7 Fakta seputar Asap Kabut yg Terjadi di Riau - Kabut asap sudah mulai menyelimuti Pekanbaru, Riau, pada akhir April 2013 lalu. Namun mulai menyebar ke negara jiran Singapura dan Malaysia pada pekan keempat Juni 2013 lalu. Berikut fakta mengenai kabut asap yang membuat kalang kabut 3 negara bertetangga ini,dikutip dari News.detik:
1. Kabut Asap di Singapura Terburuk dalam 16 Tahun
1. Kabut Asap di Singapura Terburuk dalam 16 Tahun
Kabut Asap di Singapura Terburuk dalam 16 TahunMenurut situs Badan Lingkungan Hidup Nasional, NEA, Indeks Standar Polutan pada Rabu, 19 Juni 2013 pukul 15.00 waktu setempat telah melonjak ke level 172, jauh melampaui batasan level 100 yang berarti "tidak sehat". Ini merupakan level kabut asap terburuk di Singapura sejak tahun 1997 lalu ketika angkanya mencapai 226.
Bahkan keesokan harinya, Level Pollutant Standards Index (PSI) mencapai level 371, yang merupakan level tertinggi dalam enam tahun terakhir.
Badan Lingkungan Nasional (NEA) mencatat, level PSI 371 ini terjadi sejak pukul 13.00 waktu setempat. Level tertinggi yang sempat tercatat sebelumnya terjadi pada Rabu (19/6) malam, dengan PSI 321.
2. Jarak Pandang di Riau di Bawah 100 Meter
Jarak Pandang di Riau di Bawah 100 MeterKabut asap di Riau bertambah parah dalam dua pekan terakhir. Di Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), jarak pandang terbatas di bawah 100 meter.
"Jika kabut asap di Pekanbaru baru dirasakan dalam sepekan ini, berbeda di tempat kami. Kami sudah merasakan dua pekan ini dilanda kabut asap. Pagi ini jarak pandang hanya 100 meter," ujar Atan Budi (56), warga Kota Bagansiapi-api, ibu kota Rohil, dalam perbincangan dengan detikcom, Selasa (25/6/2013).
Kabupaten Rohil adalah satu di antara kabupaten lainnya yang kini dilanda kebakaran hutan dan lahan. Kondisi kebakaran hutan dan lahan saban hari terus meluas tanpa bisa terkendalikan. "Sesak rasanya nafas kita kalau terus menerus seperti ini. Masyarakat bersama pemerintah daerah sudah berupaya melakukan pemadaman di kawasan hutan," tutur Atan.
Di Kabupaten ini juga tercatat suami istri yang menjadi korban imbas kebakaran hutan dan lahan. Beberapa hari lalu, sepasang suami istri, Dulsani Purba (48) dan Lainem (45) terkejut melihat kondisi kebun sawitnya terkena rembetan api. Mereka berusaha lari, namun Lainem menjadi korban. Sang istri tewas akibat luka bakar dari rembetan api di kawasan hutan. Sedangkan suaminya Dulsani Purba kini terbaring di RS Awal Bros karena mengalami luka bakar 80 persen di tubuhnya.
3. Lebih dari 100 Titik Api
Lebih dari 100 Titik Api
Saat ini terdapat lebih dari 100 titik api di Riau yang menyebabkan asap tebal meluas ke Si
ngapura dan Malaysia. 80 persennya terdapat di areal perkebunan yang kebanyakan merupakan lahan gambut.
"Jadi di Riau itu tadi kami pagi rapat di Kemenkokesra. Di situ ada 100-an lebih titik api, 80% itu di area pertanian dan perkebunan, di area hutan itu kira-kira 20% saja," ujar Menhut Zulkifli Hasan di Istana Negara, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis (20/6/2013).
100 titik api tersebut tersebar di 800 hektar kawasan hutan di Riau. Api tersebut timbul karena diduga dilakukan secara sengaja untuk membuka lahan perkebunan.
"800 hektar itu ada di Bengkalis, Pelalawan, dan Kota. Itu di luar kawasan yang di area pertanian dan perkebunan. Jadi memang banyak buka lahan untuk perkebunan karena land clearing itu kan biasanya dibakar," jelasnya.
Sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mendata lokasi titik-titik itu.
Berdasarkan pantauan hotspot tanggal 18 Juni 2013 berdasarkan data satelit NOAA18 di Kementerian Kehutanan, jumlah hotspot di:
1. Riau 148 titik,
2. Jambi 26 titik,
3. Kalbar 22 titik,
4. Sumsel 6 titik, dan
5. Sumbar 5 titik.
"Hotspot juga terjadi di negara lain seperti Malaysia 8 titik, Thailand, Lao PDR, Vietnam, Cambodia 29 titik, dan Myanmar 17 titik. Jumlah tersebut belum dikategorikan besar jika dibandingkan puncak kemarau yang seringkali mencapai ribuan titik," urai Kepala Humas BNPB Sutopo dalam siaran pers, Kamis (20/6/2013).
4. Butuh Rp 25 M, Ton-tonan Garam dan 5 Pesawat Padamkan Api
"Jadi di Riau itu tadi kami pagi rapat di Kemenkokesra. Di situ ada 100-an lebih titik api, 80% itu di area pertanian dan perkebunan, di area hutan itu kira-kira 20% saja," ujar Menhut Zulkifli Hasan di Istana Negara, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis (20/6/2013).
100 titik api tersebut tersebar di 800 hektar kawasan hutan di Riau. Api tersebut timbul karena diduga dilakukan secara sengaja untuk membuka lahan perkebunan.
"800 hektar itu ada di Bengkalis, Pelalawan, dan Kota. Itu di luar kawasan yang di area pertanian dan perkebunan. Jadi memang banyak buka lahan untuk perkebunan karena land clearing itu kan biasanya dibakar," jelasnya.
Sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mendata lokasi titik-titik itu.
Berdasarkan pantauan hotspot tanggal 18 Juni 2013 berdasarkan data satelit NOAA18 di Kementerian Kehutanan, jumlah hotspot di:
1. Riau 148 titik,
2. Jambi 26 titik,
3. Kalbar 22 titik,
4. Sumsel 6 titik, dan
5. Sumbar 5 titik.
"Hotspot juga terjadi di negara lain seperti Malaysia 8 titik, Thailand, Lao PDR, Vietnam, Cambodia 29 titik, dan Myanmar 17 titik. Jumlah tersebut belum dikategorikan besar jika dibandingkan puncak kemarau yang seringkali mencapai ribuan titik," urai Kepala Humas BNPB Sutopo dalam siaran pers, Kamis (20/6/2013).
4. Butuh Rp 25 M, Ton-tonan Garam dan 5 Pesawat Padamkan Api
Butuh Rp 25 M, Ton-tonan Garam dan 5 Pesawat Padamkan Api
"Guna mengatasi bencana asap tersebut, Badan Nasional Penanggulangan Bencana sudah menyiapkan dana Rp 25 miliar melalui dana siap pakai BNPB untuk melakukan hujan buatan," jelas Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo dalam siaran pers, Kamis (20/6/2013).
BNPB menjelaskan sudah tersedia 4 pesawat CASA BPPT, 2 pesawat CASA TNI, 1 Hercules untuk melakukan hujan buatan.
"Tadi pagi 1 pesawat CASA 212-200 milik BPPT dari Banjarmasin membawa 1 ton garam (untuk hujan buatan) dan 1 pesawat CASA TNI AU dari Halim sudah ke Pekanbaru," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam jumpa pers di Kantor BNPB, Jl Veteran, Jakarta Timur, Jumat (21/6/2013).
5. 190 Titik Api dari Perusahaan Berbasis di Singapura
BNPB menjelaskan sudah tersedia 4 pesawat CASA BPPT, 2 pesawat CASA TNI, 1 Hercules untuk melakukan hujan buatan.
"Tadi pagi 1 pesawat CASA 212-200 milik BPPT dari Banjarmasin membawa 1 ton garam (untuk hujan buatan) dan 1 pesawat CASA TNI AU dari Halim sudah ke Pekanbaru," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam jumpa pers di Kantor BNPB, Jl Veteran, Jakarta Timur, Jumat (21/6/2013).
5. 190 Titik Api dari Perusahaan Berbasis di Singapura
Pemerintah mengungkap peta titik api di Riau yang memicu kabut asap hingga ke negara tetangga. Hutan tanaman industri (HTI) milik dua perusahaan yang berbasis di Singapura memiliki titik api terbanyak. Dengan demikian pihak Singapura juga harus bertanggung jawab atas kebakaran hutan di Riau.
"Saya kira iya (bertanggung jawab), karena perusahaan ini punya kantor pusat di sana (Singapura). Jadi saya kira perlu diselesaikan dengan baik," kata Kepala Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) Kuntoro Mangkusubroto menjawab pertanyaan wartawan, di kantornya, Jalan Veteran 3, Jakarta Pusat, Jumat (21/6/2013).
Perusahaan yang dimaksud adalah APP dan APRIL yang bergerak di industri pulp and paper. Dua perusahaan tersebut memiliki konsesi HTI di Riau, yang diduga menjadi sumber bencana kebakaran hutan dan asap.
Peta yang yang ditunjukkan Kuntoro menggambarkan Provinsi Riau berwarna merah muda. Di wilayah berwarna merah muda tersebut ada pola-pola berwarna merah dan kuning. Warna merah mengacu pada APP, dan kuning menunjukkan konsesi HTI milik APRIL.
Di antara warna merah dan kuning tersebut ada titik-titik hitam yang disebut titik api. Peta ini menunjukkan APP memiliki 112 titik api dan APRIL memiliki 78 titik api, jadi total titik api dari dua perusahaan yang berkantor pusat di Singapura ini mencapai 190 titik.
6. 2 dari 8 Perusahaan Malaysia Terverifikasi Bakar Lahan
"Saya kira iya (bertanggung jawab), karena perusahaan ini punya kantor pusat di sana (Singapura). Jadi saya kira perlu diselesaikan dengan baik," kata Kepala Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) Kuntoro Mangkusubroto menjawab pertanyaan wartawan, di kantornya, Jalan Veteran 3, Jakarta Pusat, Jumat (21/6/2013).
Perusahaan yang dimaksud adalah APP dan APRIL yang bergerak di industri pulp and paper. Dua perusahaan tersebut memiliki konsesi HTI di Riau, yang diduga menjadi sumber bencana kebakaran hutan dan asap.
Peta yang yang ditunjukkan Kuntoro menggambarkan Provinsi Riau berwarna merah muda. Di wilayah berwarna merah muda tersebut ada pola-pola berwarna merah dan kuning. Warna merah mengacu pada APP, dan kuning menunjukkan konsesi HTI milik APRIL.
Di antara warna merah dan kuning tersebut ada titik-titik hitam yang disebut titik api. Peta ini menunjukkan APP memiliki 112 titik api dan APRIL memiliki 78 titik api, jadi total titik api dari dua perusahaan yang berkantor pusat di Singapura ini mencapai 190 titik.
6. 2 dari 8 Perusahaan Malaysia Terverifikasi Bakar Lahan
Sebelumnya telah diinformasikan oleh Menteri LH Balthasar Kambuaya, ada 8 perusahaan Malaysia yang terindikasi melakukan pembakaran lahan di Riau.
Balthasar menjelaskan 8 perusahaan itu adalah PT Langgam Inti Hiberida, PT Bumi Reksa Sejati, PT Tunggal Mitra Plantation, PT Udaya Loh Dinawi, PT Adei Plantation, PT Jatim Jaya Perkasa, PT Multi Gambut Industri, dan PT Mustika Agro Lestari.
Berdasarkan surat elektronik yang diterima detikcom dari Kepala Pusat Data dan Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, Minggu (23/6/2013), Polda Riau sudah melakukan pengecekan dan verifikasi ke 2 perusahaan.
Nama 2 perusahaan tersebut antara lain PT Lagam Inti Hibrida di Pelalawan dan PT Bumi Reksa Sejati di Indragiri Hilir. Belum diketahui secara pasti tindakan apa yang akan diberikan pada 2 perusahaan tersebut, namun sebelumnya Kapolri Jenderal Timur Pradopo mengungkapkan bahwa pihak kepolisian akan melakukan proses hukum.
7. 2 Petani Pembakar Lahan Ditangkap
Balthasar menjelaskan 8 perusahaan itu adalah PT Langgam Inti Hiberida, PT Bumi Reksa Sejati, PT Tunggal Mitra Plantation, PT Udaya Loh Dinawi, PT Adei Plantation, PT Jatim Jaya Perkasa, PT Multi Gambut Industri, dan PT Mustika Agro Lestari.
Berdasarkan surat elektronik yang diterima detikcom dari Kepala Pusat Data dan Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, Minggu (23/6/2013), Polda Riau sudah melakukan pengecekan dan verifikasi ke 2 perusahaan.
Nama 2 perusahaan tersebut antara lain PT Lagam Inti Hibrida di Pelalawan dan PT Bumi Reksa Sejati di Indragiri Hilir. Belum diketahui secara pasti tindakan apa yang akan diberikan pada 2 perusahaan tersebut, namun sebelumnya Kapolri Jenderal Timur Pradopo mengungkapkan bahwa pihak kepolisian akan melakukan proses hukum.
7. 2 Petani Pembakar Lahan Ditangkap
Polda Riau menangkap dua petani yang diduga pelaku pembakaran lahan gambut di Riau. Kebakaran lahan gambut di Sumatra menyebabkan kabut asap hingga ke Singapura dan Malaysia.
"Inisial pelaku S (64), warga Rupat Utara Bengkalis dan satu lagi HP (56), warga Rokan Ilir. Mereka membersihkan lahan dengan cara membakar," kata Kabagpenum Polri, Kombes Agus Rianto, di Bareskrim Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Senin (24/6/2013)
"Inisial pelaku S (64), warga Rupat Utara Bengkalis dan satu lagi HP (56), warga Rokan Ilir. Mereka membersihkan lahan dengan cara membakar," kata Kabagpenum Polri, Kombes Agus Rianto, di Bareskrim Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Senin (24/6/2013)