Birulangitid-Harga emas di pasar dalam negeri masih bertahan di atas Rp 1 juta per gram selama sepekan terakhir. Pada Senin (3/8) ini, harga emas dari pabrikan Antam dijual dengan harga Rp 1.028.000. Angka ini malah lebih tinggi dari Selasa (28/7) lalu saat harga emas Antam untuk pertama kali tembus angka sejuta rupiah per gram.
Kondisi ini lantas membuat masyarakat yang sudah 'memegang' emas batangan dilanda keraguan: haruskah menjualnya sekarang? Aksi profit taking memang terus membayangi pergerakan harga emas berjangka di pasar internasional. Betapa tidak, untungnya sudah tinggi kalau menjualnya sekarang.
Sebagai gambaran, harga jual emas Antam pada 3 Agustus 2015 lalu masih bertengger di angka Rp 547 ribu per gram (sebelum pajak). Lantas hari ini, 3 Agustus 2020, harga beli atau buyback oleh Antam dipatok di angka Rp 927 ribu. Perhitungan sederhananya, ada untung sebesar Rp 380 ribu per gram bagi investor yang sudah mulai menyimpan emas sejak 2015 dan menjualnya saat ini.
Angka tentu cukup menggiurkan bagi investor untuk ambil aksi profit taking alias menjual emasnya kembali. Tapi, benarkah saat ini waktu yang tepat untuk menjual emas kita?
Perencana keuangan independen Safir Senduk mengingatkan masyarakat agar tidak terburu-buru melakukan aksi profit taking. Menurutnya, langkah untuk menjual emas lebih baik disesuaikan dengan kebutuhannya saat ini. Artinya, investasi emas memang diperuntukkan untuk jangka panjang, bukan sekadar aksi ambil untung saja.
"Kalau kita nggak butuh uangnya, pegang aja terus. Dan beli lagi (emas), karena ketidakpastian selalu terjadi dan tahun ini ketidakpastian lagi dahsyat. Kalau nggak perlu, nggak usah jual," jelas Safir, Senin (3/8).
Pada prinsipnya, ujar Safir, berinvestasi emas tidak akan salah. Apalagi berdasarkan tren harga emas selama ini, harga emas cenderung terus menanjak meski diwarnai koreksi harga jual pada momen-momen tertentu.
"Kalau sudah niat simpan emasnya, jangan kaget pada poin tertentu akan ada koreksi, ya dikit-dikit lah koreksi. Begitu ada ketidakpastian lagi dia akan naik lagi," ujar Safir.
Safir mengembalikan keputusan untuk membeli emas atau tidak kepada masing-masing investor. Bila memang sudah ada dana yang disiapkan saat ini, maka emas bisa jadi opsi investasi yang bagus.
Bahkan safir menyebutkan bahwa idealnya, emas memiliki porsi 20-30 persen dalam keseluruhan portofolio investasi. Di tengah ketidakpastian saat ini, Safir juga menganggap tak masalah bila porsi emas dalam portofolio investasi mencapai 50 persen.
sumber republika.co.id
Kondisi ini lantas membuat masyarakat yang sudah 'memegang' emas batangan dilanda keraguan: haruskah menjualnya sekarang? Aksi profit taking memang terus membayangi pergerakan harga emas berjangka di pasar internasional. Betapa tidak, untungnya sudah tinggi kalau menjualnya sekarang.
Sebagai gambaran, harga jual emas Antam pada 3 Agustus 2015 lalu masih bertengger di angka Rp 547 ribu per gram (sebelum pajak). Lantas hari ini, 3 Agustus 2020, harga beli atau buyback oleh Antam dipatok di angka Rp 927 ribu. Perhitungan sederhananya, ada untung sebesar Rp 380 ribu per gram bagi investor yang sudah mulai menyimpan emas sejak 2015 dan menjualnya saat ini.
Angka tentu cukup menggiurkan bagi investor untuk ambil aksi profit taking alias menjual emasnya kembali. Tapi, benarkah saat ini waktu yang tepat untuk menjual emas kita?
Perencana keuangan independen Safir Senduk mengingatkan masyarakat agar tidak terburu-buru melakukan aksi profit taking. Menurutnya, langkah untuk menjual emas lebih baik disesuaikan dengan kebutuhannya saat ini. Artinya, investasi emas memang diperuntukkan untuk jangka panjang, bukan sekadar aksi ambil untung saja.
"Kalau kita nggak butuh uangnya, pegang aja terus. Dan beli lagi (emas), karena ketidakpastian selalu terjadi dan tahun ini ketidakpastian lagi dahsyat. Kalau nggak perlu, nggak usah jual," jelas Safir, Senin (3/8).
Pada prinsipnya, ujar Safir, berinvestasi emas tidak akan salah. Apalagi berdasarkan tren harga emas selama ini, harga emas cenderung terus menanjak meski diwarnai koreksi harga jual pada momen-momen tertentu.
"Kalau sudah niat simpan emasnya, jangan kaget pada poin tertentu akan ada koreksi, ya dikit-dikit lah koreksi. Begitu ada ketidakpastian lagi dia akan naik lagi," ujar Safir.
Safir mengembalikan keputusan untuk membeli emas atau tidak kepada masing-masing investor. Bila memang sudah ada dana yang disiapkan saat ini, maka emas bisa jadi opsi investasi yang bagus.
Bahkan safir menyebutkan bahwa idealnya, emas memiliki porsi 20-30 persen dalam keseluruhan portofolio investasi. Di tengah ketidakpastian saat ini, Safir juga menganggap tak masalah bila porsi emas dalam portofolio investasi mencapai 50 persen.
sumber republika.co.id