Umum
SAFAR BUKAN BULAN SIAL
Oleh Edison (bang edy ustadz)
Penulis adalah Dosen, Peneliti, Penggiat Dakwah dan Pendidikan Agama Islam serta Narasumber di berbagai Forum.
Birulangitid-Sebagaimana kita ketahui bahwa bulan Safar adalah bulan kedua dalam kalender Hijriyah, penanggalan Islam yang didasarkan pada tahun Qamariyah, yakni hitungan perkiraan bulan mengelilingi bumi.
Safar bermakna kosong. Pada bulan ini bangsa Arab mengosongkan rumah-rumah mereka untuk bepergian jauh atau untuk beralih ke medan tempur peperangan setelah di bulan Muharram mereka saling menahan diri karena bulan Muharram itu terlarang untuk menggelar peperangan dan tumpah darah sebagai hukum adat yang tak tertulis nan berlaku sejak lama.
Ada pula yang mengartikan Safar itu kuning. Pendapat lain menyatakan bahwa Safar diambil dari nama suatu jenis penyakit sebagaimana yang diyakini bangsa Arab sejak dahulu, yakni penyakit Safar yang terkontsentrasi di perut akibat adanya infeksi sejenis ulat besar yang sangat berbahaya. Tersebab itu pula, masyarakat Arab jahiliyah meyakini bahwa Safar itu bulan sial, bulan wabah, penuh dengan kejelakan
Pendapat lainnya pula menyatakan bahwa Safar adalah sejenis angin berhawa panas yang menyerang bagian perut dan mengakibatkan orang yang terkena menjadi sakit. Dengan demikian semakin lengkaplah keyakinan orang Arab jahiliyah, bahwa Safar adalah bulan penuh kesialan.
Anehnya, pemikiran jahiliyah seperti itu ternyata masih dianut oleh sebahagian umat Islam hingga hari ini, termasuk masyarakat di tanah air kita. Semua itu terjadi karena lemahnya iman dan kejahilan mereka dalam memahami ilmu tauhid dan aqidah.
Mereka beranggapan bahwa bulan Safar adalah bulan di mana Tuhan menurunkan kemarahan dan hukumannya di dunia. Oleh karena itu diyakini banyak bencana dan musibah terjadi di bulan Safar, khususnya pada hari Rabu pekan keempat di bulan Safar.
Konsekuensi dari keyakinan itu adalah adanya masyarakat yang berpantang menggelar pernikahan, khitanan, atau hajatan lainnya. Tentunya perbuatan menganggap sial waktu-waktu tertentu, kemunculan hewan-hewan tertentu termasuk Tatthayur yang dilarang dalam Islam.
Padahal, bulan Safar sebagaimana bulan-bulan lainnya bisa terjadi kebaikan di dalamnya dan bisa pula terjadi keburukan sesuai dengan amalan manusia tersebut. Kebaikan yang ada, maka itu datangnya dari Allah SWT, sedangkan kejelekan yang menimpa juga datang dari takdir-Nya. dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda :
لاَ عَدْوَى ، وَلاَ طِيَرَةَ ، وَلاَ هَامَةَ ، وَلاَ صَفَرَ
Tidak ada penyakit menular yang berlaku, melainkan atas izin Allah, tidak dibenarkan percaya adanya kesialan, tidak dibenarkan menganggap sial karena sesuatu, dan tidak dibenarkan meyakini adanya kesialan pada bulan Safar. (HR. Bukhari Muslim)
Kesialan bulan Safar langsung dibantah oleh Rasulullah SAW yang membawa risalah dinul Islam. Nabi SAW juga menikah di bulan Safar yakni dengan Sayyidah Khadijah binti Khuwailid RA, yaitu isteri Nabi SAW yang pertama.
والله أعلم بصواب
#HijrahNiat
Ig : @edison_bangedyustadz
Sumber: Dikembangkan dari buku : Ida Fitri Shohibah, Mengenal Nama Bulan dalam Kalender Hijriyah, Jakarta : Balai Pustaka, 2012