Oleh : Al
Afif Muzakir (Bidang SDM Syariah ISNet)
BirulangitId-Berikut merupakan tulisan yang cukup menarik dan menginspirasi buat kamu yang akan memulai untuk melakukan sebuah penelitian, baik itu guna menyelesaikan tugas akhir atau karena suatu projek tertentu. Tulisan ini BirulangitId kutip dari Isnet.or.id atas izin penulis, yuk dibaca sampai habis ya, cekidot.
قُلِ انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَمَا تُغْنِي الْآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ
Katakanlah: “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman” (Surat Yunus:101)1
Memulai tulisan ini, mari merenung sejenak mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini. Pesatnya perkembangan IPTEK, namun di dominasi oleh banyaknya pemikiran-pemikiran yang jauh dari petunjuk Allah Subhanawata’ala dan Rasulullah salallahu’alaihi wassalam. Hal ini bisa disebabkan karena masih banyak manusia yang menganggap bahwa ilmu bertentangan dengan agama. Bahkan ada yang mengatakan bahwa agama tidak memiliki peran dalam ilmu pengetahuan.
Seperti yang pernah disampaikan oleh para sesepuh dari barat yaitu dalam teologi muncul nama Ludwig Feurbach (m.1872) menegaskan bahwa makna sebenarnya dari teologi adalah antropologi, dimana manusia adalah prinsip filsafat tertinggi. Karl Marx (m1883) bahkan menyatakan agama adalah candu masyarakat, keluhan makhluk yang tertekan, faktor primer dalam hidup bukan agama, tetapi ekonomi. Dalam filsafat ada Friedrich Nietzsche (m. 1900), yang berpendapat bahwa agama membuat lebih baik sesaat dan membiuskan, serta tidak bisa disesuaikan dengan ilmu pengetahuan. Dalam sains muncul Charles Darwin (m. 1882) dengan The Origin of Species. Dia menyimpulkan bahwa Tuhan tidak berperan dalam penciptaan, karena baginya asal mula species adalah adaptasi kepada lingkungan2.
Selanjutnya, tantangan yang sedang dihadapi oleh umat islam adalah memberikan hujjah yang valid sehingga dapat dipahami oleh ilmuwan masa sekarang ini (modren). Bagaiman agar akal dapat dituntun dengan syari’ah sehingga menuju fitrahnya dalam kebenaran. Sebagaimana yang disampaikan oleh Buya Hamka bahwa “Permulaan perjalanan dinamai fitrah, akhir perjalanan dinamai Islam”. Akal akan selalu berjalan mencari fitrahnya dalam kebenaran, dan pada akhirnya ia pun akan sampai dan mengakui kelemahannya serta menyerahkan diri -“berislam”- pada kepercayaan dari yang Maha Besar3.
Adapun dua poin perenungan tersebut menggambarkan, betapa pentingnya seorang muslim untuk melakukan kajian keilmuan dan penelitian. Terutama dalam sudut pandang Islam atau yang sering dikenal dengan Islamic Worldview. Selain sebagai sarana dakwah, juga sebagai benteng umat islam agar terhindar dari pengaruh sekularisme dan liberisme yang akhir-akhir ini semakin masif digaungkan.
Setelah mengetahui pentingnya mengkaji dan meneliti, maka akan dibahas persiapan atau modal awal yang harus dimiliki seorang peneliti dalam menulis penelitian. Pada bagian ini, artikel akan fokus pada penulisan penelitian. Mengapa ini penting untuk dibahas? Karena kebanyakan pemula yang ingin meneliti sering terhambat dalam penulisan. Alasan yang paling banyak ditemukan diantaranya adalah sulit menemukan ide, munculnya kemalasan, sulitnya menuangkan ide dalam bentuk tulisan dan lain sebagainya.
Berikut ada Tujuh Modal yang harus dimiliki oleh seorang peneliti4:
Pertama adalah kompetensi keilmuan, penguasaan terhadap bidang keilmuan sangat diperlukan ketika meneliti dan menulis. Karena kompetensi yang dimiliki akan memberikan landasan dan mengarahkan pada objek yang akan diteliti. Meneliti dalam bidang keilmuan akan mudah dilakukan karena sudah memahami prinsip dasar keilmuan. Berbeda halnya jika membuat sebuah penelitian yang berbeda bidang keilmuan. Peneliti harus mempelajari dan memahami dahulu sebelum meneliti. Namun penelitian antar bidang yang masih dalam ruang lingkup penelitian juga sangat penting dilakukan. Ketentuannya adalah dengan berkolaborasi dengan peneliti diranah keilmuan lain dalam bentuk integrasi dari masalah yang berkaitan5.
Kedua, seorang peneliti harus memiliki wawasan yang luas. Pengembangan tulisan dan menghubungkan antar fenomena akan lebih mudah dilakukan karena memiliki multidisiplin ilmu. Melatih diri agar kaya dengan pengetahuan dan wawasan bisa dilakukan dengan memperbanyak bacaan, mengikuti kegiatan diskusi dan mengkonsumsi infomasi yang terpercaya.
Ketiga, melatih kepekaan (sensitivitas) dalam perkembangan persoalan pada penelitian, baik berupa pandangan kekinian maupun masa yang akan datang. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena berkaitan langsung dengan seberapa banyak pengalaman dan intuisi seorang peneliti terhadap perubahan yang terjadi pada ruang dan waktu penelitian.
Keempat, melatih kemampuan argumentasi dengan meningkatkan daya kritis dan logika. Penelitian bersifat logika dan menggunakan tahapan metode yang baik dan benar. Argumentasi ini sangat penting, supaya peneliti dapat membuktikan hasil penelitian dengan benar.
Kelima, melatih konsistensi agar tidak keluar dari fokus yang akan diteliti. Disini sering terjadi kerancuan dalam meneliti, ketika mengumpulkan teori, sumber-sumber dan eviden yang dijadikan landasan argumentasi. Sehingga penelitian menjadi melebar dan tidak jelas dalam pembahasannya.
Keenam, menciptakan koherensi dalam meneliti agar berkaitan dengan fakta dan fenomena atau kejadian-kejadian dilapangan (eviden) secara logis. Demikian juga terkait penulisan, menghubungkan ide setiap paragraph harus ada koherensi. Penjelasan-penjelasan yang diberikan harus memiliki keterkaitan antara kalimat satu dengan yang lainnya.
Ketujuh, bagian terakhir ini adalah kemampuan dalam berbahasa akademik. Seorang peneliti sangat dituntut dalam penguasaan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Karena setiap gagasan yang disampaikan harus sesuai dengan yang dimaksudkan dan dapat dipahami oleh pembaca. Oleh karena itu, pembahasan menulis secara akademik menjadi sesuatu yang penting dalam dunia penelitian. Biasanya setiap penelitian yang akan diterbitkan, harus diperiksa terlebih dahulu. Supaya ada standar kelayakan ketika penelitian tersebut dikonsumsi oleh khalayak ramai.
Dengan mempersiapkan modal ini, InsyaAllah untuk melakukan penelitian menjadi lebih mudah dan terarah. Pada tulisan berikunya akan fokus menjelaskan mengenai pembuatan karya ilmiah.
Daftar Pustaka
1Al Qur’an Surah Yunus ayat 101
2Muhammad Faqih Nidzom, Konsep Ilmu Pengetahuan dalam Islam dan Problem Keilmuan Barat,2016, Edisi Sains Islam, Inpasonline.com
3Hamka, Falsafah Hidup, 1984 Jakarta: Pustaka Panjimas. Melalui Tulisan Bambang Galih S, Pertentangan Akal dan Kepercayaan, 2019, Inpasonline.com
4DR.Farida Nugrahani, M.Hum dan Prof. DR. Ali Imron Al Ma’ruf, M.Hum, Metode Penulisan Kaya Ilmiah, 2016, Penerbit Pilar Media, Yogyakarta
5Ivan Kristanto Singgih, Bagaimana Menginisiasi Kolaborasi Penelitian, 2017, www.researchgate.net