurat tanpa terlihat bentuk
badan sedikit pun.
Tidak
sabar sekali, aku menantikan hari pertama memasuki gerbang perkuliahan. Ketika
itu, aku masih dengan penampilan lamaku. Masih teringat, saat itu aku
mengenakan kemeja dengan warna cokelat muda, mengenakan skinny jeans, dengan dibalut
jilbab berwarna senada yang di singkap kedua ujungnya ke kanan dan ke kiri. Hari
pertama kuliah, saat itu terdapat acara expo UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa).
Expo UKM adalah acara pengenalan Unit Kegiatan Mahasiswa yang ada di fakultasku.
Terdapat beberapa stan yang dibuat seunik dan sebagus mungkin untuk menarik
perhatian mahasiswa baru. Ketika itu, dibawah pohon rindang taman kampus
terdapat satu stan yang membuat perhatianku tertuju padanya. Ya, sepertinya di
sana adalah stan anak-anak rohis pikirku. Karena, hanya di stan itu antara
laki-laki dan perempuan dipisahkan oleh satu sekat. Terdapat banyak
perempuan-perempuan anggun dengan jilbab panjang dan rok yang menjuntai indah.
Sekumpulan aki-laki yang ada di stan tersebut pun wajahnya terlihat santun dan
bercahaya. Ku perhatikan, mereka sesekali bersenda gurau, namun tidak
berlebihan. Kuberanikan diri menghampiri stan UKM tersebut. Saat langkah demi
langkah mendekati stan UKM itu, aku di sapa oleh seseorang. Seorang perempuan
manis dan ceria yang mengenakan jilbab panjang menutupi dada dengan baju
sederhana namun terlihat manis. “Assalammu’alaikum de...” sapa perempuan itu lembut,
sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman. “Wa’alaikumsalam..” Jawabku. “Ayo
masuk dan lihat stan kami!” lanjutnya berucap. Akhirnya aku masuk dan melihat
satu persatu foto-foto yang disusun rapi di kayu triplek tipis. Banyak
foto-foto kegiatan UKM ini. Ketika kubaca dari keterangan foto yang ada, semua
kegiatannya bagus dan sangat positif, mulai dari tabligh akbar, bakti sosial,
buka puasa bersama anak yatim dan banyak hal. Aku melihat-lihat sembari ngobrol
dengan perempuan berjilbab tadi yang kemudian ku ketahui namanya mba Rosa. Mba
Rosa menanyakanku berbagai hal, mulai dari nama, asal, sampai alasan memasuki
fakultas biologi. Lalu, giliranku bertanya “Mba, kalo UKM ini namanya apa ya
mba? Rohis ya?” tanyaku polos. Mba Rosa menjawab “UKMI de.. (Unit Kegiatan
Mahasiswa Islam)” jawabnya. Setelah banyak berbincang-bincang tentang
kegiatan-kegiatan UKMI, aku pun semakin tertarik. Sampai pada akhir
perbincangan, aku disodorkan lembaran kertas yang memuat judul formulir
pendaftaran anggota baru UKMI 2010. Lalu, mba Rosa berucap “Kalau ade tertarik
untuk bergabung dengan UKMI, silahkan isi formulirnya ya de..”. “Kapan pengumpulan formulirnya mba?” tanyaku.
“sekarang boleh, atau besok hari ke dua expo UKM pun boleh dik..” jawabnya
menjelaskan. “yasudah mba, aku bawa dulu saja formulirnya besok aku kembalikan..
terimakasih ya mba” ujarku. Aku memutuskan untuk meninggalkan stan UKMI.
Saat
mengisi lembaran formulir itu, aku semakin teringat dengan nazarku untuk
menjadi pribadi yang lebih baik untuk menjadi muslimah dengan jilbab yang baik
sesuai syariat dan tergabung dalam barisan orang-orang yang baik pula. Satu
persatu isian formulir kuisi seraya membayangkan wajah mba Rosa yang penuh
senyum dan ramah. “Mungkin, memang ini teguran dari Allah agar aku mengingat
janjiku pada-Nya waktu itu” pikirku.
Keesokan
harinya, aku kembali menghampiri stan UKMI (Unit Kegiatan Mahasiswa Islam)
untuk memasukkan formulir yang sudah ku isi. Aku tidak menemukan sosok mba
Rosa, tapi aku menemukan sosok yang baru. Jilbabnya panjang, pembawaannya ceria
dan supel. Namanya mba Fifi. Aku tau, karena perempuan disebelahnya
memanggilnya begitu. “Assalammu’alaikum” katanya menyapaku. “Wa’alaikumsalam..Mba,
aku mau memasukkan formulir yang sudah ku isi” jawabku seraya menyodorkan 2
lembar kertas. “ohh iya de, terimakasih” jawabnya ramah seraya menerima
lembaran formulir itu.
Mulai
saat itu, aku tergabung menjadi anggota baru UKMI 2010. Beberapa bulan kuliah
dan beberapa bulan menjadi anggota Kegiatan Kerohanian Islam, aku masih
mengenakan kostum lamaku dengan kemeja, celana jeans dan jilbab alakadarnya.
Awalnya, aku hanya ingin menjadi anggota ‘biasa’ yang hanya mengikuti kajian
Islam yang diselenggarakan UKMI, tanpa menjadi pengurus organisasi Ke-Islaman
ini. Karena, aku masih berpikir masih belum cukup pantas untukku disejajarkan
ke dalam bagan kepengurusan bersama orang-orang yang penampilannya dan
akhlaknya sudah sangat baik. Apalagi melihat sosok-sosok pengurus seperti mereka
yang luar biasa terlihat dari sikap dan tuturnya. Sampai pada suatu saat,
terdapat kajian tentang dakwah kampus dan aku mengikutinya. Saat itu, terangkum
kesimpulan kajian bahwa Rohis di Fakultas merupaka Lembaga dakwah fakultas yang
menyebarkan atmosfer keislaman di semua ruang-ruang kampus. Aku semakin berat
berpikir untuk melanjutkan langkahku di UKM ke-Islaman ini. Karena, menurutku
kata ‘dakwah’ merupakan kata yang sulit untuk diterapkan apalagi dengan sosok sepertiku
yang belum mengalami perubahan apapun. Beberapa hari, aku sering di ajak
diskusi oleh para pengurus UKMI dan dibujuk untuk menjadi pengurus UKMI. Saat
itu, yang kupikirkan hanya mengikuti kajian, mengikuti kajian dan kajian tanpa
harus ada embel-embel berdakwah kepada orang lain karena aku pun sangat butuh di
dakwahi. Ketidaksiapan dan keraguan ku, membawa ku untuk menjauhi kegiatan
UKMI. Semakin lama mencoba menjauhi sedikit kegiatan-kegiatan UKMI. Karena, aku
benar-benar tidak siap dan belum ada keinginan untuk menyiapkan kesiapan
tersebut.
Beberapa
minggu setelah menjauh dari kegiatan UKMI. Beberapa minggu tanpa siraman
rukhiyah, aku merasa ada komponen yang kurang dari diriku. Sikap menghindar
karena beralasan ‘tidak siap berdakwah’ menjadi alasan yang cukup kuat untukku
menghindar dari UKMI. Namun, aku pun teringat dengan catatan nazar yang sangat
terperinci, catatan yang ku simpan di atas meja belajarku agar aku tidak
melupakannya. Bertuliskan catatan : 1. Merubah penampilan menjadi muslimah sesungguhnya
dengan mengenakan rok dan jilbab panjang. 2. Bergabung dalam barisan
orang-orang soleh dan solehah (masuk Rohis) disertai coretan emotion smile.
Poin kedua merujuk pada usahaku mendekatkan diri dengan barisan rohani Islam
dalah hal ini UKMI.
Banyak
hal yang aku pertimbangkan saat itu. “aku hanya ingin ikut kajian, tidak untuk
mendakwahi orang-orang karena kapasitas ke-Islaman ku pun belum memadai”
pikirku. Namun, dilain sisi aku berpikir ulang “nazar, adalah janjiku dengan
Allah. Mengingkari janji dengan manusia saja tidak boleh, apalagi mengingkari
perjanjian dengan Allah?” sahut pikiranku yang lain. Aku masih dalam keadaan
‘punya hutang kepada Allah’. Aku belum berubah menjadi perempuan solehah, walaupun
aku sudah mendapat jalan yang menunjukkanku menuju kesolehan. Lalu, pikiranku
yang lain berkata “sampai kapan menunggu kesiapan? Sampai kapan hanya ingin
berubah tetapi tidak ada usaha?”. Akhirnya,
aku memutuskan untuk kembali aktif di UKMI.
Aku
mantapkan langkah untuk mengikuti kembali segala kegiatan UKMI dan termasuk ke
dalam anggota yang aktif. Aku terus berproses dengan dikelilingi oleh orang
yang berproses pula. Banyak hal tersirat yang diajarkan oleh orang-orang luar
biasa yang ada di sekelilingku. Semakin lama di UKMI, aku memahami arti dakwah.
Dakwah bukan hanya sekedar tugas dari kegiatan keIslaman dikampus, tapi dakwah
adalah kewajiban setiap umat tanpa terkecuali. Aku mantap untuk menjadi
pengurus UKMI dan di tempatkan sebagai Staf Departemen Syiar divisi isu dan
kajian. Perlahan, aku mulai merubah penampilanku. Dimulai dari mengenakan rok,
kelama-lamaan mengenakan jilbab yang ku ulurkan sedikit demi sedikit. Semua
proses yang kurasakan, memiliki makna yang mendalam. Aku belajar dari
kekurangan, aku belajar dari keraguan, aku belajar dari proses.
Sampai pada
akhirnya aku mantapkan langkahku ini, bukan hanya untuk penggugur janji pada
Allah (nazar) semata. Tapi, aku meluruskan niat semua yang ku lakukan di jalan
ini, untuk mendapat Ridho-Nya, tanpa embel-embel yang lainnya. Allah maha
mengetahui yang terbaik untuk hamba-Nya. Allah memiliki banyak jalan agar
hamba-Nya mendekat pada-Nya. Aku berusaha untuk belajar sambil terus mengamalkannya,
learning by doing. Sampai kapan dakwah akan dimulai apabila orang-orang
didalamnya hanya sibuk meningkatkan kualitas keimanan. Sampai kapan dakwah
ingin berlari, apabila pendakwahnya hanya mampu berjalan?.
Lembaga Dakwah
Kampus (LDK) merupakan wadah untuk Allah mengutus orang-orang yang dapat
menyentuh hati seseorang. LDK bukan hanya lembaga yang mengerjakan program
kerja semata. Tapi, lebih dalam dari itu LDK memiliki daya tarik untuk menarik
seseorang ke dalam kebaikan mengingat dan kembali pada jalan Allah.
BIODATA
NAMA
LENGKAP : RIZKA NABILAH
ANGKATAN : 2010
JURUSAN : BIOLOGI
FACEBOOK : rizkanabila@yahoo.com/ search: Rizka
Nabilah
TWITTER : rzknabilah@gmail.com/ @rzknabilah
BLOG :
www.rizkanabilah.blogspot.com
AMANAH LDK : KEPALA DIVISI KEMSYARAKATAN DEPARTEMEN SYIAR UNIT KEGIATAN
MAHASISWA ISLAM. FAKULTAS BIOLOGI. UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN