Malam Kedelapan: Bukan Suci, Tapi Mensucikan |
Oleh Dr. Afrianto Daud
--
Birulangitid-Kesalahan, kealfaan, keteledoran, dan berbagai macam bentuk dosa sepertinya sudah menjadi bagian sejarah manusia. Kehidupan kita di dunia ini bahkan tak akan pernah ada jika manusia pertama, Adam AS, tidak melakukan kesalahan. Nabi Adam yang sudah hidup nyaman di surga itu harus tergelincir karena tipu daya iblis. Sehingga akhirnya dihukum Allah. Dibuang ke bumi. Tapi, karena pembuangan itulah, manusia dan peradabannya kini ada. Maka, bolehlah jika dibilang bahwa peradaban manusia di dunia sesungguhnya dimulai dengan kesalahan.
Ya. Begitulahlah manusia yang tak luput dari dosa dan kesalahan. Baik yang sengaja ataupun yang tidak. Besar atau kecil. Kesalahan lahir atau bathin. Dosa-dosa itu bisa berbentuk lalai melaksanakan perintah Allah. Bisa juga dalam bentuk kesalahan kepada orang lain. Menyebar fitnah. Iri dan dengki dengan capaian orang lain. Berbohong. Mengambil hak orang lain. Berzina. Menzalimi orang lain yang lemah. Sampai pada hal-hal yang halus, seperti rasa ujub. Merasa diri lebih keren, lebih pintar, lebih suci, atau lebih soleh dari orang lain. Ada banyak lagi tentu.
Jika terus dilakukan, dosa itu akan terus menumpuk. Bahkan ‘dosa kecil’ sekalipun. Apalagi sesungguhnya tak ada istilah dosa kecil, jika itu terus dilakukan berulang. Dosa-dosa itu akan menggerus kebersihan jiwa. Sampai pada fase terburuk, yaitu ketika dosa-dosa yang kita lakukan menjadi ‘rona’. Tumpukan noktah hitam berkarat yang menutup nurani. Mematikan fitrah manusia yang lembut. Itulah sa’at manusia sudah tak bisa lagi dikasih nasehat. Saat Allah telah menutup mati hati mereka. Tak mempan lagi dengan taushiah, tazkirah, dan sejenisnya (Q.S. 2:7) . Na’udzubillah 😞
Walau melakukan kesalahan memang sudah tabi’at manusia, itu tentu bukan menjadi alasan kita untuk santai dan merasa aman saja dalam berbuat dosa. Bahkan nabi Adam saja yang ‘hanya’ melakukan satu kali kesalahan, harus kemudian terlempar ke dunia. Meninggalkan kehidupan yang nyaman di surga. Terus bagaimana dengan kita manusia biasa yang terus saja melakukan kesalahan yang tak bisa dihitung jumlahnya?
Sampai di sini, kita bersyukur bahwa Allah yang Maha Baik itu adalah zat yang juga sangat paham dengan makhluk-Nya. Allah kemudian menyiapkan banyak pintu bagi kita untuk membersihkan dosa-dosa kita. Allah tidak pernah meminta kita untuk menjadi manusia yang suci (karena itu tak mungkin, hanya malaikat yang bisa), tetapi yang Allah mau adalah bagaimana kita terus ‘mensucikan diri’. Qad aflaha man tazakka’, sungguh beruntung orang-orang yang terus mensucikan dirinya (lihat Q.S. Al-A’la: 14).
Diantara cara mensucikan diri itu adalah beristighfar meminta ampun atas kesalahan yang kita lakukan. Istighfar yang benar adalah istighfar dengan perasaan menyesal atas apa yang dilakukan, kemudian sekuat tenaga tidak lagi mengulangingya (taubat). Taubat yang sempurna adalah mengganti kesalahan dan atau dosa yang pernah dilakukan dengan amalan baik. Kebaikan-kebaikan itu akan menggantikan dan menghapus dosa.
Disamping itu Allah juga menyiapkan waktu-waktu khusus kepada manusia untuk memperbaiki diri. Membersihkan dosa. Diantaranya datangnya bulan Ramadhan yang suci ini. Ini adalah bulan pengampunan yang hanya datang sekali setahun. Dalam dua hadist dengan versi agak berbeda, Rasulullah SAW menjanjikan, bahwa mereka yang berpuasa dalam bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan perhitungan, maka Allah akan hapus segala dosa-dosanya yang berlalu.
من صام رمضان ايمانا واحتسابا غفرله ماتقدم من ذنبه
Puasa dengan penuh iman dan perhitungan itu diantaranya terlihat dari usaha kita untuk tidak sekedar menahan makan dan minum di siang hari, tetapi juga menahan lisan dari ucapan yang tidak penting, apalagi sampai menyakiti orang lain. Menahan mata dari pandangan yang menggelincirkan. Menahan jemari dari memposting status yang geje. Menahan hati dari memikirkan aksesori dunia. Termasuk menahan kaki untuk tidak keluyuran ke luar rumah selama physical distancing. 🙂 Banyak lagi contoh lainnnya, tentu.
Demikian serial #semacamkultum malam ini. Mari menjadi bagian mereka yang terus mensucikan diri selama Ramadhan ini. Semoga Ramadhan di tengah pandemi menjadi momentum baik yang akan menggugurkan dosa-dosa kita.
Aamiin.