Menyajikan info terkini dunia pendidikan dan berita berita menarik

Selamat Datang Di Birulangitid

Friday, January 10, 2020

Segilima Emas Pola Pertolongan Allah

0 comments
https://www.birulangit.id/
Segilima Emas Pola Pertolongan Allah


Pertama, saya mohon maaf pada keluarga besar PPA terutama Mas Rendy jika 5 poinnya saya gambar-gambar seperti ini.
 
Yang kedua mohon maaf, saya nggak punya skill menggambar dan saya sungkan minta digambarin teman yang pandai gambar. Jadi segilima emas ini saya gambar apa adanya seperti saya yang selalu apa adanya menerima kenyataan hidup *krik krik.

5 Poin PPA ini (sebelum saya reseat yang ketiga kalinya kemarin), adalah poin yang saya pikir mandiri sehingga biarkan saja mereka berdiri sendiri-sendiri untuk menyelami kesunyiannya masing-masing *berdeham-deham.

Oke, bismillah saya berusaha serius sekarang.
 
Ya, saya pikir, jika sudah berniat ya sudah. Sudah ikhtiar ya sudah. Sudah tawakal ya sudah. Dan saya pikir, sesuatu yang runyam itu bisa ditolong Allah hanya dengan sedekah dan prasangka baik.

Sebentar, coba bayangkan sebongkah emas yang utuh. Emas utuh itu berharga banget, ‘kan? Jika dicuil, cuilannya itu juga masih berharga juga ‘kan?

Sama, segilima PPA ini ibarat sebongkah emas. Kamu cuil dia, hanya kamu praktekkan salah satunya pun sudah sangat berharga. Allah kadang menolong hambaNya bahkan ketika hamba itu baru saja memasang niat. Ada pula yang langsung ditolong hanya dengan bersedekah. Tapi, bagi hamba-hamba spesial yang barangkali mainnya sudah sangat lewat batas teritorialNya, mereka tak cukup hanya mencuil satu dan dua bagian, melainkan harus berupaya meraih sebongkah emas itu dengan utuh.  
*

Di kelas PPA Deli Serdang kemarin, saya bersyukur sekali Mas Kiswoko membenahi pemahaman saya terkait 5 poin PPA yang sudah saya kenal selama 2 tahun 2 bulan ini. Ternyata, kenal saja tak cukup. Saya harus benar-benar masuk dan menjadi akrab untuk kemudian bisa melihat bahwa 5 poin PPA itu adalah segilima emas.

Lihat gambar terlebih dahulu kemudian baca ini pelan-pelan saja. Jangan dibaca jika Anda sedang berpuasa, ini jam-jam rawan, Kawan.

Baik.    

Mulai dengan praktek poin 1 (meluaskan niat). Jika sudah, maka niat itu harus direalisasikan dengan poin 2 (ikhtiar iman maksimal).  Secara umum, niat thok tanpa action = NATO.

Jika ikhtiar sudah dilakukan maka jagalah ikhtiar itu dengan poin 3 (husnudzon pada Allah, positif feeling).
 
Kemampuan untuk selalu baik sangka kepada Allah akan menuntun pada poin 4 (total bersyukur) apapun hasil (kondisi) yang Allah berikan (sesuai keinginan/tidak).

Dan hati yang senantiasa bersyukur itu, akan mudah menggerakkan raga untuk melakukan poin 5 (berbagi) dalam apapun kondisi (pas-pasan/berlebih, sempit/lapang).

Ini. Ini mata rantai yang sangat indah. Sebuah bongkahan emas. Segilima yang tiap sudutnya memancar keindahan masing-masing.

Kita masuk ke contoh kasus ya. Kasus paling gampang, kasusnya saya yang butuh banget ditolong Allah biar bisa grand me time ke Al-Aqsa 2020.

1. Niat (diluaskan).
Belajar dari Kang Sulam si tukang bubur yang ingin banget menghajikan Maknya, maka saya MELUASKAN niat ke Aqsa bersama bapak sebagai wujud birrul walidain. Jika niat saya cuma biar bisa apdet status dari LN, ini namanya niat SEMPIT. Jika saya ingin ke Aqsa sebagai spiritual journey saya pribadi, ini niat yang STANDAR.

2. Ikhtiar Iman Maksimal (JFoA).
Niat LUAS birrul walidain sudah OK. Waktunya action. Ikhtiar iman maksimal. Ingat kisah Nabis Musa as saat dikejar Fira’un dan tentaranya sementara di depan mentok laut.

Secara lahiriah Musa cuma punya tongkat kayu. Saya pun cuma punya skill menulis untuk berikhtiar.
Tapi hati saya sudah belajar dari hatinya Nabi Musa untuk maju terus pantang mundur (yakin Allah menemani/JFoA).
Jika Musa diilhamkan untuk memukulkan tongkatnya ke laut merah di hadapannya, maka Allah mengilhamkan saya untuk menekan keyboard laptop.

Tongkat kayu dan terbelahnya laut merah apa ada hubungan? Enggak.
Menulis dan lunasnya ongkos ke Aqsa apa ada hubungan? Enggak.
Jangan risaukan HOW-nya selama kau sudah bisa jawab WHY-nya (niat luas).

3. Husnudzon, baik sangka pada Allah (positif feeling).
Niat luas, ikhtiar iman sudah maksimal tapi nggak bisa jaga prasangka baik ke Allah, siap-siap kau tenggelam, Ucok!

Belajarnya dari Nabi Yunus yang digelapkan dalam 3 kegelapan (gelap malam, gelap perut ikan paus, gelap dasar laut). Jika JFoAnya Nabi Yunus nggak dibarengi baik sangka ke Allah, bisa-bisa beliau kemrungsung dan ngambek lagi ke Allah, “Kan hamba sudah taubat ya Allah, kenapa nggak dikeluarin juga sih?”

Paus yang lagi berenang ke tepi bisa banget ‘kan disuruh Allah ngelepehin Nabi Yunus saat itu juga?  
Jika di tengah JFoA saya ngambek sama Allah, “Ya Allah, ini ongkos belum cukup juga,” sudah, kelar hidup saya. Yang awalnya Allah berencana kasi saya menang lomba nulis puluhan juta misalnya, itu mata juri dibuat lier trus nggak jadi menang saya.   

4. Bersyukur
Niat luas, JFoA, dan prasangka baik sama Allah, insyaAllah nanti apapun hasilnya saya bisa bersyukur. Jadi nggak jadi ke Aqsa 2020 itu takdir terbaik dari Allah. Jadi berangkat nggak usah terlalu senang, belum jadi berangkat nggak usah terlalu sedih. Nggak pake marah juga dengan mendadak hobi mendaki gunung lewati lembah, berlari ke pantai lalu ke hutan dan pecahkan saja kacanya.

5. Berbagi
Niat luas, JFoA, prasangka baik sama Allah, bersyukur biarpun belum ending, membuat saya nggak melampaui batas. Meskipun tabungan saya belum cukup, saya nggak boleh egois hanya memikirkan bagaimana caranya mengumpulkan uang sementara nenek-nenek bernama AHA moment seliweran di depan mata.

Sungguh, nenek-nenek AHA moment ini banyak rupanya. Bisa berupa tukang ikan, tukang becak, pengemis, atau siapalah orang yang tiba-tiba melintas/datang butuh pertolongan kita padahal kitapun sedang terjepit.
*

Segilima emas PPA ini masyaAllah luar biasa. Ini membuka kesadaran saya tentang betapa ada kasus sebagian orang yang sedekah jor-joran berharap masalahnya diselesaikan Allah tapi pertolongan itu tak kunjung datang. Boleh jadi, dia gila sedekah tapi prasangkanya ke Allah cacat. Dia sedekah tapi nggak JFoA. Dia sedekah tapi ada sebagian takdir yang nggak diterima dengan baik (nggak bersyukur).  

Out of topic ke STIFIn, mengetahui MK anak itu sudah bagus. Tetapi jika mengetahui MK seluruh anggota keluarga, maka pola hidup satu keluarga itu akan luar biasa karena akan mengikuti alur sirkulasi segilima.

Di PPA, praktek satu pola itu sudah bagus. Tetapi jika praktek seluruh poin dalam segilima emasnya, tak terputus dan terus berputar berulang-ulang, ini emejing insyaAllah. Apalagi, syaratnya sudah dilakukan. Syarat itu, semisal melepas ganjalan tisu (sampah emosi).

Ganjalan tisu selalu dibahas sebelum masuk lima pola, artinya, sebelum praktek segilima emas, ganjalan tisu harus clear. Niat luas, JFoA, bersyukur, sedekah jor-joran, tapi masih nyimpen ngenes sama mantan (mantan bos, mantan dosen, mantan pasangan dll), sudah deh kaga kelar-kelar itu urusan.

Gimana, paham atau semacam pening?
Sesungguhnya, apa yang saya tulis ini adalah pengingat untuk diri saya sendiri.

Salam praktek segilima emas PPA,
-Wiwik Waluyo.

Note: Jika Anda mengalami gangguan pemikiran setelah membaca ini, silahkan masuk dan reseat di kelas-kelas PPA kota Anda untuk didiagnosa dan ditangani lebih lanjut ^_^

#JFoA
#PPA
#Segilimaemas

No comments:

Post a Comment