“Kira-kira sudah berapa persen perempuan muslimah yang menanggalkan pakaian dan mulai memamerkan aurat dan kecantikannya?”
“Kira-kira 60% lah bos.”
“Ohh, ternyata film kartun Disney itu sukses berat ya?”
“Sepertinya begitu bos. Mereka benar-benar tak sadar kalau film-film yang mereka tonton waktu anak-anak itulah yang selama ini membuat mereka berusaha begitu keras untuk menjadi lebih dan lebih cantik lagi. Mereka benar-benar yakin kalau kecantikan adalah segalanya.”
“Yaudah bagus deh. Tapi ingat! Kita tidak boleh cepat puas. Jika memang ingin menyesatkan mereka, kita harus belajar dari setan. Setan tidak pernah cepat puas. Jika hari ini setan berhasil membuka satu kancing maka besok dia mengusahakan kancing kedua. Kita juga harus begitu. Jika hari ini kita berhasil tanggalkan pakaian mereka, besok kita harus hilangkan rasa malu mereka.”
“Tentu saja bos! Saya selalu meneladani setan ketika menyesatkan mereka. Saya selalu ingat setan tidak pernah mengharapkan hasil yang instan. Semua dilakukannya dengan kerja keras, selangkah demi selangkah, setahap demi setahap. Jadi, saya pun terus berinovasi dalam mencari cara-cara baru supaya bisa menjaring lebih banyak lagi perempuan yang suka buka-bukaan.”
“Bagus, bagus! Kalau perlu buat mereka tidak busana sekalian.”
“Emang ada wanita yang suka telanjang di depan umum bos?”
“Tentu saja tidak ada. Semua orang yang beriman pasti punya malu. Kita akan tetap buat mereka berpakaian tapi seperti telanjang. Biar kujelaskan.” Si botak gondrong menghela napas dan mulai dengan sebuah pertanyaan, “Kira-kira apa alasan 40% perempuan itu tetap menutup auratnya?”
“Sebagian besar mereka sebenarnya sudah ingin membuka auratnya bos, tapi mereka terhalang beberapa hal.”
“Sebutkan yang pertama.”
“Penghalang pertama adalah orang tua yang menjaga mereka. Sebenarnya mereka benar-benar ingin menggunakan pakaian ketat dan melepas jilbabnya tapi selama masih ada orang tuanya pasti mereka tidak akan mampu melepasnya.”
“OK, kalau untuk masalah itu, kita tinggal bersabar saja 20 tahun lagi orang tuanya juga pasti mati, habis itu pasti mereka mulai menanggalkan pakaiannya. Lalu apa alasan kedua?”
“Ada sebagian perempuan yang malu membuka betisnya karena ada bekas luka dan kulitnya tidak semulus dan seputih teman-temannya.”
“Baiklah, nanti malam aku akan hubungi profesor untuk mencari formula pemutih kulit dan penghilang bekas luka supaya itu tak lagi menjadi masalah. Bahkan aku akan suruh dia mencari cara untuk garis-garis bekas melahirkan, Apa lagi alasan berikutnya?”
“Sebagian mereka berkutu, berketombe dan tidak pandai merawat rambutnya. Selain berjilbab karena agama mereka didorong lagi untuk berjilbab oleh para kutu dan ketombe itu.”
“Kalau itu sebenarnya kita sudah punya solusinya. Produk sampo zaman sekarang kan udah beragam tapi mungkin masih kemahalan ya. Nanti aku akan suruh kenalan kita yang punya pabrik sampo supaya dia menurunkan harga samponya di bawah standar. Perempuan kan mudah ditipu dengan kata “diskon”. Segera setelah mereka menggunakan sampo kita pasti mereka merasa percuma jika rambut indahnya itu tidak dipamerkan. Lanjut! Apa lagi alasan berikutnya?”
“Sebagian perempuan memang sadar bahwa kecantikan mereka itu milik suaminya kelak.”
“Oh, yang ini agak susah tapi aku ada ide. Gimana kalau kita suplai aja para pengrajin kosmetik dengan modal yang besar. Itu akan membuat kosmetik, alat kecantikan dan penghilang bulu menjadi tersebar luas. Dengan begitu mereka pasti berpikir kecantikan itu yang terpenting dan nomor satu.”
“Itu bagus juga tapi aku ada ide yang lebih bagus lagi bos! Kenapa tidak kita buat saja di TV itu sinetron yang semua pemainnya menonjolkan kecantikan! Dengan begitu mereka tidak akan berpikir bahwa keimanan itu yang paling penting!”
“Wah! Kamu pinter juga! Mereka pasti berramai-ramai berusaha tampil secantik-cantiknya di depan laki-laki.” Si Bos botak gondrong tertawa keras sekali lalu lanjut lagi, “kalau begitu aku akan menghubungi bang Andro juga, aku akan suruh dia produksi film porno sebanyak-banyaknya supaya setan dalam diri lelaki itu langsung aktif begitu ngeliat para perempuan setengah telanjang itu.”
“Kalau begitu aku akan urus yang perempuannya bos! Aku akan terus alihkan perhatian mereka dengan isu hak asasi dan kebebasan supaya mereka tidak sadar kalau aurat yang sudah mereka buka itulah penyebab dari semua masalah nafsu syahwat manusia di muka bumi ini.”
“Wah... wah... wah... pinter kamu! Syukurlah Tuhan menciptakan wanita. Jika tidak ada mereka, kurasa akan sangat sulit sekali menyesatkan manusia ini. Apa masi ada lagi perempuan di dunia ini yang gak pingin memamerkan kecantikannya?”
“Sayangnya masih ada sih bos. Beberapa perempuan kayaknya gak bisa digoda dengan cara apapun. Mereka udah bener-bener sadar dan taubat. Mereka tidak keluar rumah dengan niat supaya digodain laki-laki. Mereka bener-bener berjilbab, tak satu pun bentuk tubuhnya bisa terbayang dari luar.”
“WADUHHH!!! Kok bisa masih ada ya?”
“Gak tahu sih bos, kayaknya mereka udah sadar banget kalau kitalah yang menaikkan harga jilbab-jilbab yang tebal dan lebar itu. Kalau dia sih mikirnya: harga yang harus ia bayar untuk jilbab yang menjaganya itu sama aja mahalnya dengan semua kosmetik yang harus ia beli untuk memamerkan auratnya. Jadi mereka lebih memilih jilbab ketimbang kosmetik. Sepertinya mereka juga sadar, kosmetik cuma akan mengundang perhatian laki-laki yang jagonya cuma suit-suit doang, sementara jilbab yang asli akan membuat laki-laki baik, serius dan setia datang langsung pada orang tua mereka.”
“Astagfirullah! Padahal usaha kita kurang keras apa ya? Kok bisa masih ada yang lolos kayak gitu sih...”
“Mungkin akunya yang kurang gigih kali bos. Tapi tenang aja, aku udah pikirkan suatu cara yang kayaknya akan berhasil. Dengan cara ini, bahkan anak gadis lulusan MAN atau pesantren pun bakal ngelepas jilbabnya.”
“Gimana caranya?”
"Kalau pengen tahu, baca aja disini bos. Cara Ngelepasin Jilbab Remaja” “Kira-kira 60% lah bos.”
“Ohh, ternyata film kartun Disney itu sukses berat ya?”
“Sepertinya begitu bos. Mereka benar-benar tak sadar kalau film-film yang mereka tonton waktu anak-anak itulah yang selama ini membuat mereka berusaha begitu keras untuk menjadi lebih dan lebih cantik lagi. Mereka benar-benar yakin kalau kecantikan adalah segalanya.”
“Yaudah bagus deh. Tapi ingat! Kita tidak boleh cepat puas. Jika memang ingin menyesatkan mereka, kita harus belajar dari setan. Setan tidak pernah cepat puas. Jika hari ini setan berhasil membuka satu kancing maka besok dia mengusahakan kancing kedua. Kita juga harus begitu. Jika hari ini kita berhasil tanggalkan pakaian mereka, besok kita harus hilangkan rasa malu mereka.”
“Tentu saja bos! Saya selalu meneladani setan ketika menyesatkan mereka. Saya selalu ingat setan tidak pernah mengharapkan hasil yang instan. Semua dilakukannya dengan kerja keras, selangkah demi selangkah, setahap demi setahap. Jadi, saya pun terus berinovasi dalam mencari cara-cara baru supaya bisa menjaring lebih banyak lagi perempuan yang suka buka-bukaan.”
“Bagus, bagus! Kalau perlu buat mereka tidak busana sekalian.”
“Emang ada wanita yang suka telanjang di depan umum bos?”
“Tentu saja tidak ada. Semua orang yang beriman pasti punya malu. Kita akan tetap buat mereka berpakaian tapi seperti telanjang. Biar kujelaskan.” Si botak gondrong menghela napas dan mulai dengan sebuah pertanyaan, “Kira-kira apa alasan 40% perempuan itu tetap menutup auratnya?”
“Sebagian besar mereka sebenarnya sudah ingin membuka auratnya bos, tapi mereka terhalang beberapa hal.”
“Sebutkan yang pertama.”
“Penghalang pertama adalah orang tua yang menjaga mereka. Sebenarnya mereka benar-benar ingin menggunakan pakaian ketat dan melepas jilbabnya tapi selama masih ada orang tuanya pasti mereka tidak akan mampu melepasnya.”
“OK, kalau untuk masalah itu, kita tinggal bersabar saja 20 tahun lagi orang tuanya juga pasti mati, habis itu pasti mereka mulai menanggalkan pakaiannya. Lalu apa alasan kedua?”
“Ada sebagian perempuan yang malu membuka betisnya karena ada bekas luka dan kulitnya tidak semulus dan seputih teman-temannya.”
“Baiklah, nanti malam aku akan hubungi profesor untuk mencari formula pemutih kulit dan penghilang bekas luka supaya itu tak lagi menjadi masalah. Bahkan aku akan suruh dia mencari cara untuk garis-garis bekas melahirkan, Apa lagi alasan berikutnya?”
“Sebagian mereka berkutu, berketombe dan tidak pandai merawat rambutnya. Selain berjilbab karena agama mereka didorong lagi untuk berjilbab oleh para kutu dan ketombe itu.”
“Kalau itu sebenarnya kita sudah punya solusinya. Produk sampo zaman sekarang kan udah beragam tapi mungkin masih kemahalan ya. Nanti aku akan suruh kenalan kita yang punya pabrik sampo supaya dia menurunkan harga samponya di bawah standar. Perempuan kan mudah ditipu dengan kata “diskon”. Segera setelah mereka menggunakan sampo kita pasti mereka merasa percuma jika rambut indahnya itu tidak dipamerkan. Lanjut! Apa lagi alasan berikutnya?”
“Sebagian perempuan memang sadar bahwa kecantikan mereka itu milik suaminya kelak.”
“Oh, yang ini agak susah tapi aku ada ide. Gimana kalau kita suplai aja para pengrajin kosmetik dengan modal yang besar. Itu akan membuat kosmetik, alat kecantikan dan penghilang bulu menjadi tersebar luas. Dengan begitu mereka pasti berpikir kecantikan itu yang terpenting dan nomor satu.”
“Itu bagus juga tapi aku ada ide yang lebih bagus lagi bos! Kenapa tidak kita buat saja di TV itu sinetron yang semua pemainnya menonjolkan kecantikan! Dengan begitu mereka tidak akan berpikir bahwa keimanan itu yang paling penting!”
“Wah! Kamu pinter juga! Mereka pasti berramai-ramai berusaha tampil secantik-cantiknya di depan laki-laki.” Si Bos botak gondrong tertawa keras sekali lalu lanjut lagi, “kalau begitu aku akan menghubungi bang Andro juga, aku akan suruh dia produksi film porno sebanyak-banyaknya supaya setan dalam diri lelaki itu langsung aktif begitu ngeliat para perempuan setengah telanjang itu.”
“Kalau begitu aku akan urus yang perempuannya bos! Aku akan terus alihkan perhatian mereka dengan isu hak asasi dan kebebasan supaya mereka tidak sadar kalau aurat yang sudah mereka buka itulah penyebab dari semua masalah nafsu syahwat manusia di muka bumi ini.”
“Wah... wah... wah... pinter kamu! Syukurlah Tuhan menciptakan wanita. Jika tidak ada mereka, kurasa akan sangat sulit sekali menyesatkan manusia ini. Apa masi ada lagi perempuan di dunia ini yang gak pingin memamerkan kecantikannya?”
“Sayangnya masih ada sih bos. Beberapa perempuan kayaknya gak bisa digoda dengan cara apapun. Mereka udah bener-bener sadar dan taubat. Mereka tidak keluar rumah dengan niat supaya digodain laki-laki. Mereka bener-bener berjilbab, tak satu pun bentuk tubuhnya bisa terbayang dari luar.”
“WADUHHH!!! Kok bisa masih ada ya?”
“Gak tahu sih bos, kayaknya mereka udah sadar banget kalau kitalah yang menaikkan harga jilbab-jilbab yang tebal dan lebar itu. Kalau dia sih mikirnya: harga yang harus ia bayar untuk jilbab yang menjaganya itu sama aja mahalnya dengan semua kosmetik yang harus ia beli untuk memamerkan auratnya. Jadi mereka lebih memilih jilbab ketimbang kosmetik. Sepertinya mereka juga sadar, kosmetik cuma akan mengundang perhatian laki-laki yang jagonya cuma suit-suit doang, sementara jilbab yang asli akan membuat laki-laki baik, serius dan setia datang langsung pada orang tua mereka.”
“Astagfirullah! Padahal usaha kita kurang keras apa ya? Kok bisa masih ada yang lolos kayak gitu sih...”
“Mungkin akunya yang kurang gigih kali bos. Tapi tenang aja, aku udah pikirkan suatu cara yang kayaknya akan berhasil. Dengan cara ini, bahkan anak gadis lulusan MAN atau pesantren pun bakal ngelepas jilbabnya.”
“Gimana caranya?”
“OK lah nanti kubaca.”
“Yaudah aku pamit dulu ya bos!”
“Mau kemana?”
“Biasalah bos, ke pabrik jilbabku. Tadi ada telepon katanya para perempuan udah mulai gak sadar jilbabnya aku buat lebih tipis. Jadi sekarang mau kubuat lebih tipis lagi.”
“Kok kamu bisa jago banget gitu, bisa nyuruh mereka pake jilbab yang tipis-tipis?”
“Makanya bos ikutin ceritanya dari awal bos, buruan baca nih Cara Ngelepasin Jilbab Remaja"