Birulangitid-Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan dampak
penyebaran virus corona terhadap ekonomi akan lebih kompleks dibandingkan
dengan krisis yang terjadi pada 1997-1998 dan 2008-2009. Pasalnya, wabah
tersebut tak hanya berdampak pada nyawa manusia tapi juga hampir seluruh
sektor ekonomi.
"Kami sampaikan virus corona jauh lebih kompleks dari 1997-1998, karena
saat itu kami tahu penyebab dan bisa menahan. Kalau yang virus corona belum
tahu penahannya apa," ucap Sri Mulyani melalui video conference, Senin
(6/4), melansir CNN Indonesia.
Ia menuturkan dampak ekonomi virus corona juga lebih kompleks dari krisis
ekonomi 2007-2008 lalu. Sebab, saat itu hanya sektor keuangan yang terkena
dampak dari krisis ekonomi yang terjadi.
"Saya sampaikan virus corona jauh lebih kompleks dari 2008-2009 karena
mengancam manusia, mematahkan seluruh fondasi ekonomi di seluruh negara dan
gejolak di pasar modal yang tidak ada jangkar," papar Sri Mulyani.
Sejauh ini, kata Sri Mulyani, belum ada pihak mana pun yang bisa memastikan
kapan tepatnya penyebaran virus corona akan berakhir, baik di Indonesia maupun
secara global. Semua, hanya bisa memprediksi.
"Tidak ada yang tahu kapan virus corona berhenti," imbuhnya.
Diketahui, virus corona mulai mewabah di China pada Desember 2019 lalu.
Kemudian, penyebarannya semakin masif ke beberapa negara pada awal 2020 dan
masuk ke Indonesia pada Maret 2020.
Saat ini, jumlah kasus di Indonesia tercatat terus meningkat setiap hari.
Jumlah pasien yang positif terinfeksi virus corona bertambah menjadi 2.491
orang pada Senin (6/4).
Pemerintah telah mengimbau masyarakat untuk melakukan aktivitas dari rumah,
seperti bekerja, sekolah, dan ibadah. Hal ini demi mengurangi risiko penularan
virus corona.
Akibatnya, aktivitas ekonomi terganggu karena mayoritas masyarakat kini
berada di rumah. Berbagai pusat perbelanjaan pun memutuskan untuk menutup
sementara operasionalnya, sehingga pendapatan manajemen dan
berbagaitenant pun otomatis menurun.
Selain itu, sejumlah perusahaan telah melakukan pemutusan hubungan kerja
(PHK). Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi (Disnakertrans)DKI Jakarta
mencatat terdapat 16.056 pekerja di ibu kota yang terkena PHK pada Sabtu (4/4).
Sumber Lancangkuning.com