Oleh Dr Afrianto Daud
--
Birulangitid-“Kenapa semua yang enak-enak itu diharamkan. Kenapa semua yang asyik-asyik itu yang dilarang?”
Demikian diantara lirik lagu berjudul ‘Haram’ yang dibawakan penyanyi dangdut legendaris, si raja dangdut Rhoma Irama. Lagu lama yang tetap asyik untuk didengar dan untuk direnungkan makna liriknya.
Ya. Mengapa banyak yang asyik-asyik malah dilarang? Atau benarkah semua yang dilarang itu enak dan asyik? Diantara yang asyik dilarang itu menurut Rhoma adalah adalah judi dan mencuri (korupsi masuk kategori ini). Kalau diperluas tentu ada banyak contoh lainnya. Sesuatu yang terlihat asyik tapi malah dilarang. Termasuk di sini adalah dugem, pelisiran ke luar penjara bagi para napi, mabuk-mabukan, ‘makai’ atau nyabu atau mengkonsumsi ekstasi, pacaran, zina, dan dosa-dosa lainnya.
Rhoma menjawab sendiri pertanyaan dalam lagunya. Karena itu adalah perangkap syeithan. Sebagai makhluk dengan berjuta perangkap, syeithan ‘pintar sekali’ mengelabui manusia. Walaupun tak pernah mengikuti pelatihan sales merketting, sepertinya syeithan memiliki bakat bawaan sebagai ‘sales ulung’, pandai berkata-kata, meyakinkan targetnya. Jangankan manusia biasa seperti kita, bahkan nabi Adampun sempat terpedaya.
Dengan kemampuannya, syeithan bisa membuat sesuatu yang sebenarnya biasa saja seperti menjadi lebih indah dan lebih enak. Mereka yang normal tahu bahwa berjudi, misalnya, tak akan pernah membuat siapapun menjadi kaya. Tapi, tetap saja banyak orang yang tak bisa meninggalkan judi karena keasyikan dengan permainannya.
Apa enaknya coba minum-minuman keras, alkohol, dan sejenisnya? Seduhan teh panas Sencha dari Jepang atau rasa khas kopi Toraja atau ‘teh talua’ orang Padang mungkin jauh lebih nikmat dari banyak jenis alkohol. Tapi, tetap banyak orang yang tak bisa meninggalkan minuman keras. Mabuk-mabukan. Hilang ingatan. Kadang harus masuk got, tertidur di polongan karena mabuk. Enak dan asyiknya dimana?
Suatu ketika dalam perjalanan ke luar kota, seorang supir travel cerita setengah curhat ke saya. Tentang mengapa dia tak bergairah dengan istri halalnya. Tapi, semangatnya membudur saat memegang tangan perempuan lain (sebutlah pacaranya). Kok beda ya pak sensasinya? Begitu dia bertanya.
Balik ke jawaban Bung Rhoma wahai saudara. Itu semua adalah perngkap syeithan. Adalah syeitan yang membawa sensasi kepada manusia untuk berbuat dosa. Menjadikan sesuatu yang sebenarnya tak ada enaknya, menjadi seperti indah dan mengasyikkan.
Tentang syeithan itu sendiri, mereka adalah makhluk yang sudah menerima jalan hidupnya. Mereka sudah diputus Allah akan masuk neraka, karena bersalah memperdaya Adam dulu di surga. Tapi, ada satu permintaanya kepada Tuhan saat dia divonis bersalah. Ijinkan aku mengelabui anak cucu Adam, pintanya. Permintaanya yang kemudian dijawab Allah, ‘silahkan saja, tetapi kamu tak akan sanggup menggoda hambaku yang ikhlas.’ Demikian kira-kira jawaban Tuhan padanya (baca Q.S: Shad: 82-83).
Iblis dan atau syeithan kemudian telah bersumpah akan terus menggoda anak manusia, anak cucu Adam sampai hari kiamat. Dia datang dari hampir delapan penjuru mata angin. Depan, belakang, kanan, kiri, atas, bawah (Al a’rof ayat 16-17). Tak pernah berhenti dia. Tak pernah capek. Jika ada yang mesti kita pelajari dari iblis, itulah dia konsistensi mereka.
Maka, siapapun kita wahai saudara. Kita senantiasa terus dibayang-bayangi tipu daya iblis ini. Semakin tinggi kualitas iman kita. Semakin hebat pula syeitan yang memperdaya. Iblis tahu persis kelemahan manusia. Ada manusia yang tidak mempan diperdaya uang, jabatan. Tapi, runtuh ketika diperdaya dengan godaan lawan jenis. Sebaliknya, ada mereka yang kuat bertahan dengan godaan lawan jenis, tapi sangat lemah ketika digoda pangkat dan jabatan.
Bagaimana jika engkau adalah seorang yang rajin beribadah, beramal sholeh, membantu orang lain, memiliki ilmu pengetahuan yang banyak? Apakah iblis kemudian jadi takut? Tidak, justru syeitan yang datang lebih hebat lagi kualitasnya. Ketika engkau merasa bahwa amalmu banyak, atau diam-diam saat membaca tulisan ini, engkau berguman ‘ah ini nasehat jadul. Bukan untuk saya’, jangan-jangan itulah cara syeithan merasuki jiwa seseorang secara halus. Apalagi kalau merasa bahwa sudah mendapat tiket surga dengan segala amalan baiknya, itulah tipu daya yang nyata kepada hamba ahli ibadah itu.
Karenanya, wahai saudara sekalin. Jangan pernah merasa aman dari tipu daya iblis. Sangat relevan jika kita senantiasa membaca ta’awudz – aku berlindung dari godaan syeitan yang terkutuk, setiap saat. Baik syeitan dalam bentuk iblis yang halus tak terlihat, maupun dalam bentuk manusia yang bisa bertemu setiap hari.
--
Demikian serial #semacamkultum malam ini.