Ketika Kita Dipaksa Pulang |
Oleh: Dr.
Afrianto Daud.
--
Birulangitid-Tak ada
yang diciptakan Allah sia-sia. Termasuk virus dengan nama Corona ini. Betul
bahwa dia telah membawa kisah duka yang tak sedikit. Tapi, pada sa'at yang
sama, Covid telah memberi kita banyak hikmah. Dia memaksa dunia untuk belajar
banyak hal. Salah satunya belajar tentang menikmati ibadah Ramadhan dalam
'kesendirian'.
Adalah
Covid yang telah memaksa kita untuk pulang ke rumah. Termasuk beribadah di
rumah. Puasa dan menghadap Tuhan dalam kesunyian di rumah-rumah kita sendiri
menemukan momentumnya saat pandemi ini.
Walaupun
taraweh berjama'ah sudah menjadi tradisi baik yang telah diamalkan banyak
komunitas muslim di dunia. Tapi, jangan lupa bahwa taraweh berjama'ah di masjid
bukanlah kewajiban. Beberapa hadits yang diriwayatkan Aisyah RA menceritakan
bahwa Rasulullah SAW berjama'ah taraweh di masjid hanya beberapa hari saja.
Setelah itu, Rasul justru melaksanakan shalat malam itu di rumah beliau,
sendiri-sendiri.
Walau
ulama juga sepakat tentang kebolehan berjamaah taraweh di masjid, tetapi musim
Covid ini mengantarkan kita pada esensi sholat taraweh dalam kesendirian di
rumah itu.
Dulu pada
suatu masa banyak kaum muslimin yang berharap bahwa selama Ramadhan sekolah
kalau bisa diliburkan, sehingga anak-anak bisa bersama keluarga mereka
menjalani ibadah Ramadhan di rumah. Puluhan tahun kaum muslimin merindukan
momen Ramadhan bersama keluarga ini. Baru setelah Covid ini kesempatan langka
itu datang.
Maka
nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang engkau dustakan?
Mari
jadikan Ramadhan ini menjadi Ramadhan terbaik kita bersama keluarga. Harapan
kita selesai Ramadhan kita memperoleh keluarga dengan kualitas kesolehan yang
lebih baik. Keluarga yang baik, InshaAllah, akan menjadi pilar pembentukan
masyarakat yang baik.
Selamat
menikmati malam kedua Ramadhan, saudara sekalian. Barakallahu fikum!
--
Sejenis
kultum malam kedua