Don't Be Panic! Tips Menghadapi Wabah ala Rasulullah |
=================================
By Nurul Ramadany
Pada tanggal 27 Februari 2020, Pemerintah Saudi Arabia secara resmi mengumumkan penangguhan sementara kedatangan jamaah umroh dari seluruh negara, termasuk dari Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya dalam pencegahan penyebaran Covid 19.
Secara resmi pula, pada tanggal 2 Maret 2020, presiden RI telah mengumumkan bahwa Indonesia memiliki 2 orang pasien yang terinveksi Covid 19 atau yang lebih di kenal dengan Virus corona. Hal ini tentu saja membuat sebahagian besar masyarakat Indonesia cemas dan khawatir bahkan terjadi Panic Buying, yaitu berbelanja berbagai keperluan sehari2 di luar batas kewajaran. Dan kabarnya, saat ini stok masker pun sudah mulai kosong. Apakah memang perlu sampai seperti itu?
Sebagai seorang Muslim, bagaimana seharusnya kita mengjadapi kondisi saat ini? Apakah harus ikutan panik?
Mengutif Penjelasan Ustadz. Budi Azhari, Lc di Acara Khalifah Trans TV, edisi 1 maret 2020. Rasulullah pernah memberitakan tentang suatu wabah penyakit yang bernama Tha'un. Terkait wabah penyakit ini, Rasulullah bersabda :
"Jika kalian mendengar di suatu negeri ada wabah maka kalian janganlah memasukinya, jika wabah itu terjadi di negeri tempat tinggal kalian, maka jangan keluar darinya" (HR. Bukhari dan Muslim)
Wabah Penyakit Tha'un ini pernah terjadi pada masa Khalifah Umar bin Khattab, tepatnya di negeri syam yang saat itu dipimpin oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. Dikisahkan juga di dalam buku 64 Sahabat Teladan Utama Jilid 7, Tetangga Rasulullah di Syurga, kisah Said bin Zaid dan Abu Ubaidah.
Banyak orang yang wafat karena penyakit itu. Bahkan karena ganasnya wabah itu, pasukan Islam di wilayah Syam hanya tersisa 6.000 dari 36.000 bala tentara. Khalifah Umar telah memerintahkan Abu Ubaidah untuk pindah. Akan tetapi Abu Ubaidah menolaknya.
"Aku memerlukan keberadaanmu. Datanglah segera!" Begitulah isi surat Khalifah Umar untuk Abu Ubaidah. Abu Ubaidah pun mengirim balasan surat kepada Khalifah Umar
"Wahai amirul Mukminin! Aku diperintahkan untuk pindah, namun aku menolaknya. Aku tidak ingin meninggalkan penduduk yang kupimpin. Aku tidak akan berpisah dari mereka. Aku tidak ingin menyelamatkan diri sendiri. Izinkan aku untuk tetap di sini. Biarlah Allah yang memberikan keputusan terbaik untukku"
Khalifah Umar pun menangis kala membaca surat dari Abu Ubaidah.
Tidak lama kemudian, Abu Ubaidah pun terkena wabah penyakit berbahaya itu. Ketika itu dia tengah berada di 'Amwas, sebuah daerah antara Ramlah dan Maqdis. Tubuhnya mulai lemah tak berdaya hingga akhirnya Abu Ubaidah pun wafat.
Mendengar hal itu, Khalifah umar kembali sedih. Dia sangat berduka, matanya terpejam dan kepalanya tertunduk. Air mata duka menetes membasahi pipinya. Ia pun berdoa untuk Abu Ubaidah.
"Semoga Allah memberikan RahmatNya"
Abu Ubaidah meninggal pada usia 58 tahun, bertepatan sengan 18 Hijriyah. Dia disholati oleh Muadz bin Jabal. Kemudian jenazahnha dikuburkan di tempat yang oernah dibebaskannya, sebuah negeri yang pernah dijajah oleh kerajaan Persia dan Romawi. Negeri itu bernama Yordan.
Dari Kisah di atas, maka sebagai sorang muslim hendaklah kita meneladani Rasul dan para sahabat dalam dalam menghadapi wabah penyakit, diantaranya adalah:
1. Bersabar dan yakin atas taqdir Allah
Rasulullah bersabda:
“Tha’un merupakan suatu azab yang Allah turunkan kepada siapa yang Allah kehendaki, lalu Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi kaum mukminin. Maka dari itu, tidaklah seorang hamba yang terkena tha’un lantas dia tetap bersabar di daerah tersebut dan yakin bahwa dia hanya akan tertimpa sesuatu yang telah Allah takdirkan untuknya, kecuali diia akan mendapat pahala seperti (pahala) orang yang syahid.” (Sahih, HR. Al-Bukhari)
2. Keyakinan dan berbaik sangka kepada Allah, bahwa sesungguhnya setiap penyakit yang diturunkan Allah pasti ada obatnya.
Sabda Rasulullah:
"Sesungguhnya tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit kecuali Dia menurunkan obatnya pula. Ada orang yang mengetahuinya dan ada pula yang tidak mengetahuinya.” (Sahih, HR. Ahmad, dinilai sahih oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah ash-Shahihah no. 451)
3. Berdo'a memohon perlindungan Allah
Seperti doa berikut
“Bismillahilladzi la yadhurru ma’asmihi syaiun fillardhi wala fissamai wahuwassami’ul ‘alim”
Artinya: “Dengan nama Allah yang bila disebut, segala sesuatu di bumi dan langit tidak akan berbahaya, Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
“Barangsiapa membacanya sebanyak tiga kali ketika pagi dan petang hari, maka tidak ada sesuatupun yang membahayakan dirinya.” (HR. Abu Dawud4/323, At-Tirmidzi 5/465, Ibnu Majah dan Ahmad. Lihat Shahih Ibnu Majah 2/332, Al-Allamah Ibnu Baaz berpendapat, isnad hadits tersebut hasan dalam Tuhfatul Akhyar hal. 39.)
Disamping itu, islam juga memberikan solusi berupa melakukan tindakan preventif atau pencegahan yang tidak bertentangan dengan syariat. Seperti mengkomsi makanan yang disunnahkan Rasulullah, misal : madu, habbatussauda, kurma, susu kambing, zaitun dll, konsumsi herbal penguat antibodi, serta juga melakukan usaha perlindungan nyata seperti penggunaan masker, mencuci tangan pakai sabun dll
Wallahu 'alam.
Sumber:
2. Buku 64 Sahabat Teladan Utama jilid 7, tetangga Rasulullah di Syurga. Kisah Said bin Zaid dan Abu Ubaidah
3. https://www.google.com/amp/s/asysyariah.com/kiat-menghadapi-wabah-virus-corona-dan-lainnya/%3famp
#SelfReminder
#64SahabatTeladanUtama
#SpiritNabawiyahCommunity