Oleh Edison (bang edy ustadz)
Penulis adalah Dosen, Peneliti, Penggiat Dakwah dan Pendidikan Agama Islam serta Narasumber di berbagai Forum.
Birulangitid-Al Qur’an menyebutkan istilah niat yang ikhlas dengan beberapa ungkapan, di antaranya menghendaki melihat wajah Allah SWT, sebagaimana terdapat dalam surat Al Qiyamah ayat 22-23 :
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَّاضِرَةٌ
إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ
Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri.
Kepada Tuhannyalah mereka melihat.
Al Qur’an juga menyebut ungkapan menghendaki akhirat, menyerahkan diri, mencari keridhaan Allah SWT, memurnikan ketaatan dan tidak mempersekutukan Allah dalam beribadah. Semua ungkapan tersebut merujuk kepada suatu maksud, yakni niat yang ikhlas
Tiada amal tanpa disertai niat, Ibnu Abi-Dunya meriwayatkan dengan isnad yang terputus dari Umar RA : Tidak ada artinya amal bagi orang yang tidak menyertainya dengan niat, dan tidak ada niat bagi orang yang tidak mencari keridhaan Allah SWT.
Niat yang ikhlas bermakna hanya menghendaki keridhaan Allah SWT atas suatu amal. Tidak ada yang melatarbelakangi amal-amalnya melainkan keridhaan Allah SWT serta tidak ada noda individual maupun kepentingan duniawi semata yang mencampuri.
Tiada kecenderungan menghendaki harta, kedudukan, ketenaran, cari perhatian, tunduk pada syahwat dan tidak pula demi meraih hati dan simpati orang banyak. Demikian pula tidak mencari sanjungan dan pujian, tidak melakukan atau meninggalkan suatu amal karena takut dicela.
Para ulama menyebutkan bahwa setelah Fathu Makkah tidak ada lagi hijrah, kecuali hijrah niat dan mujahadah. Maka, manusia bisa disebut memiliki niat yang ikhlas jika faktor spiritual dalam setiap amalnya mampu mengalahkan faktor materil, motivasi agama mampu mengalahkan kepentingan hawa nafsu, porsi akhirat lebih besar daripada porsi dunia, apa-apa yang di sisi Allah SWT lebih didambakan daripada sekedar apa yang ada di sisi makhluk.
Para mukhlisin akan lebih mengedepankan kemaslahatan daripada membuat mafsadah dan kerusakan. Manusia yang berniat ikhlas itu akan mengedepankan kepentingan sosial daripada kepentingan individu, mengutamakan mencari manfaat daripada dilalaikan oleh perkara yang sia-sia. Seseorang juga akan semakin dihantarkan kepada niat yang ikhlas jika mengutamakan melaksanakan perintah Allah SWT daripada meragukannya, disiplin meninggalkan larangan daripada mengakalinya.
Demikianlah, niat yang ikhlas diperlukan untuk menata kehidupan dan peradaban. Betapa banyak bencana dan krisis, bahkan kehancuran suatu kaum hanya karena adanya segelintir orang yang tidak berorientasi kepada Allah SWT dan hari akhir dalam setiap amal-amalnya.
Jika sudah berniat dengan benar, maka istiqamah lah. Jika masih terjebak dengan niat yang salah, maka istighfar lalu perbaikilah, jangan terkungkung dengan ungkapan, ‘’karena sudah terlanjur, lebih baik tercebur sekalian’’, karena manusia dibangkitkan berdasarkan niat-niat mereka : Sesungguhnya manusia akan dibangkitkan hanya berdasarkan niat-niatnya. (HR. Ibnu Majah dengan isnad hasan)
#HijrahNiat
#MuharramMulia
Ig : @edison_bangedyustadz
والله أعلم بصواب
Sumber: Dikembangkan dari buku : Yusuf Qardhawi, Niat dan Ikhlas, Jakarta : Pustaka Al Kautsar, 2002