Coronavirus
adalah virus yang umum ditemui pada banyak spesies hewan berbeda, termasuk unta
dan kelelawar. Virus ini sangat jarang sekali menginfeksi manusia lalu menular
di antara mereka. MERS dan SARS termasuk jenis coronavirus yang menjangkiti
manusia.
Penampakan virus corona |
Sobat birulangitid harus tau bahwa saat ini corona virus menjadi virus yang paling ditakuti dan menghantui seluruh dunia saat ini. Tetapi sobat birulangitid juga harus tau sebelum corona virus rupanya ada beberapa virus ganas yang terlebih dulu menghantui penduduk dunia, apa virusnya cekidot.
1. Virus Dengue (Tingkat Kematian 20-30 persen)
Virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk ini kerap dikenal dengan penyakit demam berdarah. Meski tingkat kematiannya tergolong kecil, jumlah kematian yang disebabkan virus ini sangat tinggi lantaran belum ada vaksin yang bisa menangkal virus ini.
Data Kementerian Kesehatan mencatat pada tahun 2015, penderita demam berdarah menyerang 129.179 orang, sebanyak 1.240 diantaranya meninggal dunia. Di dunia sekitar 20 ribu orang setiap tahunnya meninggal dunia dari 50-500 juta yang terinfeksi.
2. Spanish Flu H1N1 (Tingkat Kematian 2,5-50 persen)
Spanish Flu merupakan salah satu virus H1N1 yang pertama kali menyebabkan kematian pada 1918. Ketika itu, virus ini langsung membuuh 50 juta orang, rasio pembunuhan oleh virus tercepat dalam sejarah. Nama Spanish muncul lantaran delapan juta diantaranya terbunuh di Spanyol.
3. Flu Burung (Tingkat Kematian 60 persen)
Virus influenza A tipe H5N1 yang dikenal dengan Flu Burung ini sempat menyerang Indonesia beberapa waktu lalu. Virus ini pertama kali menyerang manusia pada 1997 dan sudah membunuh 60 persen pengindapnya. Virus ini disebarkan oleh unggas ke manusia.
Seperti dilansir dari laporan Listamaze, sebuah penelitian mengungkap virus H5N1 sangat mematikan lantaran dapat memicu protein inflamasi 10 kali lebih banyak dibanding virus flu H1N1. Akibatnya, peradangan protein menyebabkan gangguan pernapasan dan mengancam jiwa. Selain gangguan pernapasa, gejala virus ini dapat berupa muntah, diare dan gejala virus flu pada umumnya.
Virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk ini kerap dikenal dengan penyakit demam berdarah. Meski tingkat kematiannya tergolong kecil, jumlah kematian yang disebabkan virus ini sangat tinggi lantaran belum ada vaksin yang bisa menangkal virus ini.
Data Kementerian Kesehatan mencatat pada tahun 2015, penderita demam berdarah menyerang 129.179 orang, sebanyak 1.240 diantaranya meninggal dunia. Di dunia sekitar 20 ribu orang setiap tahunnya meninggal dunia dari 50-500 juta yang terinfeksi.
2. Spanish Flu H1N1 (Tingkat Kematian 2,5-50 persen)
Spanish Flu merupakan salah satu virus H1N1 yang pertama kali menyebabkan kematian pada 1918. Ketika itu, virus ini langsung membuuh 50 juta orang, rasio pembunuhan oleh virus tercepat dalam sejarah. Nama Spanish muncul lantaran delapan juta diantaranya terbunuh di Spanyol.
3. Flu Burung (Tingkat Kematian 60 persen)
Virus influenza A tipe H5N1 yang dikenal dengan Flu Burung ini sempat menyerang Indonesia beberapa waktu lalu. Virus ini pertama kali menyerang manusia pada 1997 dan sudah membunuh 60 persen pengindapnya. Virus ini disebarkan oleh unggas ke manusia.
Seperti dilansir dari laporan Listamaze, sebuah penelitian mengungkap virus H5N1 sangat mematikan lantaran dapat memicu protein inflamasi 10 kali lebih banyak dibanding virus flu H1N1. Akibatnya, peradangan protein menyebabkan gangguan pernapasan dan mengancam jiwa. Selain gangguan pernapasa, gejala virus ini dapat berupa muntah, diare dan gejala virus flu pada umumnya.
4. Virus Lujo (Tingkat Kematian 80 persen)
Virus ini mulai mendapatkan nama saat menyerang Lusaka, Zambia dan Johannesburg, Afrika Selatan pada 2008. Nama Lujo diambil dari dua huruf pertama pada dua kota tersebut. Saat itu, empat dari lima orang yang terinfeksi virus ini meninggal dunia. Virus ini diketahui menyebabkan gejala mirip Ebola seperti pendarahan gusi dan hidung.
5. Herpes B (Tingkat Kematian 80 persen)
Herpes diketahui sudah menginfeksi manusia purba sejaka 80 juta tahun yang lalu. Di era modern, virus Herpes B pertama kali ditemukan pada 1932. Dari 31 kasus, 21 diantaranya meninggal dunia.
Herpes B mempengaruhi sistem saraf pusat dan menyebabkan gangguan saraf atau kematian jika tidak diobati. Virus ini sebenarnya jarang terjadi pada manusia. Akan tetapi Herpes B mudah ditularkan melalui monyet atau gigitan hewan.
6. Virus Marburg (Tingkat Kematian 23-90 persen)
Marburg tergolong virus yang sangat berbahaya. Virus ini pertama kali di temukan di Jerman pada 1967. Para penyintas dari penyakit demam berdarah Marburg ini mengalami masalah penglihatan, gangguan pendengaran, kelemahan otot, hepatitis dan lainnya.
Virus ini mulai mendapatkan nama saat menyerang Lusaka, Zambia dan Johannesburg, Afrika Selatan pada 2008. Nama Lujo diambil dari dua huruf pertama pada dua kota tersebut. Saat itu, empat dari lima orang yang terinfeksi virus ini meninggal dunia. Virus ini diketahui menyebabkan gejala mirip Ebola seperti pendarahan gusi dan hidung.
5. Herpes B (Tingkat Kematian 80 persen)
Herpes diketahui sudah menginfeksi manusia purba sejaka 80 juta tahun yang lalu. Di era modern, virus Herpes B pertama kali ditemukan pada 1932. Dari 31 kasus, 21 diantaranya meninggal dunia.
Herpes B mempengaruhi sistem saraf pusat dan menyebabkan gangguan saraf atau kematian jika tidak diobati. Virus ini sebenarnya jarang terjadi pada manusia. Akan tetapi Herpes B mudah ditularkan melalui monyet atau gigitan hewan.
6. Virus Marburg (Tingkat Kematian 23-90 persen)
Marburg tergolong virus yang sangat berbahaya. Virus ini pertama kali di temukan di Jerman pada 1967. Para penyintas dari penyakit demam berdarah Marburg ini mengalami masalah penglihatan, gangguan pendengaran, kelemahan otot, hepatitis dan lainnya.
Virus ini yang paling berbahaya. Penamaan virus ini berdasarkan kota kecil dan indah di sungai Lahn - tetapi itu
tidak ada hubungannya dengan penyakit itu sendiri. Virus Marburg adalah virus
demam berdarah. Seperti halnya Ebola, virus Marburg menyebabkan kejang-kejang
dan pendarahan pada selaput lendir, kulit dan organ-organ. Ia memiliki tingkat
kematian 90 persen.
7. HIV (Tingkat Kematian 80-90 persen)
Ilustrasi virus HIV |
Virus berbahaya ini diketahui telah membunuh jutaan orang setiap tahunnya. Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan AIDS. Virus ini ditularkan melalui kontak fisik, cairan tubuh, dan pada anak yang dikandung.
8. Ebola (Tingkat Kematian 90 persen)
Virus ini pertama kali ditemukan di dekat sungai Ebola di Zaire pada 1976. Gejala awal virus ini mirip dengan virus influenza pada umumnya seperti sakit tenggorokan, demam, nyeri otot, dan sakit kepala. Tahap selanjutnya dapat berupa muntah, diare, darah dalam tinja, ruam, dan gangguan ginjal serta hati.
9. Cacar (Tingkat Kematian 95 persen)
Cacar diketahui sudah ada sejak 11 ribu tahun lalu di pertanian di India. Virus yang juga dikenal dengan Smallpox ini merupakan virus paling mematikan di dunia yang telah membunuh paling banyak manusia dibanding virus lain dalam sejarah.
10. Rabies (Tingkat Kematian 100 persen)
Virus yang tergolong neurotropika ini ditularkan lewat air liur hewan kepada manusa. Virus ini bakal bekerja 100 persen saat gejalanya mulai berkembang. Oleh karena itu, jika gejala muncul angka kematian hampir selalu 100 persen. Akibat dari virus ini tergolong fatal karena langsung menyerang otak dan sistem saraf manusia. Pada 2010, virus rabies membunuh 78 orang di Bali
11. Hantavirus
Hantavirus menjelaskan beberapa jenis virus.
Namanya diambil dari sungai tempat tentara Amerika pertama kali diduga
terinfeksi Hantavirus, selama Perang Korea tahun 1950. Gejalanya meliputi
penyakit paru-paru, demam, dan gagal ginjal.
12. Lassa
Seorang perawat di Nigeria adalah orang pertama
yang terinfeksi virus Lassa. Virus ditularkan oleh tikus. Kasus dapat bersifat
endemik - yang berarti virus terjadi di wilayah tertentu, seperti di Afrika
barat, dan dapat muncul kembali di sana kapan saja. Para ilmuwan berasumsi
bahwa 15 persen tikus di Afrika barat membawa virus.
13. Virus Junin
Virus Junin dikaitkan dengan demam hemoragik
Argentina. Orang yang terinfeksi virus ini menderita peradangan jaringan,
sepsis, dan perdarahan kulit. Masalahnya adalah bahwa gejalanya tampak sangat
umum sehingga penyakit ini jarang terdeteksi atau diidentifikasi pada contoh
pertama.
14. Krimea-Kongo
Virus demam Krimea-Kongo ditularkan melalui kutu.
Ini mirip dengan virus Ebola dan Marburg dalam perkembangannya. Selama
hari-hari pertama infeksi, penderita mengalami perdarahan seukuran pin di
wajah, mulut, dan faring.
15. Machupo
Virus Machupo dikaitkan dengan demam berdarah
Bolivia, juga dikenal sebagai tifus hitam. Infeksi menyebabkan demam tinggi,
disertai pendarahan hebat. Ini berkembang mirip dengan virus Junin. Virus dapat
ditularkan dari manusia ke manusia, dan tikus sering membawanya.
16. Kyasanur Forest Virus
Para ilmuwan menemukan virus Kyasanur Forest Virus
(KFD) di hutan di pantai barat daya India pada tahun 1955. Virus ini ditularkan
melalui kutu, tetapi para ilmuwan mengatakan sulit untuk menentukan pembawa
mana pun. Diasumsikan bahwa tikus, burung, dan babi hutan bisa menjadi inang.
Orang yang terinfeksi virus ini menderita demam tinggi, sakit kepala yang kuat,
dan nyeri otot yang dapat menyebabkan pendarahan.
17.
Cacar Monyet
Diberitakan Harian Kompas, 11 Mei 2019, Singapura pertama kali melaporkan kasus cacar monyet (monkeypox) pada 9 Mei 2019. Penyakit itu dibawa seorang pria (38) dari Nigeria. Gejala yang dialami pria itu adalah demam, benjolan di kulit, nyeri otot, dan kedinginan. Penyakit ini endemis di Afrika Tengah dan Barat. Setidaknya ada 23 orang yang melakukan kontak dengan pria itu. Mereka yang berada di Singapura akan dikarantina selama 21 hari. Kasus cacar monyet pertama kali dilaporkan pada 1970 di Republik Demokratik Kongo. Tahun 2003 kasus itu dilaporkan di Amerika Serikat akibat manusia kontak dengan "praire dog" atau hewan pengerat pemakan rumput yang terinfeksi tikus Afrika. Virus disebut cacar monyet karena penularan dari monyet, tikus gambia, dan tupai.
Diberitakan Harian Kompas, 11 Mei 2019, Singapura pertama kali melaporkan kasus cacar monyet (monkeypox) pada 9 Mei 2019. Penyakit itu dibawa seorang pria (38) dari Nigeria. Gejala yang dialami pria itu adalah demam, benjolan di kulit, nyeri otot, dan kedinginan. Penyakit ini endemis di Afrika Tengah dan Barat. Setidaknya ada 23 orang yang melakukan kontak dengan pria itu. Mereka yang berada di Singapura akan dikarantina selama 21 hari. Kasus cacar monyet pertama kali dilaporkan pada 1970 di Republik Demokratik Kongo. Tahun 2003 kasus itu dilaporkan di Amerika Serikat akibat manusia kontak dengan "praire dog" atau hewan pengerat pemakan rumput yang terinfeksi tikus Afrika. Virus disebut cacar monyet karena penularan dari monyet, tikus gambia, dan tupai.
Sumber:
Cnnindonesia.com
Liputan6.com
Kompas.com