Indonesia ternyata pernah ikut
berkontribusi dalam turnamen sepakbola antarnegara sedunia. Namun, kali
ini bukan tim nasional atau pemain asal Indonesia yang ambil bagian,
melainkan seorang wasit.
Adalah Sofa Sumarsono, yang dalam sebuah pertandingan Piala Dunia U-20 1997 (World Youth Championship) di Malaysia menjadi seorang asisten wasit. Itu pertama kalinya Indonesia menyumbangkan seorang wasit untuk pertandingan di level Piala Dunia.
Setelah Sofa Sumarsono, belum ada lagi wasit Indonesia yang dipercaya memimpin atau menjadi asisten di level Piala Dunia. Oleh karena itu, Komite Wasit PSSI pun coba meningkatkan kualitas para pengadil lapangan hijau Tanah Air agar bisa mengulang atau melebihi prestasi Sofa Sumarsono.
“Sudah cukup lama sejak 1997 Sofa Sumarsono, sekarang dia saja sudah pensiun dan jadi pengawas pertandingan. Makanya, kita ingin meningkatkan kualitas wasit-wasit kita,” terang anggota Komite Wasit, Jimmy Napitupulu, Selasa 1 April 2014.
Sofa Sumarsono merupakan wasit yang malang-melintang di sepakbola Indonesia sejak 1990-an sampai 2000-an. Ia menapaki karir dari Divisi Utama hingga akhirnya jadi pilihan di Liga Super Indonesia (ISL).
Beberapa laga yang diingat adalah Semen Padang kontra PSM Makassar pada 2004 yang berakhir dengan kerusuhan. Setelah itu, Sofa juga pernah dipanggil Komisi Disiplin PSSI pada 2003 karena ada dugaan suap.
Menyangkut kasus terakhir, Sofa kala itu menyebut Eddi Elison, anggota Komisi Banding PSSI, menjanjikan sesuatu jika ia memberikan kemenangan untuk PSPS Pekanbaru saat hadapi Barito Putera. Namun, kasus ini mentah karena tidak terbukti.
Pada Piala Dunia U-20, Sofa masuk sebagai delapan asisten wasit tambahan yang dipilih dari berbagai negara Asia. Selain itu, Thailand, Singapura, Filipina, sampai Brunei Darussalam juga ikut mengirim.
Perbaiki Kualitas Wasit
Semangat untuk memperbaiki kualitas wasit sangat disadari oleh PSSI, yang menilai mutu sebuah kompetisi amat bergantung pada pekerjaan sang pengadil di tengah lapangan. Karena itu, PSSI saat ini sedang melakukan upaya memberikan pelajaran tambahan untuk para wasit.
“Komite Wasit saat ini mengadakan kursus wasit nasional di Surabaya selama seminggu. Ada 109 wasit pemula yang mendaftar, tapi hanya 69 wasit yang lulus. Dan kami mengundang instruktur member FIFA, Suqidin Mohammed Saleh dari Malaysia. Ini untuk program lima tahun ke depan,” paparnya.
Menurut Jimmy, Indonesia sangat beruntung bisa mengundang instruktur member FIFA sekelas Suqidin Mohammed Saleh. Selain di Surabaya pada 31 Maret-1 April 2014, kursus yang digelar Komite Wasit ini juga akan dilangsungkan di Kepulauan Riau, bulan ini.
“Dia (Saleh) dipilih karena bisa berbahasa Melayu, dan wasit-wasit kita akan jadi lebih paham tentang apa yang disampaikan. Kita ingin naikkan lisensi dari wasit-wasit kita. Dari yang sebelumnya hanya bisa memimpin di Divisi Satu, meningkat jadi wasit di Divisi Utama dan ISL,” jelasnya.
Adalah Sofa Sumarsono, yang dalam sebuah pertandingan Piala Dunia U-20 1997 (World Youth Championship) di Malaysia menjadi seorang asisten wasit. Itu pertama kalinya Indonesia menyumbangkan seorang wasit untuk pertandingan di level Piala Dunia.
Setelah Sofa Sumarsono, belum ada lagi wasit Indonesia yang dipercaya memimpin atau menjadi asisten di level Piala Dunia. Oleh karena itu, Komite Wasit PSSI pun coba meningkatkan kualitas para pengadil lapangan hijau Tanah Air agar bisa mengulang atau melebihi prestasi Sofa Sumarsono.
“Sudah cukup lama sejak 1997 Sofa Sumarsono, sekarang dia saja sudah pensiun dan jadi pengawas pertandingan. Makanya, kita ingin meningkatkan kualitas wasit-wasit kita,” terang anggota Komite Wasit, Jimmy Napitupulu, Selasa 1 April 2014.
Sofa Sumarsono merupakan wasit yang malang-melintang di sepakbola Indonesia sejak 1990-an sampai 2000-an. Ia menapaki karir dari Divisi Utama hingga akhirnya jadi pilihan di Liga Super Indonesia (ISL).
Beberapa laga yang diingat adalah Semen Padang kontra PSM Makassar pada 2004 yang berakhir dengan kerusuhan. Setelah itu, Sofa juga pernah dipanggil Komisi Disiplin PSSI pada 2003 karena ada dugaan suap.
Menyangkut kasus terakhir, Sofa kala itu menyebut Eddi Elison, anggota Komisi Banding PSSI, menjanjikan sesuatu jika ia memberikan kemenangan untuk PSPS Pekanbaru saat hadapi Barito Putera. Namun, kasus ini mentah karena tidak terbukti.
Pada Piala Dunia U-20, Sofa masuk sebagai delapan asisten wasit tambahan yang dipilih dari berbagai negara Asia. Selain itu, Thailand, Singapura, Filipina, sampai Brunei Darussalam juga ikut mengirim.
Perbaiki Kualitas Wasit
Semangat untuk memperbaiki kualitas wasit sangat disadari oleh PSSI, yang menilai mutu sebuah kompetisi amat bergantung pada pekerjaan sang pengadil di tengah lapangan. Karena itu, PSSI saat ini sedang melakukan upaya memberikan pelajaran tambahan untuk para wasit.
“Komite Wasit saat ini mengadakan kursus wasit nasional di Surabaya selama seminggu. Ada 109 wasit pemula yang mendaftar, tapi hanya 69 wasit yang lulus. Dan kami mengundang instruktur member FIFA, Suqidin Mohammed Saleh dari Malaysia. Ini untuk program lima tahun ke depan,” paparnya.
Menurut Jimmy, Indonesia sangat beruntung bisa mengundang instruktur member FIFA sekelas Suqidin Mohammed Saleh. Selain di Surabaya pada 31 Maret-1 April 2014, kursus yang digelar Komite Wasit ini juga akan dilangsungkan di Kepulauan Riau, bulan ini.
“Dia (Saleh) dipilih karena bisa berbahasa Melayu, dan wasit-wasit kita akan jadi lebih paham tentang apa yang disampaikan. Kita ingin naikkan lisensi dari wasit-wasit kita. Dari yang sebelumnya hanya bisa memimpin di Divisi Satu, meningkat jadi wasit di Divisi Utama dan ISL,” jelasnya.