Keris Indonesia Berbahan Titanium
"Sembunyikan dulu ilmu dan sains ini dalam mitos dan takhayul. Sebab
manusia belum siap menjadikannya manfaat. Karena berbahaya jika ia jatuh
ke tangan yang jahat."
-Perhimpunan Babilonia, dalam karya sastrawan Turki Iskender Pala, 'Babil'de Ölüm İstanbul'da Aşk'-
Adalah Ir. Haryono Arumbinang, M.Sc. dan Soedyartomo Soentono, M.Sc., Ph.D., pakar kimia nuklir BATAN; menggunakan spektrometri sinar gamma dari radiasi isotop Fe-55, Cd-109, dan Am-241 untuk menguji beberapa keris dari berbagai Tangguh (era pembuatan).
Dengan Multi Channel Analyzer Ortec dan detektor Silicium-Lithium (Si-Li) yang didinginkan dalam suhu (-198 °C) serta dilengkapi kamera polaroid; didapat hasil menakjubkan. Apa yang selama ini diduga sebagai Pamor Luwu/Pamor Bugis dalam keris, merujuk pada nikel yang berasal dari daerah tersebut ternyata bukan.
-Perhimpunan Babilonia, dalam karya sastrawan Turki Iskender Pala, 'Babil'de Ölüm İstanbul'da Aşk'-
Adalah Ir. Haryono Arumbinang, M.Sc. dan Soedyartomo Soentono, M.Sc., Ph.D., pakar kimia nuklir BATAN; menggunakan spektrometri sinar gamma dari radiasi isotop Fe-55, Cd-109, dan Am-241 untuk menguji beberapa keris dari berbagai Tangguh (era pembuatan).
Dengan Multi Channel Analyzer Ortec dan detektor Silicium-Lithium (Si-Li) yang didinginkan dalam suhu (-198 °C) serta dilengkapi kamera polaroid; didapat hasil menakjubkan. Apa yang selama ini diduga sebagai Pamor Luwu/Pamor Bugis dalam keris, merujuk pada nikel yang berasal dari daerah tersebut ternyata bukan.
Keris dari masa sebelum
Nom-noman (terbelahnya Mataram menjadi Surakarta dan Yogyakarta pada
1755), justru didominasi pamor berbahan Titanium. Logam ini berat
jenisnya hanya separuh besi dan nikel, tapi tingkat kekerasannya 4 kali
lipat besi dan 2,5 kali nikel. Istimewanya, pada suhu yang bertambah ia
membentuk lapisan oksida pelindung yang tahan asam serta lebih kuat dari
baja, dan berbeda dengan baja yang karena adanya karbon menjadi getas
ketika keras, ia tetap kukuh dan liat. Titik lebur unsur bernomor atom
22 dan bermassa 47,867 ini juga jauh lebih tinggi dibanding besi dan
nikel yakni pada 3034 °F dan mendidih pada suhu 5949 °F.
Sejak penemuannya pada 1791 di Eropa, baru pada 1946 William Justin Kroll membuktikan bahwa titanium bisa diperoleh dengan mereduksi titanium tetraklorida dengan magnesium. Di zaman kita, industri kedirgantaraan adalah pengguna terbesar dari paduan titanium, sebagai bahan body pesawat, berbagai bagian mesin, roda pendaratan, dan tubing hidrolik. Menyusul kemudian industri medis, rekayasa kelautan, riset antariksa, hingga perhiasan.
Ditemukan bahwa titanium, yang diperkirakan didapat para Empu kuno dari meteorit bersama besi, zirkonium, stibium, dan niobium masih pula dipadu dengan anasir lain
Sejak penemuannya pada 1791 di Eropa, baru pada 1946 William Justin Kroll membuktikan bahwa titanium bisa diperoleh dengan mereduksi titanium tetraklorida dengan magnesium. Di zaman kita, industri kedirgantaraan adalah pengguna terbesar dari paduan titanium, sebagai bahan body pesawat, berbagai bagian mesin, roda pendaratan, dan tubing hidrolik. Menyusul kemudian industri medis, rekayasa kelautan, riset antariksa, hingga perhiasan.
Ditemukan bahwa titanium, yang diperkirakan didapat para Empu kuno dari meteorit bersama besi, zirkonium, stibium, dan niobium masih pula dipadu dengan anasir lain
dalam pamor seperti
krom, perak, timah putih, emas, dan kalsium yang mungkin sengaja
ditambahkan untuk menghilangkan fosfor.
Inilah keris; adikarya dahsyat budaya Nusantara yang terwaris karena
kecanggihan teknologinya. Seni lipat-tempa keris yang berlapis-lapis
masih menanti riset-riset serius. Semoga hadiah untuk @rterdogan ini
kian membuka peluang itu.
Keris hadiah berwarangka Wulan Tumanggal (Bulan Sabit) yang populer di
masa Sultan Agung, dedernya bergaya Yogyakarta wanda Lempuyangan,
sunggingannya bermotif Podhang. Nantikan kelanjutan kisahnya.
dari Quote Salim A Fillah