--
Birulangitid-Kita bersyukur bahwa apa yang sekarang kita hadapi, saat kita mesti lebih banyak di rumah, terjadi pada zaman ketika perangkat teknologi informasi mulai menjadi bagian kehidupan kita. Orang-orang menyebut bahwa saat ini kita sedang hidup di zaman revolusi industri keempat (4.0), yang salah satunya ditandai dengan massifnya jaringan internet di tengah kita. Dengan jaringan internet yang tersambung ke perangkat teknologi, manusia semakin mudah berkomunikasi, saling terkoneksi, bertukar informasi, dan pada saat yang sama saling mempengaruhi.
Maka di tengah pandemi ini, bolehlah hari ini kita sebut bahwa Ramadhan kita sebagai Ramadhan 4.0. Ramadhan ‘rasa baru’ ketika suasana Ramadhan kita lebih banyak dirasakan melalui dunia virtual. Puasa, sholat taraweh, sahurnya tentu tak bisa dilakukan secara virtual. Tapi, suasana kebatinannya masih bisa kita rasakan melalui fitur-fitur teknologi itu.
Kita masih bisa saling sapa melalui berbagai media. Berkumpul virtual dengan orang-orang tercinta saat sahur dan saat berbuka. Walau tak bisa berinfak langsung dengan mengisi ketiding di masjid, kesempatan berinfak jauh lebih terbuka melalui berbagai nomor rekening peduli Covid yang bersileweran di medsos kita. Lebih dari itu, kita bergembira karena saat ini tetap bisa mendengarkan berbagai macam taushiah yang datang tanpa diminta, mampir ke beranda media sosial kita. Kita jadi terus belajar tanpa perlu berjalan jauh ke masjid dan mushalla.
Saya senang menyaksikan bahwa ada banyak asatidz yang kemudian dengan cepat melakukan penyesuaian, beradaptasi dengan kebutuhan terkini. Para guru kita itu makin melek teknologi. Kalau dulu kebanyakan mereka lebih fokus dari mimbar ke mimbar, sekarang mereka bisa live melalui youtube, instagram, facebook, zoom, dan berbagai perangkat lainnya. Jama’ah malah bisa dapat lebih banyak ilmu ketimbang dulu mengandalkan ceramah setelah isha menjelang taraweh di masjid-masjid sendiri.
Tentang adaptasi kegiatan dakwah terhadap teknologi ini adalah sebuah kemestian. Karena teknologi memungkinkan pesan dakwah sampai ke seluruh dunia dengan biaya yang sangat murah. Kalau kita perhatikan para asatidz yang popularitas dan kebermanfaatan ilmunya melewati batas geografis negara, umumnya adalah mereka yang sudah terlebih dahulu melakukan adaptasi dengan dakwah melalui teknologi informasi ini. Ustadz Abdul Shomad (UAS), misalnya, adalah satu contoh yang sangat benderang bagaimana seorang ulama eksis karena kepiawaian (tim) beliau dengan dakwah model 4.0 ini.
Dulu ketika saya menjadi pengurus masjid di Australia, saya mengusulkan nama seorang ustadz yang saya yakini kedalaman ilmunya. Namun, ketika jama’ah mencoba melakukan tracing portfolio dakwah beliau di dunia maya, jama’ah tak menemukan jejak yang cukup. Saya kesulitan memberikan tambahan alasan untuk meyakinkan jama’ah agar sang ustadz bisa diundang.
Syukurlah setelah pandemi Covid ini, banyak guru-guru saya yang mulai menekuni dakwah di kanal media sosial. Walaupun harus beli kuota sendiri. 🙂 InshaAllah, pasca Covid kita akan dibanjiri banyak penerus Ust Abdhul Shomad, penerus Ust Adi Hidayat, Ust Aa Gym, dan lainnya. Aamiin 🙂
Selain menjamurnya kajian online, saya menduga Covid ini akan membuat kaum muslimin juga akan serius menggarap alternatif pesantern online. Terlepas ada atau tidak ada logi Covid, sebenarnya pesantern online yang dikelola dengan kurikulum yang sistematis adalah kebutuhan sebagian orang. Ada kelompok yang karena alasan tertentu tak bisa tinggal di pesantern secara fisik, tetapi butuh belajar agama secara rutin.
Saya pikir kawan-kawan yang sekarang bergerak di pesantern perlu menangkap peluang ini. Sehingga proses mengkaji islam semakin intensif, ada atau tidak ada Covid.
Pendeknya, sungguh sangat banyak yang pantas kita syukuri di tengah keterbatasan-keterbatasan kita belakangan. Apapun yang terjadi, Allah tetap Maha Baik. Sangat tepat ketika Rasulullah SAW bersabda,
عَجَبًا ِلأَÙ…ْرِ الْÙ…ُؤْÙ…ِÙ†ِ إنَّ Ø£َÙ…ْرَÙ‡ُ ÙƒُÙ„َّÙ‡ُ Ù„َÙ‡ُ Ø®َÙŠْرٌ ...
"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya adalah baik baginya. ...” (HR. Muslim)
Demikian seri semacam kultum malam ini. Selamat menikmati suasana Ramadhan 4.0. Barakallahu fikum! 🙂
--
* Tak perlu ijin bagi yang mau share atau copast.
#semacamkultum