Tetap Patuh Walau Tak Ada Polisi India |
Oleh: Dr.
Afrianto Daud.
--
Birulangitid-Apa yang
membuat seorang muslim tetap melaksanakan puasa dengan benar, tidak mau
melakukan apa yang membatalkan puasa, walaupun hanya sendirian?
Apalagi
kalau bukan adanya keyakinan akan keberadaan Allah dan malaikat sebagai
pengawas yang maha hebat. Pengawasan yang sempurna, walau tak kasat mata.
Keyikanan yang lahir dari keimanan. Keyakinan yang melahirkan 'ma'iyatullah'
(rasa kebersamaan dan kedekatan dengan Allah).
Seorang
muslim yang berpuasa dengan benar meyakini bahwa mereka beramal seperti mereka
langsung menyaksikan Allah. Walau pada faktanya mereka tak bisa melihat Allah,
mereka yakin Allah pasti melihat mereka (ihsan).
Sikap
mental seperti ini sesungguhnya modal yang luar biasa yang menjadikan seorang
pribadi muslim bisa terus mempertahankan kualitas amalannya, baik dalam
kesendirian maupun dalam kebersamaan dengan manusia lain.
Tidak
hanya kualitas dalam amal-amal ibadah mahdah, seperti sholat, puasa, zakat, dan
lainnya. Tapi, juga dalam menjalankan ibadah 'ghairu mahdah' (non-formal),
seperti bekerja mencari nafkah, beraktivitas sosial membantu orang lain,
belajar menuntut ilmu, melakukan riset untuk pengembangan pengetahuan, dan
amal-amal lain yang lebih banyak berdimensi horizontal, hubungan sesama
manusia.
Mentalitas
'maiyatullah' sebagai salah satu esensi mentalitas orang berpuasa itu sangat
diperlukan saat kita bicara bagaimana membangun peradaban manusia yang lebih
baik di bumi.
Mereka
yang memiliki mentalitas ini, misalnya, akan tetap menjadi orang yang disiplin
di jalan raya, walau tak ada polisi. Mereka akan tetap bekerja dengan baik,
walau tak ada bos yang mengawasi. Mereka tak akan korupsi walau tak ada BPK
yang memeriksa. Mereka tetap mematuhi protokol physical distancing, walau tak
ada ancaman sanksi seperti yang dilakukan polisi India itu.
Mengapa?
Karena kebaikan yang mereka lakukan bukan tergantung pada pengawasan makhluk,
tetapi keyakinan akan zat yang maha menatap, tak pernah tidur, yang catatannya
tak pernah salah.
Dengan
demikian, jika kita ingin memperbaiki peradaban kita, kita bisa memulainya
dengan memperbaiki kualitas puasa kita. Berpuasa dengan benar, sesuai tuntunan
Rasulullah SAW.
Demikian
semacam kultum malam ketiga
--
Selamat
meneruskan amal-amal Ramadhan kita. Barakallhu fikum!
#semacamkultum