Cerita keMusyrikan KKN Desa Penari |
Sempat baca cerita KKN penari yang sedang viral,
menurut saya ada kemungkinan kisah itu benar. Tapi yang menjadi pertanyaan,
mengapa Bangsa Jin di desa itu bisa menjadi begitu kuat dan menguasai
masyarakatnya? Bukankah manusia seharusnya lebih tinggi derajatnya?
Jawabannya karena di desa itu saya lihat, Bangsa
jin sudah lama disembah dan dipuja manusia. Masyarakatnya gemar merendahkan
diri dihadapan Jin. Jadi Jin semakin bertambah kekuatan dan merasa besar
dihadapan manusia jahil yang berbuat syirik
Coba lihat hantu di negeri-negeri Arab, tentu
tidak seseram dan sebanyak jenis hantu dipulau Indonesia yang sangat
bermacam-macam jenis dan bentuknya. Karena di Jawa bangsa Jin sudah sering
disembah dan dipuja dengan hal klenik, kejawen dan kemistisan sehingga mereka
bertambah besar.
Sejatinya Jin takut kepada manusia, apalagi jika
manusia itu beriman dan hanya menyandarkan kekuatan kepada Allah, seperti setan
sangat takut dengan Umar bin Khattab, sampai-sampai ketika diketahui melewati
Umar suatu jalan Setan melewati jalan yang lain.
Penampakkan Jin dan gangguannya sudah ada sejak
dulu, termasuk dimasa Rasulullah, tapi kita akan saksikan dimasa itu bangsa jin
bertekuk lutut dan dihinakan, tapi mengapa sekarang justru banyak manusia yang
bertekuk lutut kepada jin?
Jin pernah menampakkan diri dihadapan Rasulullah
dengan membawa obor api dengan bermaksud menyakiti, Rasulullah kemudian
menangkapnya dan hendak mengikatnya sampai pagi. Tapi tidak jadi karena
teringat doa nabi Sulaiman. (Riwayat ini terdapat dalam Shahih Bukhari no 3423)
Ketika Khalid bin Walid hendak menghancurkan
berhala Uzza yang selama ini disembah masyarakat Arab, muncul jin penunggu
patung Uzza berbentuk wanita tua telanjang berambut acak-acakan hendak lari. Setelah
itu Khalid membunuhnya. (Riwayat ini terdapat dalam Sunan An Nasa'i)
Jin juga pernah hendak mencuri harta zakat, namun
tertangkap tangan oleh sahabat Abu Hurairah, beliau mengancam akan melaporkan
jin itu kepada Rasulullah, ia ketakutan dan mengemis iba hingga akhirnya
mengajarkan kepada Abu Hurairah ayat kursi sebagai perlindungan dari kejahatan
mereka. (Kisah ini diriwayatkan dalam Shahih Bukhari no 2311)
Kisah jin yang mencuri ini juga populer dalam masyarakat
kita dengan sebutan tuyul. Intinya, Allah telah menciptakan manusia lebih
tinggi dari kebanyakan makhluk termasuk Bangsa jin.
Maka manusia tak boleh merendahkan diri kepada mereka. Semakin merendah dan menghinakan diri manusia dihadapan Jin, maka ia akan semakin besar dan berkekuatan. Merasa diatas angin untuk memperbudak manusia.
Apalagi jika manusia memohon perlindungan kepada
mereka dengan mempersembahkan sesajen, tumbal dan hal-hal lain yang tergolong
syirik seperti yang dilakukan oknum masyarakat desa penari dalam kisah itu,
Makin senang dan angkuhlah mereka dalam memperbudak manusia.
"Dan sesungguhnya ada beberapa orang
laki-laki dari kalangan manusia yang meminta perlindungan kepada beberapa
laki-laki dari jin, tetapi mereka (jin) menjadikan mereka (manusia) bertambah
sesat." (QS. Al-Jinn:6)
Berlindung kepada Setan, bukan dengan meminta
perlindungan pula dari Syetan, itu haram bahkan syirik.
Memohonlah kepada Allah, sebab setan sejatinya lemah, tapi jika ia dipuja maka akan menjadi besar.
"Jika setan mengganggumu dengan suatu
gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui"(QS.
Fushilat: 36)
Katakanlah: “Ya Tuhanku aku berlindung kepada
Engkau dari bisikan-bisikan Setan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka
kepadaku" (QS. al-Mukminun: 97–98).
Dalam hadits dinyatakan,
"Jangan kamu mengucapkan ‘celaka setan’. Karena ketika kamu mengucapkan kalimat itu, maka
setan akan membesar, hingga dia seperti seukuran rumah. Setan akan membanggakan dirinya, ‘Dia jatuh
karena kekuatanku Namun ucapkanlah, ‘Bismillah’ karena jika kamu mengucapkan
kalilmat ini, setan akan mengecil, hingga seperti lalat. (HR. Ahmad 21133, Abu
Daud 4984)
Ath Thawawi mensyarah (menjelaskan hadits ini):
Rasulullah melarang hal itu, karena ucapan itu
akan membuat setan bangga, dia menyangka kecelakaan itu disebabkan diri setan,
padahal sejatinya bukan darinya.
Namun datang dari Allah. Dan Nabi memeritahkan untuk menggantinya dengan ucapan ‘Bismillah..’ sehingga setan tidak mengganggap bahwa kecelakaan itu darinya dan dia memiliki peran dengannya" (Musykil al-Atsar, 1/346).
Namun datang dari Allah. Dan Nabi memeritahkan untuk menggantinya dengan ucapan ‘Bismillah..’ sehingga setan tidak mengganggap bahwa kecelakaan itu darinya dan dia memiliki peran dengannya" (Musykil al-Atsar, 1/346).
Di desa penari itu dan menjadi fenomena banyak
masyarakat, ketika melewati tempat angker bukan berlindung kepada Allah, tapi
dengan ucapan yang menjurus syirik seperti "Kulo nuwun mbah, aku
wedi", atau "pang numpang lewat" dan perkataan semisal.
Jelas dengan demikian Setan semakin merasa jumawa
makhluk yang selama ini Allah istimewakan bernama manusia justru malah
menghinakan diri dihadapannya.
Ini seperti terjadi dalam masyarakat Arab
Jahiliah pra Islam dulu, setiap mereka melewati suatu tempat angker mereka
mempersembahkan sesuatu.
Atau membaca mantra-mantra syirik sebagai tolak
bala', memohon perlindungan kepada penghuni tempat tersebut. Sampai Islam
datang dan memurnikan tauhid. Rasulullah datang mengajarkan kita suatu doa, “Barangsiapa yang singgah di suatu tempat lantas
ia mengucapkan “a’udzu bi kalimaatillahit taammaati min syarri maa kholaq” (Aku
berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk
yang diciptakanNya)”, maka tidak ada sama sekali yang dapat memudhorotkannya
sampai ia berpindah dari tempat tersebut” (HR. Muslim no. 2708).
Jika suatu masyarakat telah dikuasai kesyirikan,
jauh dari iman dan tauhid. Maka setan akan semakin besar dan berkuasa memperbudaknya. Islam menentang
keras kesyirikan, dan juga wahana-wahana yang bisa jadi perantara kepadanya.
Seperti situs-situs kesyirikan, Khalifah Umar bin
Khattab merobohkan pohon tempat ba'iatur ridwan karena ada indikasi mulai
dikeramatkan oleh masyarakat. Sebab pemimpin yang baik memprioritaskan
keselamatan akidah umat, sebab itu kunci kebahagiaan akhirat.
“Aku mendengar Isa bin Yunus mengatakan, “Umar
bin Al-Khaththab radhiallahu ‘anhu memerintahkan agar menebang pohon yang Nabi
shallallaahu ‘alaihi wasallam menerima baiat (Bai’atur ridhwan) kesetiaan di
bawahnya dikenal dengan pohon Syajaratur ridhwan Ia menebangnya karena banyak
manusia yang pergi ke sana dan shalat di bawahnya, lalu hal itu membuatnya
khawatir akan terjadi fitnah (kesyirikan) terhadap mereka.” [Al-Bida’u
wan-Nahyu ‘Anha, 42. Al-I’tsihâm, 1/346]
Itu baru berpotensi, Khalifah Umar sudah
menebangnya demi menjaga tauhid umat dari keterjerumusan. Terus bagaimana jika
sudah dikeramatkan? Tentu lebih darurat lagi untuk dimusnahkan. Jika disuatu masyarakat terpancang tauhid yang
kokoh, setan tidak akan berdaya dan lemah seperti lalat. Tapi jika disuatu
masyarakat kesyirikan merajalela, setan disembah dan dipuja maka ia akan
jumawa.
Sebab sejatinya setan itu lemah, tapi senjata
terakhir setan yang lebih berbahaya drpd mereka yang ghaib adalah ketika ia
berhasil menghasut setan-setan dari kalangan manusia untuk memadamkan kebenaran
dan berbuat kerusakan. Ini jauh lebih berbahaya dari setan ghaib.
Seperti dimasa Rasulullah, setan menjelma menjadi
seorang tua bijaksana dari tanah Najd, lalu menghasut para pemuka Quraisy yang
sedang bermusyawarah untuk menemukan cara bagaimana menghadapi pengaruh beliau,
setan yang menyamar itu mengusulkan agar Rasulullah dibunuh saja. Lalu atas
dasar usulan itu, para pemuka Quraisy memburu Rasulullah untuk membunuhnya yang
menjadi salah satu sebab beliau hijrah ke Yastrib.
Wallahua'lam bish shawab
MutiaraDabiq
Sumber: Kopas dari yang berserakan di Facebook