Oleh Edison (bang edy ustadz)
Penulis adalah Dosen, Peneliti, Penggiat Dakwah dan Pendidikan Agama Islam serta Narasumber di berbagai Forum.
Birulangitid-Allah SWT memuji kaum Muhajirin dengan memasukkan mereka ke dalam kelompok orang-orang nan tawakkal yang merupakan bingkai dan tanda keimanan. Tawakkal juga tempat berseminya iman dan tempat mengapresiasikan keimanan itu. Ibnul Qayyim dalam kitabnya Thariqah Hijratunain merinci beberapa derajat tawakkal.
Pertama, mengetahui Rabb dan sifat-sifat-Nya. Kedua, meyakini adanya sebab dan akibat. Mencari sebab justru merupakan sikap tawakkal. Ketiga, bersihnya hati dan tauhid hanya kepada Allah SWT, sehinga tawakkalnya hanya akan kembali kepada Allah SWT jua. Keempat, keyakinan hati kepada Allah SWT dan berserah hanya kepada-Nya. Dalam hal ini seorang Muslim harus menjauhi sifat pasrah bahkan dalam kondisi yang sangat sulit sekalipun.
Kelima, senantiasa berbaik sangka kepada Allah SWT. Keenam, berserahnya hati hanya kepada Allah SWT. Dan derajat ketujuh adalah mengutamakan Allah SWT dalam segala hal. Mengembalikan semua urusan kepada Allah SWT dan tetap berusaha dan berkorban tanpa risih dan tanpa paksaan.
Jika seorang Muslim sudah sampai pada tahap ketujuh tersebut, maka dirinya tinggal menaiki satu tangga lagi yakni RIDHA. Ridha adalah buah dari tawakkal. Ridha tidak sama dengan tawakkal. Sesungguhnya seseorang yang tawakkal dengan sepenuh hati, akan ridha dengan apa-apa yang dilakukan oleh pihak tempat dirinya bertawakkal itu.
Hasil dan akibat sangat ditentukan oleh kehendak Allah SWT, ketentuan, dan izin-Nya. Perencanaan dan persiapan keberangkatan hijrah nan sangat matang yang dilakukan oleh Nabi SAW dan para sahabat mengajarkan kita akan sifat tawakkal manusia-manusia terbaik. Karena tawakkalnya mereka, Allah SWT memberikan balasan terbaik pula.
Di antara sifat terpuji lainnya dari kaum Muhajirin adalah PENUH HARAP. Allah SWT berfirman terkait sifat tersebut : Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al Baqarah : 218).
Perkataan ‘’Mereka mengharapkan’’ digunakan oleh Allah SWT sebagai pujian bagi orang yang berhijrah. Mengharapkan rahmat Allah SWT itu memang utama, karena tiada seorang pun yang dapat memastikan apakah dirinya masuk surga atau tidak, sekalipun mereka sudah sampai pada tingkat ketaatan tertinggi kepada Allah SWT. Oleh karenanya, harapan sangat terkait dengan ibadah.
Dikarenakan pentingnya sifat penuh harap ini, maka dalam banyak ayat Al Qur’an, Allah SWT memerintahkan kita untuk menerapkan sifat ini. Jika kita teliti dan analisis ayat-ayat Al Qur’an yang terkait dengan harapan, kita akan beroleh beberapa hikmah :
Pertama, orang-orang yang berharap akan sampai pada kedudukan yang mulia. Itulah kedudukan syukur dalam ibadah yang jika dia meraih apa yang diharapkannya, maka ia akan terpanggil untuk meningkatkan ibadahnya sebagai wujud rasa syukur.
Kedua, harapan seorang Muslim akan mendorong pelakunya untuk lebih mengenal Allah SWT dengan memahami Asmaul Husna, menjaganya, menyelami maknanya serta berupaya kuat untuk bersikap sesuai dengan Asmaul Husna. Bersikap kasih sayang kepada semua makhluk, karena sifat Allah Ar Rahman dan Ar Rahim. Bersikap adil karena sifat Allah Al ‘Adl.
Ketiga, orang yang berharap akan merasa takut akan azab Allah SWT. Takut kepada Allah SWT tidak sama dengan takutnya manusia kepada penjahat yakni dengan menjauhinya. Takutnya manusia kepada Allah SWT justru mendorong manusia untuk lebih dekat kepada-Nya.
Maka, harapan itu tidak sama dengan tawakkal, justru harapan harus selalu disertai dengan kerja keras dan tawakkal. Jika seorang mengaku berharap tapi malas berbuat, maka itu bukan harapan melainkan hanya angan-angan. Angan-angan adalah kebodohan karena tidak disertai amal. Semantara harapan itu harus disertai amal. Amal itu tidak akan sempurna jika tidak diliputi dengan ketaatan. ketaatan adalah keniscayaan yang dibutuhkan untuk menopang semua perintah Allah SWT. Demikianlah sikap tawakkal dan sikap penuh harap oleh para Muhajirin yang perlu kita teladani.
#MuharramMulia
والله أعلم بصواب
Sumber Dikembangkan dari buku : Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah dalam Pandangan Al Qur’an, Jakarta : Gema Insani Press, 2006