Bulqis Vellaya Arlem
Bismillahirrahmanirrahim….
Let’s start with
alhamdulillahirrabbila’lamin, karena tanpa kasih sayang Allah tabaroka
wata’ala belum tentu saya dapat menuliskan lembaran pengalaman selama di
Italy…
Let I say it “galau/confusion”
Maka
semua perjalanan ini diawali dengan kegalauan, sebelumnya saya meminta
maaf, jika ada yang kurang setuju dan berkenan dengan kegalauan saya
berikut ini..
Apa yang dikatakan Rasul kepadaMu maka terimalah dia dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.
(q.s al-hasyr: 7)
dan
“ Janganlah wanita melakukan safar selama 3 hari kecuali bersama mahramnya.”
(Hadist shahih Bukhari 2/54, Muslim 9/106, Ahmad 3/7 dan Abu Dawud 1727)
Brangkali akan banyak perbedaan pendapat diantara pembaca,
“ kan untuk menuntut ilmu, gak ada salahnya dong??” atau
“ santai ajalah, itu kan Cuma hadist dan kesempatan Cuma datang sekali”
Maka
sebelumnya saya memohon maaf, karena saya pribadi sangat percaya,
sesuatu tujuan yang baik harus dikerjakan dengan cara yang baik dan
sesuai syar’i.
Maka biarkanlah saya sesaat memohon ampun, jika perjalanan saya ke Italy masih jauh dari keridhoan Allah…Pertanyaannya,mengapa saya harus berlelah-lelah mengawali cerita perjalanan ini dengan menjelaskan kegalauan saya??
Pertama,
saya takut jika Allah semakin berang karena saya dinilai olehNya
menyembunyikan ayat-ayatNya semata2 hanya sebagai pembenaran atas
pilihan saya mengikuti program ke Italy ini..
“
Sesungguhnya orang- orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami
turunkan berupa keterangan- keterangan (yang jelas) dan petunjuk,
setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam AlKitab, mereka itu
dilaknati Allah dan dilaknati pula oleh semua makhluk yang dapat
melaknati. Kecuali mereka yang telah tobat dan melakukan perbaikan dan
menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima tobatnya
dan Akulah Yang Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.
(q.s Al-Baqarah: 159-160)
Kedua,
saya takut menjadi inspirator keburukan bagi wanita lain, apalagi saya
punya junior akhwat2 yang mungkin menjadikan tindakan saya sebagai
pembenaran atas safar tanpa mahrom mereka di kemudian hari. Mereka bisa
saja berkata “ wah kakak itu saja ke luar negri tanpa mahrom, berarti
gak ada masalah donk?”
“ Barangsiapa menyeru
kepada hidayah (jalan petunjuk dan kebaikan), maka ia akan mendapatkan
pahala sebagaimana pahala orang yang mengikuti atau mengerjakannya tanpa
mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru kepada
kesesatan, maka ia mendapatkan dosa sebagaimana dosa orang yang
mengikuti (mengerjakan)nya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.”
(H.R Muslim no 6750)
Lalu
pertanyaan lain muncul, nah sudah tau seperti itu, kenapa masih
pergi?? Saya yakin pertanyaan itu yang muncul di benak kawan- kawan
sekalian…
Setiap kita pasti punya mimpi, untuk keluar negri.. apakah untuk sekolah, bekerja atau bahkan sekedar liburan..
Ya, saya juga punya mimpi yang sama…terutama menuntut ilmu,,melihat dunia baru, orang-orang baru, dan lingkungan yang baru merupakan tantangan tersendiri buat saya.
Dan saat saya memutuskan untuk mengikuti program ini, saya masih tergila-gila dengan mimpi saya tersebut…
Singkat
cerita, setelah persiapan saya berjalan 2/3 nya, saya membaca dengan
rinci syarah hadist tentang larangan safar tersebut dan itu membuat saya
bergidik, serta dilema. Apalagi persiapan sudah hampir fix dan ini
semacam ujian buat saya, apakah saya akan mengikuti kemauan saya lantas
pergi atau mengundurkan diri…
Akan tetapi, setelah
pertimbangan bahwa saya adalah pserta pertama dari fakultas dalam
program ini, dan sejujurnya saya takut mengacaukan program ini kedepan,
serta pertimbangan2 lain setelah diskusi dengan orang- orang yang cukup
arif dalam memahami masalah ini sesuai konteks syariat maka akhirnya
saya putuskan untuk pergi dengan senantiasa mohon ampun dan mendapat
petunjuk selama disana.
Ya sejujurnya saya pergi dengan
rasa takut dan was- was, karena saya takut Allah berang karena saya
nyata2 mengabaikan pesan kekasihNya..
Jadi jika ada teman-
teman yang bertanya how was your feeling, saat detik-detik
keberangkatan saya, maka saya katakan sejujurnya sekarang, saya takut
dan terbebani!!!
Ya, memang ketika kita mengingkari dalil
atau nash yang jelas, maka akan timbul rasa penyesalan dan ketakutan,
itu semacam akibat atau teguran dari Allah.
Jadi, part
pertama ini sengaja saya awali dengan kegalauan agar menjadi
pertimbangan bagi teman- teman khususnya wanita untuk tidak bersafar
tanpa mahrom..
Saya sungguh tdak ingin, di akhirat kelak,
tindakan saya di anggap sebagai pembenaran untuk sebuah pelanggaran
syariat. Tapi semua berpulang kepada teman- teman, tugas saya hanya
menyampaikan sedikit yang telah saya ketahui.
The last,
saya tetap berterima kasih untuk orang-orang yang telah membantu saya
dalam program ini, mewujudkan salah satu mimpi saya, dan memberi warna
baru dalam catatan perjalanan hidup saya..
Karena yang salah ya tetap saya, kenapa sewaktu mengikuti programnya belum punya pasangan.. hehe
bagaimanapun
saya memetik hikmah dan manfaat dari perjalananan singkat ke itali ini,
jadi sekali lagi terimakasih untuk teman-teman yang telah membantu saya
…
terima kasih juga untuk teman-teman satu kajian, yang
senantiasa menguatkan dan mengingatkan saya selama di italy, agar ttp
istiqomah..
Lalu, bagaimana kehidupan saya di itali,
apakah masih di iringi ketakutan atau saya menikmatiny,, bagaimana
kehidupan islam di itali yang notabene pusat katolik, bagaimana dunia
kedokteran disana, nantikan sambungan ceritanya…
( haha, sok penting)
Afwan jika ada yang kurang berkenan..
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.