Buat sobat birulangitid yang semangat berkompetisi ada kabar gembira datang dari ITB ni, yang delegasi mahasiswanya baru saja menjuarai World University Debating Championship (WUDC)
2020 Thailand.
Dikutip dari itb.ac.id,World University Debating Championship (WUDC)
2020 Thailand merupakan kompetisi debat parlementer Bahasa Inggris yang
diikuti oleh lebih dari 1.000 mahasiswa yang tersebar dari seluruh
dunia. Tim ITB berhasil mengharumkan nama Indonesia dengan menjadi juara
sekaligus menjadi best speaker dalam WUDC tersebut.
Pada
kompetisi WUDC, terdapat dua sub-lomba yaitu public speaking dan
debating. Tim ITB melalui Vincentius Michael (Matematika) dan Mohammad
Ilham Akbar (Arsitektur) berkompetisi melalui sub-lomba debating dan
berhasil memenangkan kategori EFL (English-as-a-foreign language) dengan
kategori pemenang yang memiliki kemampuan critical thinking, public
speaking, dan pengetahuan yang luas.
“WUDC
sendiri sudah menjadi target kami sejak awal tahun. Kami tertarik karena
kami merupakan debater aktif di tingkat nasional dan kami ingin
mendapatkan pencapaian yang tidak pernah didapatkan sebelumnya oleh
mahasiswa Indonesia. Tetapi yang membedakan adalah selain menjadi juara,
saya berhasil mendapatkan titel EFL Best Speaker yang belum didapatkan
oleh orang Indonesia sebelumnya,” ujar Vincentius.
Berbagai
tahapan harus mereka lewati untuk menjadi juara. Kompetisi tersebut
terbagi menjadi dua tahap yaitu preliminary (diikuti oleh semua tim, 9
babak) dan eliminary (diikuti oleh tim yang break). Mereka pada akhirnya
berhasil mencapai break dan masuk ke babak EFL Semifinal. Tahap
semifinal dan final dapat mereka lewati dengan baik hingga pada akhirnya
menjadi juara.
“Best Speaker dipilih
berdasarkan akumulasi skor yang didapat di babak preliminary.
Sebelumnya, saya sudah pernah dinobatkan oleh Kemenristekdikti menjadi
Best Speaker se-Indonesia pada tahun 2018. Ketika saya mendapatkan titel
Best Speaker di WUDC kali ini, saya sangat senang dan bangga. Hal ini
menunjukkan bahwa anak bangsa tidak kalah dalam hal kemampuan dengan
negara lainnya,” ujar Vincentius.
Sebagai
persiapan, mereka telah menghabiskan banyak waktu untuk membaca isu yang
sedang berkembang di dunia dan menganalisis lomba di tingkat nasional
dan internasional sebelum kompetisi ini berlangsung.
“Tema
debat di WUDC sendiri sangat banyak. Semua topik yang kami debatkan
merupakan topik impromptu yang baru kami ketahui 15 menit sebelum ronde
dimulai. Topik ini bisa mencakup banyak tema seperti politik, ekonomi,
filosofi, pendidikan, hubungan internasional dan lainnya. Kami juga
dilarang menggunakan internet untuk melakukan riset dalam 15 menit waktu
casebuilding (waktu persiapan) tersebut sehingga kami mengandalkan
persiapan yang telah kami lakukan sebelum kompetisi,” tuturnya.
Dalam
perjalanannya, tantangan terbesar yang mereka alami adalah keharusan
untuk berdebat melawan institusi dari negara-negara yang telah
menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari. Hal ini menjadi
keuntungan bagi negara-negara tersebut karena kemampuan lebih untuk
membuat speech yang lebih efisien dan menarik. Tim ITB pun harus
berusaha untuk menjamin speech yang dibawakan tetap menarik, strategis,
serta memiliki konten yang lebih relevan agar dapat meraih kemenangan.
"Semoga
masyarakat semakin terinspirasi dan yakin bahwa putra bangsa Indonesia
itu mampu dan cerdas. Masyarakat juga dapat semakin memiliki keinginan
untuk mengembangkan kemampuan bahasa Inggris, public speaking, dan
critical thinking. Saya juga ingin menginspirasi mahasiswa ITB bahwa
kita semua bisa mencapai hal-hal yang luar biasa di luar kampus,”
pesannya.