Birulangitid-Hingga saat ini masih ada beberapa kelompok masyarakat yang tidak percaya dengan keberadaan virus corona atau Covid-19. Meskipun sudah banyak korban jiwa dan kasus positif yang terus bertambah setiap hari.
Ketidakpercayaan tersebut juga disebarluaskan melalui media sosial, dimana secara tidak lansung juga berpengaruh pada pendirian masyarakat dalam mewaspadai bahaya penularan Covid-19. Terutama pada masyarakat yang selama ini tidak hanya dibebani masalah Covid-19 tapi juga pada ekonomi yang sangat sulit selama musibah Covid-19 terjadi.
Jika dilihat dari media sosial yang beredar, ada dua kubu terkait Covid-19 ini, yaitu kubu yang masih yakin dan percaya akan keberadaan Covid-19 dan kubu tidak yakin dan menyatakan Covid-19 ini adalah konspirasi untuk sebuah kepentingan.
Munculnya versi dua kubu ini, juga mendapat kritikan serius dari berbagai tenaga medis penanganan Covid-19 di Indonesia. Pasalnya mereka juga merasa kecewa karena sebagian mereka juga sudah menjadi korban dalam penanganan Covid-19 ini. Termasuk di Provinsi Riau yang sebelumnya juga sudah ada beberapa tenaga medis yang dinyatakan positif Covid-19 tertular dari pasien positif yang mereka tangani.
Menanggapi hal ini, Juru bicara (Jubir) penanganan Covid-19 Riau, dr Indra Yovi menyatakan tidak mau banyak komentar dengan adanya versi dua kubu ini, karena hal itu juga merupakan hak seseorang dalam berpendapat. Yang pasti untuk kasus Covid-19 ini ia menegaskan jangan dianggap hal biasa apa lagi di sepelekan.
"Bisa saja mereka yang tidak percaya itu karena mereka tidak merasakan. Tapi kalu ingin tau betul boleh masuk ke ruangan isolasi pasien positif tanpa menggunakan APD dan kita buktikan apa hasilnya," katanya.
Selain itu, ia juga menilai jika bagi mereka yang menyatakan tidak percaya Covid-19 belum tentu juga mereka bebas dari Covid-19 meskipun mereka terlihat sehat-sehat saja. Karena orang yang terkomformasi positif Covid-19 juga tidak menunjukan ada gejala sakit. Artinya jangan sampai takabur dengan keberadaan Covid-19.
"Kita selama ini bisa melihat beberapa pasien positif Covid-19 terdiri dari orang tampa gejala (OTG). Jadi jangan terlalu yakin dan percaya diri bebas dari Covid-19," jelasnya.
Mengingat adanya versi dua Kubu percaya dan tidak percayanya akan keberadaan Covid-19 ini, mengingatkan beliau pada salah satu mahasiswa Madinah, Arab Saudi asal Riau yang sebelumnya sempat di isolasi di Riau karena positif Covid-19. Dimana mahasiswa yang ilmu agamanya sangat bagus itu mengatakan jika terkait Covid-19 ini di Arab Saudi dokternya selalu berdoa agar bisa selamat dari wabah Covid-19. Kenapa untuk di Indonesia sendiri bisa tidak percaya akan Covid-19 yang juga terbukti secara nyata dan sekian banyak korban yang tertular bahkan sampai meninggal dunia.
"Jadi, artinya saat ini kita tidak hanya menghadapi musibah wabah virus corona atau Covid-19, tapi juga sebuah kebodohan. Maka itu kalau tidak tau bertanya pada yang belajar atau yang ahli dan jangan asal menyebarkan," tuturnya. "Dan jangan sampai hanya dengan pernyataan ini kita jadi korban berikutnya," tuturnya.
Ketidakpercayaan tersebut juga disebarluaskan melalui media sosial, dimana secara tidak lansung juga berpengaruh pada pendirian masyarakat dalam mewaspadai bahaya penularan Covid-19. Terutama pada masyarakat yang selama ini tidak hanya dibebani masalah Covid-19 tapi juga pada ekonomi yang sangat sulit selama musibah Covid-19 terjadi.
Jika dilihat dari media sosial yang beredar, ada dua kubu terkait Covid-19 ini, yaitu kubu yang masih yakin dan percaya akan keberadaan Covid-19 dan kubu tidak yakin dan menyatakan Covid-19 ini adalah konspirasi untuk sebuah kepentingan.
Munculnya versi dua kubu ini, juga mendapat kritikan serius dari berbagai tenaga medis penanganan Covid-19 di Indonesia. Pasalnya mereka juga merasa kecewa karena sebagian mereka juga sudah menjadi korban dalam penanganan Covid-19 ini. Termasuk di Provinsi Riau yang sebelumnya juga sudah ada beberapa tenaga medis yang dinyatakan positif Covid-19 tertular dari pasien positif yang mereka tangani.
Menanggapi hal ini, Juru bicara (Jubir) penanganan Covid-19 Riau, dr Indra Yovi menyatakan tidak mau banyak komentar dengan adanya versi dua kubu ini, karena hal itu juga merupakan hak seseorang dalam berpendapat. Yang pasti untuk kasus Covid-19 ini ia menegaskan jangan dianggap hal biasa apa lagi di sepelekan.
"Bisa saja mereka yang tidak percaya itu karena mereka tidak merasakan. Tapi kalu ingin tau betul boleh masuk ke ruangan isolasi pasien positif tanpa menggunakan APD dan kita buktikan apa hasilnya," katanya.
Selain itu, ia juga menilai jika bagi mereka yang menyatakan tidak percaya Covid-19 belum tentu juga mereka bebas dari Covid-19 meskipun mereka terlihat sehat-sehat saja. Karena orang yang terkomformasi positif Covid-19 juga tidak menunjukan ada gejala sakit. Artinya jangan sampai takabur dengan keberadaan Covid-19.
"Kita selama ini bisa melihat beberapa pasien positif Covid-19 terdiri dari orang tampa gejala (OTG). Jadi jangan terlalu yakin dan percaya diri bebas dari Covid-19," jelasnya.
Mengingat adanya versi dua Kubu percaya dan tidak percayanya akan keberadaan Covid-19 ini, mengingatkan beliau pada salah satu mahasiswa Madinah, Arab Saudi asal Riau yang sebelumnya sempat di isolasi di Riau karena positif Covid-19. Dimana mahasiswa yang ilmu agamanya sangat bagus itu mengatakan jika terkait Covid-19 ini di Arab Saudi dokternya selalu berdoa agar bisa selamat dari wabah Covid-19. Kenapa untuk di Indonesia sendiri bisa tidak percaya akan Covid-19 yang juga terbukti secara nyata dan sekian banyak korban yang tertular bahkan sampai meninggal dunia.
"Jadi, artinya saat ini kita tidak hanya menghadapi musibah wabah virus corona atau Covid-19, tapi juga sebuah kebodohan. Maka itu kalau tidak tau bertanya pada yang belajar atau yang ahli dan jangan asal menyebarkan," tuturnya. "Dan jangan sampai hanya dengan pernyataan ini kita jadi korban berikutnya," tuturnya.
Sumber mediacenter.riau.go.id