Malang, Kota sejuta harapan, begitu saya bilang. Meskipun julukan ini kerap hanya diberikan oleh berantau bagi ibukota Jakarta, tapi saya kira tidak akan alah jika kita menggantungkan sejuta harapan bagi kota malang. Bahkan mungkin lebih. Tentu kita tak patut jika hanya menjadi amnesia yang hanya berpangku tangan atas segala harapan. Jika anda mahsiswa atau pelajar banyak yang bisa anda perbuat. Anda petani, pegawai , wirausahawan atau munkin anda ialah salah satu pemegang kursi kebijakan legislative kota malang. Tentu banyak yang bisa anada tentukan melalui suara masyarakat yang telah dititipkan kepada anda. Kesejahteraan semu itulah yang banyak saya lihat saat ini. Malang tak pernah terekspose sebgai kota dengan penghasilan rendah atau sebgai kota termiskin. Karena mungkin itu ilah pandangan dari sudut besar warga malang. Suatu ketika pada Malabulan agustus saya pernah melakukan survey di daerah lesan puro kota malang. Kebetulan beberapa gang masuk daerah lesan puro berdekatan dengan bantaran sungai. Saya tidak melihat keanehan yang berarti. Rumah disana tidak lebih buruk dari rumah yang ada dibantaran suangi kota Jakarta. Semuanya terlihat biasa saja. Bahkan sangat biasa. Hingga saya dan beberapa rekan benar-benar terjun untuk wawancara langsung dengan penduduk sekitar. Kami tak sempat berbicara banyak, namun kami justru mendapat banyak cerita dari mereka. Rumah memang tertata tidak terlalu buruk. Sangat kecil tapi setidaknya tersusun dari bahan rumah yang masih layak. Tapi rupanya ada suatu yang mengganjal. Ada suatu yang tak sepadan. Warga mengatakan bahwa hampir semua tanah yang mereka tempati sebgai tempat berdirinya rumah mereka bukanlah tanah milik sendiri. Setiap tahun ada harga cukup mahal yang harus mereka bayar agar merea dapat mempertahankan untuk tinggal ditempat tersebut.sedangkan rumah ialah milik mereka sendiri. Sungguh mengherankan. Tanah berada dibantaran sungai yang setiap curah hujan tinggi ancaman banjir tidak ragu-ragu untuk menyerang, tap ternyata masih tinggi diperjual belikan.
Jujur saya tidak pernah menyangka. Ternyata dibalik kondisi kota malang yang serba ringan masih banyak pekerjaan yang belum terselesaikan. Oleh karena itu kita dan saya yang mencintai malang, berbuatlah sebaik dan sebanyak mungkin agar tercipta malang yang sejahtera secara merata diberbagai penjuru. Salam Arema salam sejahtera.