Ribuan mahasiswa Universitas Riau dalam aksi asap karhutla |
17 september 2019, berlakulah pepatah jangan bangunkan singa jika tidak siap menghadapinya. Sepertinya itulah sedikit kiasan yang cocok buat hari ini. Dikira mahasiswa sudah hilang asa sebagai penyambung lidah. Hari ini setelah sekian lama menguatkan pengetahuan, memahami seluk beluk permasalahan akhirnya singa jalanan bangkit lagi menyambung lidah.
Iring-iringan panjang brigade birulangit dalam menyuarakan dan menuntut keseriusan dalam penanganan bencana asap akibat karhutla ini sungguh di luar dugaan siapapun. Membuat gentar pemerintah daerah, bagaimanapun juga gerakan mahasiswa masih menjadi momok bagi para pemimpin negeri ini. Presiden Suharto turun juga dampak dari gerakan mahasiswa.
Akibat dari kabut asap yang muncul kembali setelah hilang sejak tahun 2015 rupanya mampu menjadi titik tolak kembangkitan mahasiswa dalam memaikan peranannya. Selama ini banyak orang menganggap bahwa mahasiswa sudah tidak bisa diharapkan lagi sebagai penyambung lidah. Tapi hari ini mahasiswa telah kembali memainkan perannya dengan sangat apik.
Kabut asap yang berkepanjangan ini sudah banyak memberikan dampak, baik dalam bentuk kesehatan, produktivitas dan kerugian secara materil. Hal inilah yang menjadi pemicu yang mengetuk hati mahasiswa di kota Pekanbaru untuk kembali mengambil kelas jalanan.
Selam 2 hari terakhir ini di kota pekanbaru memang di ramaikan dengan gelombang masa mahasiswa dalam menuntut penanganan maksimal untuk megatasi kabut asap karhutla ini. Di mulai dari gelombang masa di hari kemaren yang dibangun oleh mahasiwa UIN susqa dan Universitas Islam Riau. Sampai pada hari ini yang di besarkan lagi oleh brigade birulangit Universitas Riau.
Bentuk dukungan kepada aksi mahasiswa dari para pendidik |
Aksi yang berlangsung hari ini juga mendapat dukungan dari banyak pihak baik itu dosen maupun masyarakat. Dengan dukungan inilah yang mendorong semangat mahasiswa dalam melakukan aksi semakin meninggi.
Beberapa tuntutan aksi yang dapat kita himpun pada hari ini diantaranya adalah
1. Menuntut Gubernur Riau mendeklarasikan Riau bebas asap
2. Menyatakan bahwa Gubernur Riau telah gagal dalam melaksanakan program pertama 100 hari kerjanya
3. Menuntut Gubernur Riau untuk mundur dari jabatanya jika masalah kebakaran hutan dan lahan masih ada di Provinsi Riau
4. Menuntut Gubernur Riau Mendesak kooporasi yang telah di vonis salah agar segera membayar denda dan ganti rugi kerusakan lingkungan dalam waktu 30 hari kerja
5. Hentikan diskriminasin terhadap masyarakat bawah yang diduga sebagai pembakar lahan
Berharap dengan aksi mahasiswa ini asap segera berlalu. Jika asap tidak berlalu juga maka pemimpin daerah harus siap-siap berdebar-debar dengan aksi berikutnya lagi.
Adanya aksi mahasiswa menunjukan adanya kegagalan dalam melakasanakan program. Sehingga masyarakat luas semakin bisa menilai dengan lebih adil terhadap pilihan meraka.