Birulangitid-Bunga sakura di kota Kyoto, Jepang, telah menimbulkan kekhawatiran setelah mekar pada Jumat (2/4). Kekhawatiran perubahan iklim muncul karena bunga tersebut mekar pada tanggal paling awal sejak pencatatan dimulai.
Dikutip dari republika.co.id Informasi yang telah dikumpulkan dari tahun 812 M. Dikutip dari Indy100, mekarnya bunga sakura tahun ini melampaui rekor sebelumnya, yaitu 27 Maret 1409.
Bunga sakura ini sering menandakan awal musim semi. Sakura pun dianggap sebagai bunga nasional tidak resmi Jepang.
Peneliti Columbia University Benjamin Cook, mengatakan bahwa mata air yang lebih hangat biasanya menyebabkan bunga sakura berbunga lebih awal. "Rekor Kyoto Cherry Blossom sangat berharga untuk penelitian perubahan iklim karena panjangnya dan sensitivitas berbunga yang kuat terhadap suhu musim semi," ujarnya kepada The Washington Post.
Ilmuwan iklim di Pennsylvania State University, Michael Mann, menyatakan bukti seperti waktu mekarnya bunga sakura adalah salah satu pengukuran 'proxy' historis yang dilihat para ilmuwan untuk merekonstruksi iklim masa lalu. "Dalam kasus ini, 'proxy' itu memberi tahu kita sesuatu yang telah diceritakan oleh rekonstruksi iklim jangka panjang dan kuantitatif kepada kita bahwa pemanasan yang disebabkan oleh manusia di planet yang kita saksikan hari ini belum pernah terjadi sebelumnya sejak ribuan tahun yang lalu," katanya.
Sebuah grafik yang menggambarkan hari puncak mekar tahunan untuk bunga sakura di Kyoto menunjukkan perkembangan yang stabil dari tahun 812 M dan seterusnya. Kondisi itu terjadi sebelum membuat kemiringan tiba-tiba tidak lama setelah tahun 1800.
Data tersebut kemudian dibagikan ke Twitter oleh akun Capital Weather Gang. Akun ini mengatakan kalau kondisi itu adalah perubahan iklim.