Birulangitid-Proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, antara lain dirilis Organisasi Ekonomi dan Pembangunan. OECD merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini dari 4,2% pada proyeksi Januari lalu menjadi 5,6%.
Dikutip dari katadata.co.id Dalam outlook yang dirilis OECD pada bulan ini, prospek yang lebih baik didukung oleh peluncuran vaksin dan stimulus pemerintah AS. Namun, lembaga ini mengingatkan prospek pertumbuhan ekonomi akan sangat bervariasi antar negara dan sektor, serta bergantung pada progres vaksinasi.
OECD juga mengerek proyeksi ekonomi Indonesia tahun ini dari 4% menjadi 4,9% sejalan dengan meningkatnya perdagangan global.
Proyeksi percepatan pemulihan ekonomi global datang pula dari Dana Moneter Internasional. Mengutip Reuters, Wakil Direktur Pelaksana Geoffrey Okamoto mengatakan akan memperbarui proyeksinya pada April dari proyeksi sebelumnya pada Januari sebesar 5,5%.
Proyeksi terbaru, menurut dia, akan mencerminkan dampak stimulus tambahan AS. Tanda-tanda pemulihan ekonomi global lebih kuat.
Namun, menurut dia, akan terdapat perbedaan pemulihan ekonomi dinegara maju dan berkembang. IMF memproyeksikan pendapatan kumulatif per kapita di negara-negara berkembang di luar Tiongkok pada 2020 dan 2022 anjlok 22 persen lebih rendah daripada jika tidak terjadi pandemi.
"Prospek keseluruhan tetap sangat tidak pasti," kata Okamoto.
Ramalan lembaga-lembaga internasional terhadap perekonomian global yang pulih lebih cepat datang setelah ada kepastian terkait stimulus ekonomi tambahan AS senilai US$ 1,9 triliun. Lembaga Keuangan Global Goldman Sachs bahkan memperkirakan ekonomi AS tumbuh 7%, seperti pertumbuhan Tiongkok pada 2021. Ini akan menjadi laju tercepat perekonomian AS sejak 1984.
"Rasanya seperti berada di titik puncak untuk meninggalkan musim digin Covid yang gelap dan panjang," kata ekonom Goldman Sachs dalam risetnya, seperti dikutip dari CNN.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan lembaga internasional tengah berlomba-lomba merevisi ke atas proyeksi ekonomi global setelah tahun lalu berkali-kali merevisi ke bawah. Di dalam negeri, menurut dia, berbagai indikator ekonomi, seperti ekspor dan impor hingga konsumsi semen, baja, dan kendaraan niaga meningkat.
"Ini berarti ada geliat ekonomi. Berbagai indikator ini yang akan terus kita dorong sehingga momentum pemulihan akan terus terjadi pada kuartal kedua," ujar Sri Mulyani dalam Temu Stakeholder untuk Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional, Kamis (25/3).
Namun, ia menekankan, upaya mengendalikan kasus Covid-19 masih terus menjadi tantangan meski kini vaksinasi mulai berjalan. Masyarakat harus tetap disiplin dalam memberlakukan protokol kesehatan agar kasus tetap terkendali dan pemerintah tak perlu mengambil tindakan gas dan rem. Hal ini menganggu perekonomian.
"Seperti di Eropa, mereka sudah buka perekonomian tetap terjadi gelombang ketiga sehingga harus pembatasan lagi. Di AS juga beberapa negara bagian seperti Florida terjadi lagi kenaikan kasus meski mereka luar biasa cepat dalam vaksinasi," katanya.
Untuk itu, menurut dia, penanganan Covid-19 masih menjadi strategi utama dalam mendorong pemulihan ekonomi tahun ini. Pemerintah pun dibantu Bank Indonesia dalam mendanai upaya tersebut.
Di sisi lain, menurut dia, pemerintah berupaya mengungkit ekonomi dengan memberikan berbagai stimulus, terutama untuk mendorong perekonomian. Salah satunya diberikan untuk mendorong sektor properti dan otomotif yang dinilai memiliki efek berganda.
BI dan OJK, menurut dia, menelurkan kebijakan agar masyarakat dapat mengajukan Kredit Pemilikan Rumah dan Kredit Kendaraan Bermotor dengan uang muka 0%. Adapun pemerintah memberikan dukungan dengan diskon pajak.
"Kami bekerja sama di pemerintah dan otritas moneter menggunakan seluruh instrumen dan sumber daya kita untuk memulihkan ekonomi. Namun yang paling penting adalah masyarakat dan dunia usaha," ujarnya.
Sri Mulyani mengatakan, masyarakat dapat menjaga agar penyebaran Covid-19 terkendali dan dunia usaha memiliki kepercayaan diri untuk bangkit kembali. Pemerintah dan otoritas keuangan akan selalu memonitor dan siap menyesuaikan kebijakan sesuai dinamika yang berkembang.
"Instrumen APBN dengan moneter dan OJK, juga kami melakukan reformasi struktural melalui UU Cipta Kerja agar ekonomi tidak hanya pulih tetapi tumbuh kembali secara kuat dan lebih baik," ujarnya.
Pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi pada 2021 berada pada kisaran 4,5 hingga 5,3 persen, jauh lebih baik dari tahun lalu minus 2,07 persen.
Dorong Kredit
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun ini mencapai 4,3% hingga 5,3%. Perbaikan ekonomi akan didukung oleh kinerja ekspor dan impor yang membaik, belanja pemerintah, hingga UU Cipta Kerja yang akan mendongkrak investasi.
"Semua instrumen kami keluarkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, tidak hanya stabilitas. Suku bunga acuan 3,5%, terendah sepanjang sejarah. Kami agresif mendukung ekonomi," katanya.
Stabilitas makro ekonomi, menurut Perry, terjaga dengan Inflasi akan sesuai target sasaran pada rentang 2-4%. Ia memperkirakan defisit transaksi berjalan juga akan terkendali 1%-2% terhadap produk domestik bruto," ujar Perry.
Kondisi perbankan juga sangat baik dengan rasio permodalan yang kuat dan likuiditas yang longgar. Namun, Perry mengataan, penyaluran kredit hingga kini masih lesu.
"Kami di Komite Stabilitas Sistem Keuangan berupaya untuk meningkatkan kredit. Suku bunga diturunkan, likuiditas dikendorkan, termasuk OJK dari sisi regulasinya," katanya.
Sinergi KSSK, perbankan, dan dunia usaha, menurut dia, akan diarahkan untuk mendorong kredit dan pembiayaan-pembiayaan di sektor prioritas yang memiliki kontribusi besar terhadap PDB dan ekspor. Paket kebijakan yang digulirkan KSSK pada awal Februari mencakup kebijakan insentif fiskal serta dukungan belanja pemerintah dan pembiayaan.
Selain itu, menurut Perry, kebijakan juga mencakup stimulus moneter, kebijakan makroprudensial, dan digitalisasi pembayaran, kebijakan prudensial di sektor keuangan, dan penjaminan simpanan.
Perry menyebutkan, terdapat sektor-sektor ekonomi yang memang memiliki daya tahan. Namun, ada sektor-sektor yang juga perlu didorong. Salah satunya, sektor otomotif dan properti yang kini telah didukung oleh pemerintah dan otoritas melalui berbagai kebijakan.
"Kami juga akan melihat sektor-sektor apa lagi yang membutuhkan dukungan," kata Perry.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, industri perbankan secara agregat menargetkan pertumbuhan kredit pada tahun ini mencapai 7,5%. Pihaknya akan memastikan masing-masing bank dalam memenuhi target kredit tahun ini.
"Pertumbuhan kredit yang sudah positif itu saat ini bank BUMN dan BPD. Penyaluran kredit di swasta dan asing yang masih minus, kami akan menaruh perhatian mengapa demikian," ujar Wimboh.
Menurut Wimboh, penyaluran kredit sudah mulai menanjak pada awal tahun ini. Meski masih terkontraksi secara tahunan pada Januari 2021, penyaluran kredit secara bulanan sudah mulai tumbuh dengan pertumbuhan terbesar pada kredit modal kerja.