Tidak
ada keberhasilan yang diraih secara tiba-tiba saja. Karena keberhasilan itu
bisa diraih dengan perjuangan yang panjang, dan pada umumnya kita tidak pernah
tau sepanjang apa jalan yang harus kita tempuh agar sampai kepada titik
keberhasilan. Maka belajar dari pengalaman orang lain adalah cara singkat dan
sederhana untuk mengatahui seberapa panjang jalan yang harus kita tempuh untuk
sampai pada titik keberhasilan. Dengan belajar dari pengalaman orang lain
banyak orang yang bisa memperpendek jalan panjang untuk meraih titik
keberhasilan.
Titik keberhasilan itu harusnya juga
ada batasanya, sehingga targetan yang akan di tempuh lebih sederhana dan
realistis. Misalnya ketika di jenjang pendidikan dasar kita berfikir secara
sederhana bahwa keberhasilan di masa sekolah dasar adalah dapat meraih nilai
terbaik dan mampu menjadi juara serta pemuncak ketika kelulusan, beranjak ke
sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas maka titik keberhasilan yang
harus diraih juga sudah mulai semakin rumit, tidak hanya berkutat pada juara
kelas saja, mulai berkembang bagaiamana kita menjadi lebih eksis, mengenal
organisasi kesiswaan semacam OSIS dan ingin eksis juga di pramuka, serta masih
banyak lagi kegiatan lainya. Namun yang terpenting kita juga sudah menargetkan
untuk bisa masuk ke perguruan tinggi yang kita idamkan dengan jurusan yang kita
favoritkan.
Ketika sudah tercapai target titik
keberhasilan di tingkat sekolah menengah dengan titik klimaksnya adalah
menginjakan kaki di perguruan tinggi yang kita idamkan, maka akan dimulai lagi
target titik keberhasilan yang baru, kadang kala ada yang mensederhanakan
targetnya dengan cepat selesai kuliahnya dan berkerja serta akhirnya mempunyai
penghasilan sendiri. Disisi lain ada yang menetapkan target titik keberhasilan
sangat kompleks sekali. Nah kita seharusnya di fase ini mengambil opsi kedua
yaitu menetapkan titik keberhasilan yang sangat kompleks sekali, karena dimasa
perkuliahan atau pendidikan di perguruan tinggi yang secepat-cepatnya kita nikmati
sealam 3,5 tahun atau selambat-lambatnya 8 tahun dengan tambahan masa langkai 2
semester untuk Strata Satu adalah waktu
sebenarnya kita bisa berkreatifitas maksimal, mulai dari mengembangkan
kemampuan soft skill seperti kepemimpinan, kerja dalam tim, kemampuan
berkomunikasi, dan kemampuan penunjang kehidupan yang lainya. Sehingga kelak
akan menjadikan kita mahluk intelektual yang siap bertarung di era modern ini.
Titik keberhasilan di kampus yang
harus kita raih seperti yang saya ungkapkan diatas akan sulit sekali untuk
dapat di realisasikan ketika sudah meninggalkan dunia kampus dan sudah berada
pada fase dunia kerja. Karena pada fase dunia kerja ini waktu kita akan habis
dengan jadwal kerja yang padat dan menguras semua energi kita yang pada dasarnya
hanya untuk mengejejar titik keberhasilan semu dengan hari-hari berulang yang
menoton dan tidak begitu memacu adrenalin layaknya ketika masih menjadi
mahasiswa. Maka masa dikampus tidak boleh dilewatkan begitu saja dan harus di
maksimalkan.
Alahamdulillah dengan terpilihnya
saya sebagai Mudarris Kader Surau Angkatan III Universitas Riau, ini menjadi
kesempatan yang luar biasa bagi saya untuk dapat berbagi pengalaman dengan para
penerima Program Beasiswa Kader Surau yang diberikan oelah Yayasan Baitul Mall
Bank Rakyat Indonesia. Sehinga harapanya dengan adanya saya dalam program ini
mampu menjadi jembatan yang mempercepat tercapainya titik keberhasilan yang
menjadi target para penerima Program Beasiswa Kader Surau dari YBM BRI.
Sangat banyak hal yang dapat
dilakukan ketika masa-masa dikampus seperti yang telah saya lewati. Kampus
adalah tempat yang strategis untuk all out menempa diri agar mampu menjadi SDM
yang siap tempur di masa modern ini, dimana fitnah begitu mudah terjadi.
Berdasarkan pengalaman selama dikampus ada beberapa targetan yang harusnya
menjadi raihan dan jika mampu meraihnya maka ini menjadi sebuah titik
keberhasilan. Secera sederhana kedepanya Kader Surau Universitas Riau harus
mempunyai 6 kompetensi berikut:
1. Kompetensi Tsaqofah diniyyah (Al-Quran, Al-Hadits, Siroh
Nabawiyyah, Fiqih, Aqidah-Akhlaq-Ibadah)
2. Kompetensi Bahasa, Sastra & Kebudayaan
3. Kompetensi Sejarah (ummat manusia & ummat Islam)
4. Kompetensi Humaniora (politik, sosiologi, psikologi,
antropologi, ekonomi)
5. Kompetensi Sains (biologi, fisika, kimia, dll)
6. Kompetensi Fiqhul Waqi’ (realitas kehidupan kita sendiri
sehingga mengetahui siapa musuh & apa yang terjadi di sekitar kita)
Untuk
dapat meraih 6 kompetensi diatas maka akan di kreasikan dalam bentuk program
pembinaan, sehingga mampu mencapai target pembinaan yang diharapkan selama
mengikuti Program Beasiswa Kader Surau yaitu terbentuk generasi intelektual
muda islam yang memiliki jiwa kepemimpinan dan berkarakter islami, berdaya
saing, serta menanamkan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-sehari.
Dan yang terpenting adalah berdaya guna bagi masyarakat sekitar dimana kita
berada.
Begitulah
secara singkat dan sederhana capaian yang ingin saya raih ketika menjadi
Mudarris Kader Surau angkatan III Universitas Riau. Sungguh sebuah kenikmatan
yang sangat luar biasa ketika melihat para pejuang Kader Surau Universitas Riau
mampu mencapai titik-titik keberhasilan yang mereka targetkan dan melihat
mereka menjadi insan inetelektual yang berdaya guna bagi agama dan bangsa. Apa
yang akan saya lakukan bersama Kader Surau seakan adalah proses Mengulang Jalan
Panjang.
“Salam
Pejuang: Kalau Bersungguh-Sungguh Pasti Bisa”