Sumber Gambar : brightside.me |
Penulis adalah Dosen, Peneliti, Penggiat Dakwah dan Pendidikan Agama Islam serta Narasumber di berbagai Forum.
Birulangitid-Kita masih berada di bulan Muharram, salah satu dari empat bulan Haram, bulan-bulan yang mulia. Satu hal yang perlu kita pahami bahwa nama-nama bulan pada kalender Hijriyah itu bukanlah wahyu, melainkan telah ada sebelum Nabi SAW diutus dan telah digunakan selama berabad-abad oleh bangsa Arab.
Bangsa Arab terbiasa menggunakan bulan sebagai media untuk menentukan waktu; oleh karenanya penanggalan mereka disebut dengan At-Taqwim Al Qamari (kalender Bulan), karena memang basis perhitungannya berdasarkan pada pergerakan bulan. Bangsa Arab juga memberi nama-nama bulan sesuai dengan keadaan alam atau kondisi sosiologi dan budaya yang mereka lakukan pada bulan-bulan tersebut.
Pada masa Kilab bin Marrah (kakek Nabi Muhammad SAW yang ke-6), tahun 412 Masehi para petinggi dari lintas suku dan kabilah Arab mentaja suatu konvensi di Makkah untuk menentukan dan menseragamkan nama-nama bulan, serta memudahkan mereka dalam aktivitas perdagangan. Dalam pertemuan itu disepakati 12 nama bulan sebagai berikut :
Pertama, Muharram, artinya bulan yang terlarang untuk menggelar peperangan dan tumpah darah sebagai hukum adat yang tak tertulis nan berlaku sejak lama. Kedua, Shafar yang bermakna kosong. Pada bulan ini bangsa Arab mengosongkan rumah-rumah mereka untuk beralih ke medan tempur peperangan.
Ketiga, Rabi’ Al Awwal yang bermakna musim semi yang terjadi pada bulan itu. Keempat Rabi’ At Tsani yang merupakan kelanjutan dari bulan Rabi’ Al Awwal. Tsani artinya yang kedua. Kelima, Jumada Al Ula. Asal katanya adalah Jamid yang berarti beku atau keras. Dikatakan demikian karena bulan ini adalah awal musim panas, yang karena saking panasnya tidak ada aliran air sehingga terjadi kekeringan. Keenam, Jumada At Tsani atau disebut juga Jumada Al Akhirah yang merupakan lanjutan bulan Jumada Al Ula.
Ketujuh, Rajab. Bulan Rajab adalah termasuk bulan yang haram bagi bangsa Arab untuk melakukan peperangan. Artinya haram membunuh ketika itu. Bulan ini dinamakan Rajab, karena memang salah satu makna Rajab dalam bahasa Arab ialah sesuatu yang mulia. Maksudnya mereka memuliakan dirinya sendiri dan juga memuliakan orang lain dengan tidak membunuhnya. Kedelapan, Sya’ban yang berarti kelompok. Bulan ini dinamakan begitu karena ketika masuk bulan Sya’ban, orang-orang Arab kembali ke kelompok (suku) mereka masing-masing, dan mereka berkelompok lagi untuk berperang setelah sebelumnya di bulan Rajab mereka hanya duduk-duduk di rumah masing-masing.
Kesembilan, Ramadhan, maknanya ialah panas yang menyengat atau membakar. Dinamakan seperti itu karena memang terik matahari pada bulan ini jauh lebih menyengat dibanding bulan-bulan lainnya. Kesepuluh, Syawwal. Bangsa Arab mengenal jenis burung An-Nauq, yang biasanya hamil dan bertelur pada bulan ini sembari mengangkat sayap serta ekornya sehingga terlihat struktur badan burung tersebut. Mengangkat sayap atau ekor dalam bahasa Arab disebut dengan Syaala yang merupakan asal kata dari nama bulan Syawwal.
Kesebelas, Dzul Qa’adah yang berarti duduk atau istirahat tidak beraktifitas. Bulan ini dinamakan demikian karena memang pada bulan ini kegiatan orang-orang Arab adalah duduk dan beristirahat dari berperang guna menyambut bulan haji, yaitu bulan Dzul Hijjah yang mana bulan tersebut adalah bulan yang juga diharamkan untuk perang.
Kedua belas, Dzul Hijjah. Sudah dapat dipahami dari katanya bahwa bulan ini merupakan bulannya orang berhaji ke Mekkah. Semenjak sebelum kemunculan risalah Nabi Muhammad SAW, bangsa Arab memang sudah punya kebiasaan pergi menunaikan haji dan melakukan thawaf di Ka’bah.
#MuharramMulia
والله أعلم بصواب
Sumber Dikembangkan dari buku : Ahmad Zarkasih, Muharram Bukan Bulan Hijrahnya Nabi SAW, Jakarta : RFP, 2020
Birulangitid-Kita masih berada di bulan Muharram, salah satu dari empat bulan Haram, bulan-bulan yang mulia. Satu hal yang perlu kita pahami bahwa nama-nama bulan pada kalender Hijriyah itu bukanlah wahyu, melainkan telah ada sebelum Nabi SAW diutus dan telah digunakan selama berabad-abad oleh bangsa Arab.
Bangsa Arab terbiasa menggunakan bulan sebagai media untuk menentukan waktu; oleh karenanya penanggalan mereka disebut dengan At-Taqwim Al Qamari (kalender Bulan), karena memang basis perhitungannya berdasarkan pada pergerakan bulan. Bangsa Arab juga memberi nama-nama bulan sesuai dengan keadaan alam atau kondisi sosiologi dan budaya yang mereka lakukan pada bulan-bulan tersebut.
Pada masa Kilab bin Marrah (kakek Nabi Muhammad SAW yang ke-6), tahun 412 Masehi para petinggi dari lintas suku dan kabilah Arab mentaja suatu konvensi di Makkah untuk menentukan dan menseragamkan nama-nama bulan, serta memudahkan mereka dalam aktivitas perdagangan. Dalam pertemuan itu disepakati 12 nama bulan sebagai berikut :
Pertama, Muharram, artinya bulan yang terlarang untuk menggelar peperangan dan tumpah darah sebagai hukum adat yang tak tertulis nan berlaku sejak lama. Kedua, Shafar yang bermakna kosong. Pada bulan ini bangsa Arab mengosongkan rumah-rumah mereka untuk beralih ke medan tempur peperangan.
Ketiga, Rabi’ Al Awwal yang bermakna musim semi yang terjadi pada bulan itu. Keempat Rabi’ At Tsani yang merupakan kelanjutan dari bulan Rabi’ Al Awwal. Tsani artinya yang kedua. Kelima, Jumada Al Ula. Asal katanya adalah Jamid yang berarti beku atau keras. Dikatakan demikian karena bulan ini adalah awal musim panas, yang karena saking panasnya tidak ada aliran air sehingga terjadi kekeringan. Keenam, Jumada At Tsani atau disebut juga Jumada Al Akhirah yang merupakan lanjutan bulan Jumada Al Ula.
Ketujuh, Rajab. Bulan Rajab adalah termasuk bulan yang haram bagi bangsa Arab untuk melakukan peperangan. Artinya haram membunuh ketika itu. Bulan ini dinamakan Rajab, karena memang salah satu makna Rajab dalam bahasa Arab ialah sesuatu yang mulia. Maksudnya mereka memuliakan dirinya sendiri dan juga memuliakan orang lain dengan tidak membunuhnya. Kedelapan, Sya’ban yang berarti kelompok. Bulan ini dinamakan begitu karena ketika masuk bulan Sya’ban, orang-orang Arab kembali ke kelompok (suku) mereka masing-masing, dan mereka berkelompok lagi untuk berperang setelah sebelumnya di bulan Rajab mereka hanya duduk-duduk di rumah masing-masing.
Kesembilan, Ramadhan, maknanya ialah panas yang menyengat atau membakar. Dinamakan seperti itu karena memang terik matahari pada bulan ini jauh lebih menyengat dibanding bulan-bulan lainnya. Kesepuluh, Syawwal. Bangsa Arab mengenal jenis burung An-Nauq, yang biasanya hamil dan bertelur pada bulan ini sembari mengangkat sayap serta ekornya sehingga terlihat struktur badan burung tersebut. Mengangkat sayap atau ekor dalam bahasa Arab disebut dengan Syaala yang merupakan asal kata dari nama bulan Syawwal.
Kesebelas, Dzul Qa’adah yang berarti duduk atau istirahat tidak beraktifitas. Bulan ini dinamakan demikian karena memang pada bulan ini kegiatan orang-orang Arab adalah duduk dan beristirahat dari berperang guna menyambut bulan haji, yaitu bulan Dzul Hijjah yang mana bulan tersebut adalah bulan yang juga diharamkan untuk perang.
Kedua belas, Dzul Hijjah. Sudah dapat dipahami dari katanya bahwa bulan ini merupakan bulannya orang berhaji ke Mekkah. Semenjak sebelum kemunculan risalah Nabi Muhammad SAW, bangsa Arab memang sudah punya kebiasaan pergi menunaikan haji dan melakukan thawaf di Ka’bah.
#MuharramMulia
والله أعلم بصواب
Sumber Dikembangkan dari buku : Ahmad Zarkasih, Muharram Bukan Bulan Hijrahnya Nabi SAW, Jakarta : RFP, 2020