Menyajikan info terkini dunia pendidikan dan berita berita menarik

Selamat Datang Di Birulangitid

Wednesday, April 2, 2014

5 Fakta Penting di Balik "The Raid 2: Berandal"

0 comments

Iko Uwais saat berperan sebagai Rama di film (Dok. Merantau Films)

Iko Uwais saat berperan sebagai Rama di film (Dok. Merantau Films)
“Abang saya bilang, saya bisa percaya Bapak,”

Kalimat Rama (Iko Uwais) itu menandai awal perjumpaannya dengan Bunawar (Cok Simbara). Malam itu juga, mereka terlibat perbincangan konspiratif. Dan itulah awal Rama “terperangkap” masalah yang tak disangkanya menjadi sangat kompleks.

Dari sekadar niat memberantas polisi korup, Rama jadi terjebak dalam pertarungan antar gengster. Ia masuk terlalu intens ke dalam pusaran kelompok itu. Di tengah misi, ia juga tergoda membalaskan dendam sang kakak yang mati di tangan salah satu pentolan mafia.

Film The Raid 2: Berandal memang tidak langsung berkelanjutan dari film sebelumnya, The Raid. Cerita yang ditampilkan lebih dari sekadar pertarungan satu kelompok mafia dan drama hubungan adik-kakak antara Iko dengan Donny Alamsyah.

Film ini punya skala konflik yang lebih besar. Kisahnya lebih matang, rumit, dan melibatkan lebih banyak tokoh. Rama kini bukan satu-satunya yang pandai bela diri. Ia harus menghadapi banyak musuh dengan keahlian bertarung masing-masing.

Namun, seperti film pendahulunya yang sukses mendulang pujian dunia, The Raid 2: Berandal juga mengawali langkah dengan menggebrak mata internasional. Film garapan sutradara Gareth Evans tersebut sudah lebih dulu tayang perdana di Sundance Film Festival, awal tahun ini.

Meski ada yang beranggapan sekuel film takkan pernah sebagus karya pertama, respons dunia atas The Raid 2: Berandal tetap positif. “Sekitar 96 persen menulis bagus untuk film ini,” ujar Gareth dalam konferensi pers di kawasan Kuningan, beberapa waktu lalu.

Terang saja, ia dan timnya sudah mati-matian menggarap film itu. Ide-ide kreatif telah ia tuangkan, terobosan-terobosan baru telah ia lakukan. Akhirnya, film yang kini bertabur lebih banyak bintang itu akan tayang 28 Maret 2014 mendatang.

Berkaitan dengan itu,  kami berhasil merangkum beberapa fakta yang tampak sepele namun penting di balik penggarapan The Raid 2: Berandal.

Inspirasi jagoan baru

Alkisah, keduanya mengalami kekerasan saat masih kecil. Yang satu menggunakan palu, dan satu lagi pemukul baseball. Menariknya, alat-alat itu justru membantu mereka tumbuh dewasa. Bahkan menjadi senjata masing-masing.

Diakui Gareth, Hammer Girl adalah sosok yang sudah lama ia impikan dalam filmnya. “Dua film sebelumnya semua karakter jagoan laki-laki, jadi kali ini ingin ada sosok perempuan,” katanya.

Tapi, ia tak mau sembarang perempuan. “Karakternya harus gila. Jauh lebih banyak darah,” sebutnya.

Hammer Girl merupakan pengejawantahan pikiran Gareth soal silat harimau. Kalau harimau menggunakan cakar, ia memasangkan senjata pada jagoannya: palu. Saat bertarung, Hammer Girl menancapkan palu seperti cakar, lalu menariknya seperti mencabik.

Alasan Gareth menciptakan Baseball Bat Man, lebih unik lagi. “Karena aku menyukai suaranya. Keren,” tuturnya sambil tersenyum. Menurutnya, ada yang ritmik saat senjata Baseball Bat Man dipukulkan ke musuh.

“Setiap melakukan pukulan, kita atur juga ritmenya. Bahkan itu bisa dijadikan musik,” lanjutnya.

Merusak banyak benda

Berbeda dari The Raid sebelumnya, lokasi syuting The Raid 2: Berandal tak lagi sekadar di sebuah gedung tua. Karena kisahnya lebih kaya dan rumit, film ini pun lebih berani menggebrak dalam setiap adegannya.

Ario Sagantoro, produser film menyebutkan, banyak kerusakan yang dibuat sepanjang syuting film. Semua dilakukan demi membuat efek aksi yang kaya. The Raid 2: Berandal bahkan begitu kental aroma film laga Hollywood.

Untuk sebuah adegan kejar-kejaran yang melibatkan Rama dan Eka (Oka Antara), misalnya. Ada puluhan kendaraan bermotor yang hancur. “Kita menghancurkan 10 mobil mewah dan dua motor 250 cc,” Toro menyebutkan.

Puluhan kendaraan serba hitam itu ringsek berat di jalanan. Saat itu, lokasi syuting di sekitar kawasan SCBD Sudirman, Blok M, dan Kemayoran, Jakarta.

Tak hanya itu, tim produksi bahkan membangun sebuah halte bus Transjakarta lalu merusaknya juga. Menurut Gareth, pembangunan dan perusakan halte itu ide Toro. “Karena itu bisa menggambarkan kondisi kota yang sesungguhnya,” kata Gareth.

Membangun halte bus Transjakarta tak main-main. Gareth harus memperhatikan secara detail struktur dan material bangunan.

“Kami bangun dengan sangat spesifik. Materialnya, kacanya, harus diperhatikan. Karena akan ada kendaraan dan orang yang masuk menghancurkan itu. Jadi harus aman,” ujarnya.

Namun, untuk merusak bangunan yang sudah dirancang sedemikian rupa itu, Gareth dan kru hanya butuh sekali pengambilan gambar. “Kita lakukan dalam sekali take, dan hanya butuh waktu satu hari,” ia menuturkan. Korbannya, jalanan harus diblokir seharian untuk kepentingan syuting.

Syuting penuh lumpur
Cerita yang lebih panjang dan kompleks juga membuat syuting The Raid 2: Berandal harus lebih ekstra. Namun menariknya, seluruh syuting film hanya membutuhkan waktu efektif tujuh bulan. Itu sudah termasuk syuting di luar Jakarta, seperti Cirebon dan Gombong, Jawa Tengah.

Bagi Arifin Putra, salah satu pemain yang terlibat di The Raid 2: Berandal, syuting paling mengesankan terjadi di Gombong. Sebab, hanya untuk syuting satu adegan kecil saja, butuh waktu panjang. Kurang lebih 10 hari, kata Arifin.

“Itu termasuk perjalanan pulang pergi. Untuk syutingnya saja delapan hari deh,” ujarnya.

Adegan yang dimaksud Arifin, adalah pertarungan dalam penjara yang melibatkan sipir dan para narapidana, termasuk dirinya dan Rama. Saat akhirnya jadi, adegan itu hanya menempati tak lebih dari 10 menit. Namun, itu berdampak besar pada keseluruhan film.

Arifin menyebutnya berkesan, bukan hanya karena soal waktu yang dibutuhkan untuk pengambilan gambar. Ia juga terkagum-kagum melihat jumlah kru dan pemain yang terlibat dalam adegan itu.

“Kita bawa 120 petarung dan lebih dari 100 kru. Bayangkan, sampai 200 orang untuk satu adegan. Itu hanya untuk prison riot, yang bertarung di tengah lumpur,” pemeran Uco itu bercerita.

Namun yang penting, hasilnya sama sekali tak mengecewakan. Gareth berhasil menyuguhkan adegan yang dramatis dan mengesankan. Serangan yang bertubi-tubi di tengah lumpur pekat, membuat penonton menahan napas panjang. Pertarungan itu pun berakhir dengan “indah”.

Perubahan karakter dalam poster
Wajah Iko Uwais sebagai Rama, sang pemeran utama, lagi-lagi menjadi “jualan” The Raid 2: Berandal. Ia kembali terpampang di poster film itu. Hanya saja, kali ini, Iko digambarkan dalam dua sisi yang berbeda.

Sebelah kanan berwarna lebih terang, dan sebelahnya lagi lebih gelap. Masing-masing bagian dipenuhi mozaik yang berasal dari potongan adegan film.

Gareth punya penjelasan tersendiri atas poster film yang dirancang seorang asal Finlandia itu. Menurutnya, poster menggambarkan perubahan karakter Iko dari The Raid pertama sampai The Raid 2: Berandal.

“Ada pembangunan karakter dan personality dari film pertama dan yang kedua. Poster ini mewakili hal itu,” Gareth menyampaikan.

Dalam The Raid 2: Berandal, karakter Iko memang jauh lebih matang dan kompleks. Ia bukan lagi seorang polisi baru yang sekadar bisa bela diri. Masalah yang dihadapinya juga bukan hanya bagaimana harus keluar dari gedung tua penuh musuh, hidup-hidup.

Selain menghadapi kematian kakaknya, ia juga terjebak perang antar gengster demi mendapat bukti soal polisi yang korup. Lawan bertarungnya lebih banyak dan lebih intens.

“Karakter saya lebih agresif. Filmnya sendiri lebih kompleks dari segi drama dan aksi. Adegan bertarungnya lebih banyak,” kata Iko dalam jumpa pers film The Raid 2: Berandal. Itu sebabnya, ia digambarkan “berwajah dua” dalam poster.

Dibuat ala Hollywood
Gareth memang membuat The Raid 2: Berandal lebih berskala internasional. Efek-efeknya lebih “nendang”. Ada keberanian menyuguhkan pertarungan jalanan, merusak fasilitas, juga menampilkan sadisme dalam adegan-adegan laganya.

The Raid 2: Berandal sudah seperti film-film laga ala Amerika. Tak heran film itu mendapat kesempatan diputar perdana di Sundance Film Festival sebagai official selection. Film itu pun diapresiasi begitu positif.

Terang saja, pembuatan film The Raid 2: Berandal memang melibatkan tangan-tangan profesional. Bruce Law yang pernah menjadi pemeran pengganti untuk Jackie Chan pun, ikut bergabung dalam tim produksi.

Gareth juga memilih tiga aktor Jepang untuk ikut bermain. Yakni, Ryuhei Matsuda sebagai Keiichi, Kenichi Endo sebagai Goto, dan Kazuki Kitamura. Yang disebut terakhir, namanya masih melejit lantaran baru bermain dalam film Killers bersama Oka Antara.

Uniknya, aktor itu sendiri yang sebenarnya ingin bergabung dengan Gareth cs. “Saya sempat ngobrol beberapa kali, dan dia bilang ingin terlibat di The Raid 2. Jadi kami libatkan meskipun dia hanya dapat sedikit scene,” ungkap Gareth.

Bukan itu saja, pembuatan scoring musik film ini juga melibatkan tangan Joseph Trapanese. Sosok itu merupakan komposer Hollywood yang pernah bekerja sama dengan Mike Shinoda di The Raid. Sedang pengerjaan post pro audio, dilakukan di Skywalker Studio, Lucas Film.

“Itu tempat pengerjaan Indiana Jones dan Star Wars. Bisa dibilang magnet industri terdepan Hollywood,” Toro sang produser menjelaskan.

Setelah semua itu, The Raid 2: Berandal juga akan tayang serentak pada 28 Maret mendatang di delapan negara. Di antaranya: Indonesia, Australia, Selandia Baru, Malaysia, Amerika Serikat, dan Rusia. “Semoga antusiasme di Sundance berimbas ke sini,” ujar Toro berharap.

No comments:

Post a Comment