Sejarah menyimpan banyak ksah menarik yang untuk dipelajari dan diambil hikmahnya termasuk sejarah perang yang terjadi antara Inggris melawan Zanzibar, Sobat Birulangitid pada penasaran Lets baca sampai habis ya.
Dikutip dari Nationalgeographic.co.id - Pada tahun 1896, sebuah perang
antara Inggris dan Zanzibar terjadi. Perang ini kemudian menjadi perang
tercepat dan tersingkat dalam sejarah. Peperangan ini terjadi hanya karena
Khalid bin Barghash menjadi seorang Sultan.
Bermula pada tahun 1893, Hamad bin Thuwaini diberikan
kedudukan karena mendukung Inggris (pro Inggris) di daerah itu. Hamad
memerintah lebih dari 3 tahun, hingga pada tanggal 25 Agustus 1896 ia meninggal
secara mendadak di istananya. Hingga kini masih tidak diketahui penyebab
kematiannya. Namun, banyak yang meyakini bahwa Hamad diracuni oleh Khalid bin
Barghash, sepupunya sendiri.
Tuduhan tersebut diyakini karena sebuah alasan: Beberapa jam
setelah kematian Hamad, Khalid segera ke istana dan mengambil alih posisi Hamad
sebagai Sultan, tanpa persetujuan Inggris. Selain itu, sesuai dengan perjanjian
yang telah ditandatangai pada tahun 1886, untuk mendapatkan posisi Sultan,
seseorang harus mendapatkan persetujuan dari konsul Inggris.
Para diplomat Inggris sama sekali tidak senang atas
pergantian posisi sultan yang terjadi secara mendadak ini. Apalagi, Khalid
tidak seperti Hamad, yang mendukung Inggris. Khalid justru mendukung untuk
menyeruakan kemerdekaan Zanzibar.
Sebagai info, saat itu, Zanzibar merupakan negara jajahan
Inggris.
Basil cave, diploma utama dengan cepat menyatakan bahwa
Khalid harus mundur dari posisinya. Namun, Khalid mengabaikan peringatan Cave
dan ia mulai mengumpulkan pasukannya di sekitar istana.
Pasukan yang dikumpulkan telah dipersenjatai dengan baik,
meskipun beberapa senjata dan meriam sebenarnya merupakan hadiah diplomatik
untuk para sultan dari tahun ke tahun.
Pada 25 Agustus, sebanyak 3.000 pasukan diturunkan untuk
mengamankan istananya dan dilengkapi dengan beberapa senjata artileri dan
sebuah Royal Yacht bersenjata ringan di pelabuhan terdekat.
Pada saat yang sama, Inggris sudah menyiapkan dua kapal
perang, HMS Philomel dan HMS Rush yang telah berlabuh di pelabuhan. Para
pasukannya dengan cepat dikirim ke darat untuk melindungi Konsulat Inggris dan
menjaga penduduk setempat dari kerusuhan.
Cave juga meminta bantuan dari kapal Inggris terdekat
lainnya, yaitu Sparrow HMS, yang memasuki pelabuhan pada malam harinya.
Meskipun Cave memiliki kuasa di pelabuhan, ia tahu bahwa ia
tidak memiliki wewenang untuk membuat permusuhan tanpa persetujuan dari
pemerintah Inggris.
Untuk mempersiapkan kemungkinan yang terjadi, pada malam
itu, ia mengirimkan sebuah telegram ke Kantor Luar Negeri. Sementara menunggu
balasan dari Whitehall, Cave terus mengeluarkan ultimatum kepada Khalid. Namun
tidak berhasil.
Keesokan harinya, dua kapal perang Inggris lainnya memasuki
pelabuhan, HMS Racoon dan HMS St George. Kapal terakhir membawa Perwira Tinggi
Muda Harry Rawson, komandan armada Inggris di daerah itu.
Kemudian, Cave menerima balasan dari Whitehall yang
menyatakan,
“Anda diberi wewenang untuk melakukan tindakan apa pun yang
dianggap perlu. Tindakan yang Anda lakukan akan didukung oleh Pemerintah.
Namun, jangan mencoba melakukan tindakan apa pun yang Anda tidak yakin dapat
berhasil dengan sukses."
Pada saat yang sama, Inggris sudah menyiapkan dua kapal
perang, HMS Philomel dan HMS Rush yang telah berlabuh di pelabuhan. Para
pasukannya dengan cepat dikirim ke darat untuk melindungi Konsulat Inggris dan
menjaga penduduk setempat dari kerusuhan.
Cave juga meminta bantuan dari kapal Inggris terdekat
lainnya, yaitu Sparrow HMS, yang memasuki pelabuhan pada malam harinya.
Meskipun Cave memiliki kuasa di pelabuhan, ia tahu bahwa ia
tidak memiliki wewenang untuk membuat permusuhan tanpa persetujuan dari
pemerintah Inggris.
Untuk mempersiapkan kemungkinan yang terjadi, pada malam
itu, ia mengirimkan sebuah telegram ke Kantor Luar Negeri. Sementara menunggu
balasan dari Whitehall, Cave terus mengeluarkan ultimatum kepada Khalid. Namun
tidak berhasil.
Keesokan harinya, dua kapal perang Inggris lainnya memasuki
pelabuhan, HMS Racoon dan HMS St George. Kapal terakhir membawa Perwira Tinggi
Muda Harry Rawson, komandan armada Inggris di daerah itu.
Kemudian, Cave menerima balasan dari Whitehall yang
menyatakan,
“Anda diberi wewenang untuk melakukan tindakan apa pun yang
dianggap perlu. Tindakan yang Anda lakukan akan didukung oleh Pemerintah.
Namun, jangan mencoba melakukan tindakan apa pun yang Anda tidak yakin dapat
berhasil dengan sukses."
Pada tanggal 26 Agustus, ultimatum terakhir untuk Khalid
dikeluarkan agar ia segera meninggalkan istana pada pukul 9 pagi keesokan
harinya. Malam itu, Cave juga menuntut agar semua kapal non-militer
meninggalkan pelabuhan dalam persiapan untuk perang.
Pukul 8 pagi keesokan harinya, satu jam sebelum ultimatum
berakhir, Khalid mengirim balasan ke Cave yang menyatakan:
"Kami tidak berniat mengangkut bendera kami dan kami
tidak percaya Anda akan menembaki kami."
Cave menyatakan sebenarnya dia tidak ingin untuk menembaki
istana, tetapi "jika Anda melakukan apa yang diperintahkan, kami pasti
akan melakukannya."
Pada pukul 9 pagi, kapal-kapal Inggris yang tiba di
pelabuhan mulai menembaki istana.
Pada pukul 09:02 sebagian besar artileri Khalid hancur.
Struktur istana juga mulai runtuh dengan 3.000 orang pasukan di dalamnya.
Sekitar dua menit setelah pengeboman dimulai, Khalid dikabarkan telah melarikan
diri melalui pintu belakang istana dan meninggalkan para pelayan serta
pasukannya.
Pada pukul 09:40, penembakan dihentikan dan bendera Sultan
segera ditarik turun. Berakhirnya perang tersebut menjadi perang tersingkat
dalam sejarah di mana hanya terjadi selama 38 menit.
Perang yang singkat ini memakan korban cukup banyak di mana
500 pejuang Khalid terbunuh akibat ledakan bom.