Birulangitid-Dampak Covid-19 sangat luas, mempengaruhi banyak hal, meliputi bidang ekonomi sampai kebidang pendidikan. Salah satu kebijakan penting di dunia pendidikan selama masa pandemi adalah dilakukannya perkuliahan daring. Kuliah daring sendiri memberikan banyak cerita menarik dan kesan mendalam bagi yang menjalankannya, mulai dari materi perkualiahan yang menjadi lebih sulit dipahami, tugas yang banyaknya 2 kali lipat, jaringan yang payah sampai paket data yang membebani mahasiswa. Salah satu kisah menarik adalah yang dialami oleh sartika.
Dikutip dari kompas.com, Sartika, salah seorang
mahasiswi di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, terpaksa harus memanjat pohon
agar mendapatkan signal untuk mengikuti perkuliahan online.
Sartika mengaku kondisi tersebut sudah dilakukan sejak dikeluarkannya kebijakan kuliah secara online di rumah akibat pandemi corona (Covid-19). Bahkan, mendapat jaringan internet harus menempuh perjalanan satu hingga dua jam untuk mendaki perbukitan.
Mahasiswi Universitas Cokroaminoto Palopo bersama rekannya yang lain menjadikan tempat tersebut sebagai kampus alam. "Sebelum kami naik ke gunung, biasanya kami patungan dulu untuk beli pulsa data sebelum kami bersama kawan mahasiswa lain di desa ini," ucap Sartika. Selain masalah signal internet, terkadang mereka harus mencari tempat berteduh ketika hujan deras. “Kendala yang kami alami jaringan yang lambat loading, kuota internet tidak memadai. Belum lagi kami harus menanjak saat bulan puasa ini, jadi kami kadang kurang fit,” ujar Sartika.
Demi menyelesaikan tugas kuliah, mereka terkadang bertahan di tempat tersebut hingga larut malam. “Ada mata kuliah pagi ada juga sore, jadi kami disini smapai sore online, kadang juga sampai tengah malam karena ada tugas yang harus diselesaikan, jadi kadang sampai pukul 23.00 Wita baru kembali ke rumah bersama teman-teman, termasuk saat buka puasa,” tutur Sartika. Sementara itu, Kepala Desa Rante Alang Rosmawati mengakui, jaringan komunikasi di desanya kurang memadai. “Kami sendiri dalam membuat laporan selalu terlambat, karena sekarang apa-apa sistem online, jadi kami kadang ke gunung kerjakan laporan, kadang juga terpaksa harus ke kota,” tambah Rosmawati.